Luaran penelitian memang cukup beragam, bukan hanya publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal, melainkan juga bisa dalam bentuk lain, salah satunya adalah buku hasil penelitian.
Menerbitkan buku masuk ke dalam kategori luaran publikasi ilmiah sebab luaran penelitian jenisnya memang cukup beragam, seperti pengurusan HaKI entah paten, hak cipta, dan sebagainya.
Luaran penelitian dalam bentuk menerbitkan buku bisa menjadi pilihan Karena memiliki banyak kelebihan, mulai dari memberi akses kepada publik secara luas untuk membaca hasil penelitian hingga berkesempatan mendapat royalti.
Bicara mengenai buku hasil penelitian maka akan berkaitan erat dengan luaran penelitian. Luaran penelitian atau luaran riset didefinisikan sebagai semua informasi yang dihasilkan dari aktivitas riset.
Salah satu informasi dari kegiatan penelitian yang dilakukan dosen adalah hasil penelitian itu sendiri. Luaran penelitian kemudian berisi sebagian sampai seluruh informasi dalam kegiatan riset dan biasanya wajib dipublikasikan.
Dikutip melalui Buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2023, bentuk luaran wajib dalam skema penelitian dasar (PD) adalah sebagai berikut:
Luaran publikasi ilmiah yang pertama adalah publikasi artikel ke jurnal internasional. Beberapa program hibah mungkin mewajibkan jurnal internasional bereputasi, beberapa lagi tidak. Sehingga perlu membaca detail buku panduan program.
Luaran penelitian kedua dalam bentuk publikasi ilmiah adalah artikel untuk jurnal nasional. Pada tahun 2023, program hibah mewajibkan luaran wajib berupa jurnal nasional terindeks SINTA 1 dan SINTA 2.
Luaran ketiga adalah menerbitkan buku hasil penelitian dengan ISBN. Sehingga tanpa ISBN, buku yang Anda susun dan diterbitkan dianggap tidak memenuhi ketentuan. Oleh sebab itu, pastikan buku tersebut sudah ber-ISBN.
Luaran lainnya dalam kegiatan penelitian dan sering menjadi luaran wajib adalah pengurusan HaKI. Baik itu hak cipta, paten, merek dagang, dan jenis HaKI lain sesuai ketentuan dan karakteristik penelitian yang dilakukan dosen.
Secara umum, luaran wajib dalam bentuk HaKI adalah di tahun terakhir. Jadi, jika penelitian yang Anda ajukan sifatnya multitahun dan berjalan 4 tahun. Maka di tahun ke-4 Anda bisa mengejar luaran wajib HaKI ini.
Sebagai catatan tambahan, jika dosen mengikuti program hibah penelitian maka biasanya akan diberi buku panduan. Sehingga ada penjelasan mengenai bentuk luaran wajib yang harus diusahakan dan diprioritaskan. Sekaligus luaran tambahan.
Setiap program hibah menyediakan pilihan skema penelitian dan setiap skema memiliki ketentuan luaran wajib dan luaran tambahan yang berbeda. Oleh sebab itu, luaran wajib dan tambahan yang perlu dicapai disesuaikan ketentuan pihak penyelenggara program hibah.
Jika Anda berencana menerbitkan buku hasil penelitian sebagai luaran dalam program hibah penelitian yang berhasil didapatkan. Maka ada beberapa jenis buku yang bisa dipilih salah satu untuk disusun kemudian diterbitkan sesuai kriteria. Berikut jenis-jenis tersebut:
Jenis buku yang pertama yang bisa dijadikan luaran untuk penelitian adalah buku monograf. Dikutip melalui LPPM Universitas Riau, buku monograf adalah tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam satu bidang ilmu kompetensi penulis.
Sehingga buku jenis ini mirip isinya dengan artikel ilmiah yang akan diterbitkan ke jurnal ilmiah. Sebab fokus pada satu topik sesuai topik penelitian yang dilakukan. Buku monograf kemudian hanya bisa disusun oleh ahli di bidangnya, salah satunya seorang dosen.
Adapun ciri-ciri buku monograf adalah sebagai berikut:
Ikuti Panduan Menulis Buku Monograf agar naskah Anda sesuai aturan.
Jenis buku hasil penelitian kedua yang bisa dipilih sebagai luaran penelitian adalah buku referensi. Buku referensi adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya fokus pada satu bidang ilmu kompetensi penulis dan membahas topik yang cukup luas.
