Jakarta – Pemimpin menjadi ujung tombak yang menentukan keberhasilan suatu organisasi. Memang, peran dari pihak-pihak di bawahnya tidak luput dari perhitungan. Namun, komando dari pemimpin lah yang menuntun arah dan tujuan organisasi. Begitu pula yang terjadi dalam pendidikan tinggi. Peran rektor atau direktur seakan menjadi kunci dalam keberhasilan suatu perguruan tinggi, sehingga apa yang dihasilkan, baik itu lulusan, riset, dan inovasi dapat memberikan nilai tambah bagi pembangunan nusa dan bangsa.
Kendati demikian, dari 4.741 perguruan tinggi di Indonesia, tidak semuanya memiliki seorang pemimpin atau leader yang kuat. Di sisi lain, permasalahan utama yang dihadapi pendidikan tinggi saat ini, meliputi akses, kualitas, pemerataan, dan keadilan. Krisis kepemimpinan pun tak jarang justru kian membuat persoalan semakin kompleks karena masalah internal perguruan tinggi.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti menjelaskan, dalam dunia akademik, peran pemimpin pendidikan tinggi perlu dilihat dari dua sudut pandang. Jika dilihat dari sudut pandang esensi pekerjaan, maka tugas seorang rektor atau direktur tidak bisa dikatakan sebagai tugas tambahan. Pasalnya, mereka harus memiliki komitmen penuh, termasuk berpikir dan bekerja keras bagi perguruan tinggi yang dipimpin. Namun dilihat dari sudut administrasi, Dirjen Ghufron tak menampik para rektor sejatinya merupakan dosen yang memiliki tugas pokok untuk menjalankan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
“Sebagai dosen mungkin dalam satu hari bekerja selama delapan jam, tetapi ketika menjadi rektor minimal bekerja sampai 12 jam dalam sehari. Bahkan sudah di rumah juga harus siap dengan pekerjaan. Artinya secara esensi memang bukan tugas tambahan. Tetapi karena menyangkut tunjangan dan insentif, seperti jika seorang pimpinan perguruan tinggi adalah profesor, dia akan kehilangan tunjangan kehormatan guru besar. Sehingga kesan saya, dari sisi administrasi Kemenpan-RB menyebut sebagai tugas tambahan karena tugas pokoknya sebagai guru besar,” terang Dirjen Ghufron.
Seorang rektor atau direktur di suatu perguruan tinggi, lanjut Dirjen Ghufron, harus mampu memobilisasi dan menggerakkan gerbong universitas yang dipimpinnya ke sebuah titik yang menjadi tujuan. Oleh sebab itu, wajib bagi pemimpin untuk mengetahui visi, misi, serta program-program yang akan dijalankan. Tak hanya itu, pemimpin juga patut memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni untuk menyampaikan ide-ide dan gagasannya, baik kepada seluruh sivitas akademika maupun di stakeholder di luar kampus.
“Seorang pemimpin adalah panutan, apa yang diucapkan adalah apa yang dikerjakannya. Mereka harus mampu meramalkan minimal 10 tahun apa yang akan terjadi, dan dia mengerti posisinya sudah berada di mana, lalu akan dibawa ke mana. Tak hanya itu, prediksinya pun harus akurat sehingga dari pandangan tersebut dia dapat memutuskan strategi yang tepat dalam memobilisasi juga mengelola sumber daya yang dimiliki,” ucapnya.
Dengan amanah yang harus diemban oleh seorang pemimpin tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti tahun ini kembali memberikan penghargaan tertinggi bagi para akademisi melalui ajang Academic Leader Awards 2019. Penghargaan ini tidak hanya diperuntukkan bagi para rektor atau direktur perguruan tinggi, tetapi juga kepada para dosen dan peneliti yang memiliki prestasi inovasi yang luar biasa. Bahkan, mereka juga memiliki followers yang menjadikannya sebagai role model di bidang keilmuannya.
“Tahun lalu kami sudah menyelenggarakan penghargaan ini. Namun, tahun ini tentu akan lebih bermakna karena saat ini pemerintah tengah fokus dalam pembangunan sumber daya manusia. Kami harap ajang ini nantinya bukan sekadar perayaan semata, tetapi benar-benar mampu mendorong peningkatan iptek yang diikuti dengan penguatan inovasi nasional untuk mendukung kemandirian dan daya saing bangsa. Selain itu, semoga nantinya para pemenang bisa menjadi teladan untuk menghadapi krisis kepemimpinan,” tutup Dirjen Ghufron.
Berikut ini kategori penghargaan yang akan diberikan pada Academic Leader Awards 2019:
Dosen sebagai Academic Leader
Academic Leader bidang Sains
Academic Leader bidang Teknologi
Academic Leader bidang Sosial Humaniora
Academic Leader bidang Seni dan Budaya
Academic Leader bidang Kesehatan
Academic Leader bidang Pertanian
Academic Leader bidang Kemaritiman
Academic Leader bidang Kependidikan
Dosen dengan Tugas Tambahan
Academic Leader untuk Dosen dengan tugas tambahan sebagai Pemimpin di PTN-BH
Academic Leader untuk Dosen dengan tugas tambahan sebagai Pemimpin di PTN-BLU
Academic Leader untuk Dosen dengan tugas tambahan sebagai Pemimpin di PTN-Satker
Academic Leader untuk Dosen dengan tugas tambahan sebagai Pemimpin di PTS
Redaksi
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…