Yogyakarta – Ide pembuatan baterai nuklir oleh tim peneliti UGM bermula dari gagasan untuk mencari sumber tenaga kecil namun tahan lama. Diperkirakan baterai nuklir ini bisa bertahan hingga 40 tahun. Sementara itu sebagai pembanding, baterai litium hanya bertahan satu hingga dua tahun.
Tim peneliti Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat prototipe baterai nuklir yang dapat digunakan untuk peralatan elektronik. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh empat orang dosen serta enam asisten peneliti ini ditinjau langsung oleh mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Dahlan Iskan.
“Ini awalnya dulu didanai oleh beliau. Beliau ingin agar dari teknologi nuklir Indonesia ada sesuatu yang bisa di-create, tidak hanya teoretis. Ini bukti kami melakukan sesuatu yang ada hasilnya, walaupun masih kecil itu tinggal scale-up saja,” terang Ir. Yudi Utomo Imardjoko, M.Sc., Ph.D selaku ketua tim peneliti UGM, dikutip dari ugm.a.c.id.
Dalam dua tahun terakhir, proyek penelitian UGM ini mendapat pembiayaan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan dan telah selesai dilaksanakan. Meskipun penelitian ini belum sempurna dan masih memerlukan pengembangan lebih jauh, menurutnya prototipe yang dihasilkan sudah cukup baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian lainnya.
“Ini kan masih kecil. Efisiensinya masih kecil walaupun cukup tinggi jika dibandingkan dengan tempat lain,” kata Yudi pada Jumat (22/11). Penelitian ini terkendala biaya komponen plutonium 238 yang cukup mahal karena harus diimpor. Untuk membuat prototipe tersebut, tim ini harus mendatangkan plutonium dari Rusia dengan harga yang mencapai 8.600 dolar per keping.
Terkait kendala tersebut, Dahlan Iskan menuturkan bahwa hal itu bisa diatasi jika Indonesia memiliki reaktor torium sendiri karena plutonium merupakan limbah dari torium. Selama ini kebutuhan plutonium harus diimpor dari luar negeri dengan harga yang mahal karena Indonesia belum memiliki torium.
“Sebetulnya kita bisa tidak impor lagi kalau kita sudah punya reaktor torium. Reaktor torium itu desainnya sudah jadi, dibuat oleh bapak-bapak ahli nuklir ini, kebetulan itu saya yang mendanai. Desainnya sudah jadi, tinggal bagaimana cara mewujudkannya,” paparnya.
Dahlan Iskan mendengarkan penjelasan dari tim peneliti terkait komponen serta cara kerja baterai. Selain menggunakan plutonium, baterai ini juga dilengkapi dengan sel surya untuk memperbesar listrik yang dihasilkan.
“Baterai nuklir ini dikonversi secara tidak langsung. Keluarannya kecil maka digabung dengan sel surya supaya semakin besar output-nya,” terang Elly, salah satu asisten peneliti.
Baterai ini dapat dikembangkan untuk menghasilkan output yang lebih besar dan memiliki ukuran yang lebih kecil karena baterai berukuran mikro menurutnya dapat dimanfaatkan secara lebih luas.
Dekan Fakultas Teknik, Prof. Ir. Nizam, M.Eng., D.Eng., mengungkapkan pihak fakultas mendorong para peneliti UGM untuk dapat menghilirkan hasil-hasil riset agar tidak sekadar menjadi makalah, namun sungguh-sungguh menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Untuk itu, menurutnya diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari pemerintah maupun masyarakat, untuk mewujudkan pemanfaatan energi nuklir di Indonesia.
“Menurut teman-teman salah satu yang potensial torium. Dari sisi teknologi kita sudah menguasai jadi tidak perlu bergantung kepada impor. Teman-teman juga sudah bisa mewujudkan bagaimana limbahnya nanti bisa dimanfaatkan menjadi baterai,” ujar Nizam.
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…
Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…
Mempertimbangkan penggunaan AI untuk membuat pertanyaan tentu menarik untuk dilakukan. Sebab, pada saat membuat pertanyaan…
Memahami apa saja isian data publikasi untuk kenaikan jabatan fungsional di SISTER tentu penting karena…
Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 500 Tahun 2024, salah satu indikator kinerja dosen adalah dosen menjadi…