Jika buku monograf fokus pada satu topik di suatu bidang keilmuan, maka buku referensi membahas beberapa topik di satu bidang keilmuan. Sehingga disinilah letak perbedaan paling mencolok dari dua jenis buku ilmiah ini.
Buku referensi juga memiliki beberapa ciri yang sifatnya khas dan menjadi pembeda dengan buku ilmiah lain. Berikut ciri-ciri buku referensi:
Jangan lewatkan Panduan Menulis Buku Referensi. Ikuti aturannya dan terbitkan buku segera!
Jenis buku hasil penelitian ketiga yang bisa dipilih sebagai luaran adalah buku ajar. Buku ajar adalah buku manual untuk pengajaran dalam suatu cabang ilmu sebagai pegangan untuk suatu mata kuliah tertentu.
Secara umum, buku ajar disusun dengan mengacu pada kurikulum atau silabus mata kuliah tertentu sekaligus menggunakan hasil penelitian sebagai sumber utama. Adapun ciri-ciri buku ajar adalah sebagai berikut:
Mau menulis buku ajar untuk pegangan mahasiswa? Ikuti Panduan Menulis Buku Ajar.
Selain memastikan mengurus penerbitan buku hasil penelitian, dosen juga wajib memastikan buku tersebut sudah memenuhi kriteria. Ditjen Dikti menetapkan beberapa kriteria kelayakan untuk luaran berbentuk buku. Berikut ketentuan buku hasil penelitian dari Ditjen Dikti:
Buku yang diterbitkan sebagai luaran penelitian wajib memiliki ISBN. Sehingga perlu diterbitkan bersama jasa penerbit, baik yang dikelola oleh badan ilmiah, organisasi, perguruan tinggi, maupun penerbit resmi.
Kriteria kedua, buku tersebut sudah terbit. Bukti terbit ditunjukkan dengan melampirkan bukti berupa Surat Keterangan terbit dari penerbit dan menyebutkan jumlah eksemplar. Dengan demikian, buku yang diterbitkan akan diakui oleh Dikti.
Kriteria ketiga adalah jenis buku sudah sesuai. Dosen bisa mengacu pada isi buku panduan dari program hibah yang didapatkan.
Kriteria yang keempat adalah isi buku sudah sesuai dengan substansi penelitian sehingga isi buku sejalan dengan seluruh data dan informasi yang digunakan dan didapatkan dalam kegiatan penelitian tersebut.
Kriteria kelayakan kelima adalah jumlah halaman yang sudah sesuai ketentuan. Biasanya buku hasil penelitian baik itu monograf, referensi, maupun buku ajar minimal terdiri dari 40 halaman isi (tidak termasuk sampul, kata pengantar, dan lainnya).
Kriteria berikutnya adalah terbit di tahun yang sama dengan periode penelitian. Misalnya penelitian Anda monotahun di tahun 2024, maka buku juga wajib terbit di tahun 2024.
Menyusun naskah buku hasil penelitian perlu dipahami berbeda sekali dengan proses menulis laporan ilmiah. Seperti artikel ilmiah yang akan diterbitkan melalui jurnal ilmiah. Kadangkala dosen merasa kesulitan untuk melakukan konversi hasil penelitian menjadi buku.
Ada 8 tahapan dalam cara mengubah hasil penelitian menjadi buku yang berkualitas baik, yaitu:
Tahap pertama untuk mengubah hasil penelitian menjadi buku adalah mengubah judul. Meskipun artikel ilmiah dan buku ilmiah sama-sama bersifat ilmiah dan wajib menggunakan bahasa baku dan formal. Namun, susunannya tetap ada perbedaan.
Terutama dari segi judul, dimana judul pada buku perlu dibuat lebih menarik dan tidak sekaku judul artikel ilmiah. Selain itu, judul tersebut tetap harus mencerminkan isi naskah buku. Berikut contohnya:
Judul artikel ilmiah:
Penerapan Model Pembelajaran Scramble Berkolaborasi dengan Model Pembelajaran Word Square untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 9.
Rekomendasi judul buku:
Model Pembelajaran Scramble Berkolaborasi dan Word Square dalam Pelajaran Ekonomi
Tahap kedua dalam mengubah hasil penelitian menjadi buku adalah mengubah sistematika dan cara penulisan. Artikel penelitian mengacu pada aturan baku penomoran, sehingga kaku dan cukup panjang.
