fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Berliku-liku, Kisah Ahmad Zaky El Islami Menjadi Dosen Untirta

R. Ahmad Zaky El Islami, M.Pd., Dosen Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (Sumber: R. Ahmad Zaki El Islami)

Perjuangan R. Ahmad Zaky El Islami, M.Pd., menjadi dosen tidak semulus yang dibayangkan. Jalan berliku dan proses panjang harus dilaluinya sebelum akhirnya menjadi dosen Univertas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Ia mengungkapkan betapa sulitnya menghadapi beragam rintangan dan memilih bertahan. Kesedihan tak urung mengiringi perjalanannya.

Zaky adalah alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 2006, ia mengambil Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia.  Setelah menamatkan pendidikan sarjana tahun 2010, ia melanjutkan pendidikan magister di Univeritas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung di tahun berikutnya. Lantas ia menyelesaikannya pada tahun 2013.

Saat ini ia menjadi dosen dengan mengampu Mata Kuliah Kimia Dasar 1, Kimia Dasar 2, Termodinamika dan Kimia Modern. Sedangkan pada Bidang Pendidikan mengampu Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran, Filsafat Pendidikan, IPA Terpadu 1 dan IPA Terpadu 2, sedangkan Fokus penelitian dilakukan pada Bidang Pendidikan IPA, Pembelajaran IPA Literasi Sains, Kepercayaan Diri, dan STEM Education.

“Saya dilahirkan dari seorang guru SD saat itu (bapak) dan seorang guru SMP (ibu), 25 tahun yang lalu pada 7 September 1988. Cerita ini berawal semenjak lulus dari SLTA karena saya merasa banyak kegagalan yang dirasakan yang dapat dibagikan agar banyak yang bisa mengambil sebuah pelajarannya,” ucap Zaky kepada duniadosen.com. Semasa kecil hingga remaja, Zaky belajar di SDN Tarikolot 1, Madrasah Diniyah Islamiyah, Madrasah Tsanawiyah Al-Asiyah, dan MAN 2 Kota Bogor.

Awalnya Zaky menyukai bidang matematika sejak masa sekolah menengah pertama. Namun ia tidak lolos jalur undangan untuk masuk perguruan tinggi. Ibunya menyarankan untuk mengambil jurusan IPS saat SPMB Nasional. Akan tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Ia kembali tidak lolos. Setelah berdiskusi dengan ibunya, ia pun mencari Akademi Kesehatan (Negeri) di Jakarta.

Zaky sempat bertemu dengan seorang bapak di Jakarta yang menawarkan akademi kesehatan swasta. Namun upaya tersebut juga berujung kandas karena Zaky diminta membayar uang  delapan juta. Hal tersebut tidak disepakati oleh orang tuanya. Harapan terakhir adalah pengumuman SPMB Lokal di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sela penantian tersebut, ia menerima surat mengikuti pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Sukabumi. Keluarganya memutuskan untuk mendaftarkan namanya.

Ternyata takdir berkata lain. Ia menerima pengumuman ujian SPMB Lokal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia dinyatakan diterima di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Kimia. Pada tahun 2011, ia diterima S2 di Sekolah Pascasarjana UPI Prodi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah lanjutan di Bandung.

“Sejak sekolah ingin kuliah di Jurusan Pendidikan Matematika. Namun takdir berkata lain, diterima di Program Studi Pendidikan Kimia, sehingga akhirnya mau tidak mau harus mulai banting stir menjadikan bidang tersebut menjadi bidang yang paling disukai tapi kecintaan terhadap matematika memberikan banyak kemudahan dalam mempelajari ilmu kimia terutama dalam berhitung,” ujar Zaky.

Penyerahan Sertifikat Akreditasi Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA oleh Pihak Kemenristekdikti RI. (Sumber Foto: R. Ahmad Zaky El Islami)

Apalagi setelah melanjutkan S2 di Prodi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan tahun 2011 dan diterima menjadi dosen Jurusan Pendidikan IPA FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sehingga pun fokus pada bidang pendidikan IPA ini.

