fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Cara Dosen Muda Hadapi Mahasiswa Zaman Now Ala Ichsan Hadjri

dosen muda
Dr (Cand) Muhammad Ichsan Hadjri, ST, MM., dosen muda Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. (Foto: dok. M. Ichsan Hadjri)

Menurut Dr (Cand) Muhammad Ichsan Hadjri, ST, MM., dosen muda Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya karakter mahasiswa saat ini berbeda dengan mahasiswa zaman dahulu. Mahasiswa sekarang termasuk ke dalam golongan milenials yang berpikir kritis dan idealis. Sistem pembelajaran kepada mahasiswa milenial tidak bisa dilakukan dengan “marah-marah” dan dominasi dosen. Seorang dosen harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Apalagi sebagai dosen muda harus bisa menjadi “sahabat” bagi mahasiswa, sehingga proses pembelajaran menyesuaikan dengan gaya milenials. Penyesuaian teknologi dan gaya mengajar menjadi hal krusial yang harus dibenahi dalam menghadapi mahasiswa “zaman now”.

Meminta Mahasiswa Mengajar

”Pada pertemuan awal, saya menggunakan metode ceramah. Kemudian beberapa pertemuan berikutnya, saya menugaskan mahasiswa untuk mengajar secara bergiliran. Mengapa? Karena dengan meminta mereka mengajar, mereka akan membaca, belajar komunikasi, melatih mental, melatih kepercayaan diri, dan “memaksa” mereka berpendapat. Dengan begitu, mereka dapat bekal yang lebih dibandingkan hanya dosen yang mengajar di depan kelas,” jelas dosen muda yang menjadi Vokalis Band terbaik se-Sumatera Selatan pada Festival Band TVRI Sumsel 2008 itu.

Sebagai dosen muda, Ichsan tak ingin posisinya dipandang sebelah mata, karena dinilai masih minim pengalaman. Hal tersebut juga menjadi tantangan untuknya agar dapat berprestasi dan menghasilkan karya-karya ilmiah yang bermanfaat bagi banyak orang. Sebagai sosok pantang menyerah, ia tidak boleh gentar ataupun minder, namun harus belajar dan menyesuaikan dengan cepat agar dapat menjadi seorang dosen yang benar-benar profesional, dengan tetap menghormati senior-seniornya.

”Dosen-dosen muda dinilai lebih cakap teknologi, memiliki idealisme, semangat yang tinggi, inovasi, dan kreatifitas. Seperti pernyataan dari Bung Karno, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”. Dengan kehadiran dosen-dosen muda diharapkan dapat membawa pendidikan tinggi Indonesia ke level yang lebih tinggi lagi,” katanya.

Pendengar yang Baik

Sosok yang memiliki banyak prestasi di bidang perbankan dan seni musik ini, mengatakan selain menjadi pendidik yang baik, dosen harus menjadi pendengar yang baik. Terkadang salah satu masalah yang sering dihadapi dosen adalah tidak mau mendengar dan cenderung resist. Keegoan tersebut harus dibuang, karena sebagai dosen harus menerima saran, masukan, dan pendapat pihak lain.

”Saya beberapa kali mencoba menerapkan menjadi seorang pendengar yang baik bagi mahasiswa, ternyata mahasiswa zaman sekarang memiliki ide, kreativitas, dan inovasi yang luar biasa. Kita harus menjadi pendengar yang baik agar dapat memahami dan peka terhadap situasi dan perubahan yang terjadi,” ujarnya.

Melek Teknologi

Selain itu, literasi teknologi atau “Melek Teknologi” adalah sebuah keharusan bagi seorang dosen. Saat ini, banyak platform yang bisa digunakan dalam proses akademik. Teknologi merupakan suatu alat untuk memudahkan pekerjaan manusia, sehingga dosen harus menyadari hal tersebut. Dosen harus terbuka terhadap hal-hal yang baru, menerima dan mengikuti perubahan, serta harus belajar dengan cepat. Teknologi harus dikuasai oleh manusia, jangan sampai teknologi yang menguasai manusia.

Menghadapi era disrupsi di dunia pendidikan akan timbul ragam teknologi yang semakin canggih. Bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan, sistem pembelajaran tidak lagi dilakukan di kelas secara konvensional. Namun menggunakan teknologi, seperti pembelajaran jarak jauh, E-Learning, dan sebagainya. Teknologi-teknologi seperti itu menjadi disrupsi bagi dosen-dosen yang tidak mau menerima perubahan.

”Saat ini, sebagian besar saya masih menggunakan sistem pembelajaran lama yang bersifat konvensional. Namun, di beberapa kelas saya telah menggunakan e-learning sebagai salah satu metode belajar mengajar,” ungkapnya.

Ichsan mengemukakan, secara garis besar, sistem pengajaran dosen model “Lama” saat ini masih bisa digunakan. Namun, perubahan perlu dilakukan secara bertahap. Mengapa perlu perubahan? Tidak menutup kemungkinan bahwa sistem pembelajaran masa depan tidak sama seperti saat ini. Bisa saja dosen yang mengajar berada di daerah yang berbeda dengan mahasiswanya, namun tetap dapat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi. Saat ini, beberapa konferensi saja telah menerapkan virtual presentation, di mana kita dapat mengikuti dan presentasi walaupun di kota yang berbeda. Artinya, dosen harus menyiapkan diri dan meningkatkan kompetensi, khususnya literasi teknologi agar dapat menyesuaikan tuntutan zaman.

Bersahabat dengan Mahasiswa

Tak hanya itu, Ichsan berusaha bisa dekat dengan mahasiswanya. ”Saya termasuk dosen yang akrab dengan mahasiswa. Usia mahasiswa khususnya S1 rata-rata 17 hingga 23 tahun, di mana mereka membutuhkan figur pendidik yang dapat mengarahkan mereka. Saya termasuk dosen yang memegang prinsip bahwa saya harus menjadi “sahabat” bagi mahasiswa. Dengan begitu, secara psikologis kita dapat lebih mudah mengarahkan dan membimbing mahasiswa,” terangnya. (duniadosen.com/ta)