Berbeda dengan buku yang tidak diatur oleh aturan baku penomoran dan detail lainnya. Maka perlu dilakukan perubahan pada sistematika dan cara penulisan. Berikut contohnya:
Pada bab I di laporan hasil penelitian (artikel ilmiah), Anda memang menjelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan secara detail dalam bentuk angka-angka. Pada buku, bagian ini dihapus dan digantikan latar belakang kenapa menulis buku tersebut.
Kajian pustaka pada artikel ilmiah juga cenderung menggunakan bahasa yang kaku dan terlalu ilmiah. Sistematika penulisannya juga terikat aturan penomoran. Maka perlu diubah dengan menjelaskan dalam penomoran sesuai karakteristik buku.
Bab III umumnya disusun apa adanya ke dalam naskah buku, tanpa melakukan perubahan. Namun, agar isi buku lebih menarik maka bab III ini bisa diringkas saja dan fokus pada poin penting. Bahkan bisa hanya beberapa paragraf saja.
Hasil penelitian dan pembahasan masuk ke dalam bab IV dan sebaiknya bisa ditulis apa adanya dengan mengubah beberapa kosakata dari ilmiah menjadi lebih umum. Selain itu, tambahkan foto, grafik, dan sebagainya yang menunjang data hasil penelitian.
Naskah buku hasil penelitian memang tidak ada bab penutup, akan tetapi menjadi bab akhir. Isinya tentu saja bukan daftar kesimpulan dan saran. Melainkan sebuah penjelasan fenomena yang terjadi sesuai dengan latar belakang penelitian. Disusul dengan masalah lain yang berkaitan dan perlu diperhatikan.
Daftar pustaka di dalam buku yang disusun dari hasil penelitian tidak harus sama dengan laporan hasil penelitian. Namun perlu disesuaikan, jika memang sama maka silahkan disamakan. Jika ada tambahan referensi, pastikan dicantumkan tanpa ada yang terlewat.
Menyiapkan cara saja tak cukup, tentukan strateginya juga agar buku Anda berhasil terbit:
Proses mengubah hasil penelitian menjadi buku juga sering memberi tantangan kepada para dosen. Dikutip melalui berbagai sumber, berikut bentuk tantangan yang mungkin dihadapi dosen dalam menyusun buku hasil penelitian:
Meskipun sudah melakukan penelitian pada suatu topik, kadang kala dosen belum memahami topik ini. Alhasil, proses mengubah hasil penelitian menjadi buku terasa sulit dan memakan waktu sangat lama.
Isi buku bisa mengacu pada laporan hasil penelitian, hanya saja sering membutuhkan referensi tambahan untuk penjelasan lebih sederhana. Kadang kala dosen terhambat dengan referensi yang masih sangat terbatas.
Salah satu cara untuk produktif menulis buku adalah memiliki keinginan menulisnya. Tidak semua dosen sudah memiliki keinginan ini, sehingga kesulitan untuk menulis buku. Termasuk buku hasil penelitian.
Dosen di Indonesia memang dikenal punya kesibukan tinggi dengan beban kerja luar biasa. Baik tugas akademik maupun tugas administrasi yang cukup kompleks. Kondisi ini menjadi tantangan dalam menyusun buku dari hasil penelitian.
Tantangan lain yang sering dihadapi dosen dalam mengubah hasil penelitian menjadi buku adalah kesulitan parafrase. Bisa karena keterbatasan perbendaharaan kata, terlalu sibuk, dan kendala lainnya.
Jika tidak memungkinkan melakukan parafrase sendiri maka bisa menggunakan jasa parafrase profesional dari Penerbit Deepublish. Dijamin akan dikerjakan oleh tim ahli, berpengalaman, dan bersertifikasi untuk hasil parafrase terbaik.
Dari penjelasan tersebut, maka bisa dipahami bahwa menyusun buku hasil penelitian memang tidak selalu mudah. Apalagi jika masih menjadi pengalaman pertama, kedua, dan ketiga. Namun jika sudah terbiasa maka akan lebih mudah untuk dilakukan, jadi jangan putus asa, ya.
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…
Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…
Mempertimbangkan penggunaan AI untuk membuat pertanyaan tentu menarik untuk dilakukan. Sebab, pada saat membuat pertanyaan…
Memahami apa saja isian data publikasi untuk kenaikan jabatan fungsional di SISTER tentu penting karena…
Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 500 Tahun 2024, salah satu indikator kinerja dosen adalah dosen menjadi…