Sebelum menjadi dosen, Zaky pernah menjadi guru semenjak kuliah. Ia pernah mengajar di SDN Sangkali Bogor, Ekskul MIPA Club, lembaga BIP El-Mughni Ciputat, lembaga belajar, dan sebagainya.  Bulan Februari 2011, ia berangkat ke Bandung untuk mendaftar tes di UPI dan mengajar les untuk persiapan UN SMPN 26 Bandung di Sarijadi Bandung. Selama menempuh pendidikan magister di UPI, ia pun telah banyak mendapatkan pengalaman mengajar di beragam tempat.

Perjalanannya menjadi dosen dimulai saat tahun 2014. Saat itu dibuka pendaftaran tes CPNS. Dibuka formasi beberapa PTN dan berbagai institusi yang membuka formasi dengan beragam kualifikasi pendidikan dan formasi. Tidak lama kemudian di bukalah formasi Dosen untuk Kemendikbud. Kemudian ia mendaftarkan diri dan memilih Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung), Universitas Negeri Jakarta (Jakarta), dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang).

Selama menunggu pengumuman, Zaky tetap menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengajar di UIN dan les privat.  Kemudian, bulan Desember 2014, ia mendapatkan kabar jika ia lolos. “Kemudian saya membuka situs internet dan web Untirta, melihat-lihat web tersebut kemudian ada pengumuman untuk fakultas hukum tes TKB tanggal 15 Desember 2015 dengan ketentuan membawa CV, PPT untuk mengajar, SAP dan lainnya. Saya pun menyiapkan semuanya, sekali pun untuk FKIP Jurusan Pendidikan IPA belum ada pengumuman resmi, dengan pertimbangan `lebih baik lebih daripada kurang` maka saya menyiapkan itu semua.”

Ia menjalani tes selama dua hari mulai dari tes mengajar hingga wawancara. Menurutnya semua berjalan lancar. Yang tersulit adalah wawanacara dengan Rektor Untirta. Singkatnya, tanggal 11 Februari 2015 namanya muncul sebagai CPNS Dosen Pendidikan IPA Untirta.

Pandangan Tentang Menjadi Dosen

“Dengan menjadi dosen kita dapat mengembangkan ilmu dan menemukan banyak hal baru yang dapat digunakan oleh orang banyak. Dengan menjadi dosen kita diberikan peluang untuk berkreasi lebih luas karena memiliki kewajiban dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat, serta melakukan hal-hal yang dapat menunjang Tridharma Perguruan Tinggi tersebut,” ungkap Zaky.

R. Ahmad Zaky El Islami, M.Pd., mendapat kesempatan ke United Kingdom dengan dana hibah penelitian dari University of Dundee, Skotlandia, UK mengenai STEM Education. (Sumber Foto: R. Ahmad Zaky El Islami)

Ia juga menceritakan sosok-sosok pendidik yang menginspirasinya selama ini. Ia menyebutkan Dedi Irwandi, M.Si , dosen dan Ketua Prodi Pendidikan Kimia UIN Jakarta. Dr. Zulfani, M.Pd juga tak luput disebutkan olehnya. Dosen ini yang mengajarkan Zaky tentang kecintaan terhadap membaca.

Dosen-dosen UIN Jakarta yang berkesan untuk Zaky seperti Prof. Dr. Sofyan Yatim, Elin Driana, Ph.D, Etty Sofyatiningrum, M.Ed, Tonih Feronika, M.Pd, Burhanudin Milama, M.Pd, Munaspriantoramli, dan M.A, Adi Riyadhi, M.Si. Zaky mengaku belajar banyak dari mereka. Satu lagi adalag dosen pembimbing I Skripsi yaitu Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd.

Menurutnya kendala menjadi dosen terkait jabatan fungsional. Berdasarkan pengalamannya, diterima sebagai CPNS di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan Tanggal Mulai Tugas (TMT) tidak lantas membuatnya mudah dalam jabatan fungsional, karena prajabatan atau sekarang disebut latihan dasar (latsar) dilakukan sangat lama yaitu pada tahun 2017 dan dilakukan lebih lama dari sebelumnya yaitu sekitar 5 bulan, kemudian mendapatkan SK PNS dengan TMT 1 Februari 2018, dan SK PNS pun diterima pada November 2018 sehingga baru dapat mengajukan asisten ahli pada tahun 2019.

Namun di sisi lain, bagi Zaky ini adalah tantangan untuk tetap produktif menulis artikel di Jurnal Nasional maupun Internasional serta menulis buku. Yang lebih penting tidak hanya berfokus pada jabatan fungsional karena menurutnya jabatan fungsional tak ubahnya seperti nasib.

Sementara itu tantangan menjadi dosen menutut Zaky adalah bagaimana dapat berkolaborasi dengan institusi lain terutama luar negeri agar menemukan hal baru dan mengikuti perkembangan ilmu di dunia. Sebagai dosen muda, ia merasakan tantangannya adalah harus memiliki etika yang baik terhadap siapapun termasuk kepada dosen yang lebih senior karena tanpa dosen senior tidak ada dosen muda yang maju.

“Dosen muda memiliki waktu yang lebih panjang. Dosen muda harus bergerak dan berkolaborasi dengan dosen lain baik di dalam maupun luar negeri, insyaAllah Indonesia sangat baik jika sudah dikenal di luar negeri. Kurikulum kita tidak kalah bahkan beberapa hal bisa dikatakan lebih baik, namun jarang dosen Indonesia yang memperkenalkan hal tersebut kepada luar, oleh karenanya perlu kemampuan untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain,” ujar Zaky.

Selama perjalanan karirnya selama ini, Zaky dan teman-teman timnya pernah menjadikan Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA sebagai jurnal pertama di Untirta yang terakreditasi Kemenristekdikti RI pada peringkat dua dan menjadi Jurnal pertama di Bidang Pendidikan IPA di Indonesia yang terindeks Emerging Sources Citation Index (ESCI) dari Web of Science. Selain disibukkan dengan kegiatan dosen, ia memang aktif sebagai Ketua Redaksi Jurnal Penelitian dan Pembelajaran sejak tahun 2015.

“Tentunya untuk mencapai ini tidak mudah. Kita tidak akan mendapatkan banyak uang bahkan mungkin kita harus mengeluarkan uang sendiri untuk menulis artikel pada Jurnal atau Prosiding terindeks Scopus agar kita dapat menjadi editor dengan reputasi yang baik dan akan berpengaruh pada kualitas Jurnal yang dikelola serta mesin Pengindeks yang makin berkualitas seperti Web of Science,” terang lelaki yang memiliki moto hidup `tidak ada kata terlambat untuk bangkit` ini.

R. Ahmad Zaky El Islami, M.Pd. (kanan), Prof. Chatree Faikhamta, Ph.D (tengah), Prof. Dr. Nguyen Van Bien (kiri) saat usai penelitian di University of Dundee, Skotlandia, UK. (Sumber Foto: Ahmad Zaky El Islami)

Dalam waktu dekat, Zaky sedang mengerjakan proyek MII-STEM (Model based Inquiry Integrated-Science, Technology, Engineering, and Mathematics bersama Prof. Dr. Samia Khan dari University of Dundee, Scotland, UK, Assoc. Prof. Chatree Faikhamta, Ph.D dari Kasetsart University, Thailand dan Assoc. Prof. Dr. Nguyen Van Bien dari Hanoi National University of Educational, Vietnam.

Selain itu sejak tahun 2017 ia juga sibuk menerbitkan buku. Ia mendapatkan hibah untuk menerbitkan buku dari Fakultas dan Universitas, sehingga setiap tahun dapat menerbitkan buku.

“Jika tahun 2019 mendapat hibah kembali akan menerbitkan buku kembali, untuk saat ini draft buku Pengantar Kimia Modern telah ada, hanya tinggal dirapikan,” pungkas Zaky, yang masih bermimpi menjadi guru besar suatu hari nanti.(duniadosen.com/aw)