Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Batas Plagiarisme Jurnal dan 5 Tips Menghindari Plagiarisme

batas plagiarisme jurnal

Menghindari plagiarisme juga diimbangi dengan pemahaman mengenai batas plagiarisme jurnal. Artinya, skor hasil cek plagiarisme maupun similarity indeks memiliki batas maksimal. Jika batas maksimal ini dilampaui, maka perlu melakukan perubahan isi naskah. 

Sehingga, sesuai dengan skor batas maksimal agar masuk dalam kategori bebas tindakan plagiarisme. Dalam publikasi di jurnal ilmiah, umumnya setiap pengelola jurnal menetapkan batas plagiarisme sendiri-sendiri. Artinya akan berbeda satu sama lain. 

Para penulis atau peneliti, tentunya akan menyesuaikan diri. Jika jurnal tujuan meminta skor similarity indeks maksimal 25%. Maka mau tidak mau harus diikuti agar naskah diterima dan dipublikasikan. Lalu, berapa sebenarnya batas plagiarisme dalam publikasi jurnal ilmiah?

Syarat atau Batas Plagiarisme Jurnal

Menyusun artikel ilmiah untuk publikasi ke jurnal yang bebas plagiarisme memang tidak mudah. Bahkan tidak mungkin, karena dalam karya tulis ilmiah dianjurkan ada kutipan. Sehingga ada proses menyalin bagian dari suatu referensi ilmiah atau karya orang lain. 

Oleh sebab itu, setiap pengelola jurnal menetapkan batas plagiarisme jurnal. Terkait hal ini, masing-masing jurnal memiliki kebijakan berbeda. Sehingga ada yang batasnya di 25% ada yang 20% dan sebagainya. 

Dikutip dari website resmi Jurnal Dinamika, batas skor plagiarisme untuk artikel yang diterima adalah 20%. Kemudian skor ini didapatkan dari uji plagiarisme di platform Turnitin. Jurnal lain, bisa menggunakan platform lain dengan batas plagiarisme yang juga berbeda. 

Jadi, bagi para penulis diwajibkan untuk mencari informasi mengenai batas plagiarisme di jurnal yang dituju. Umumnya, informasi ini tercantum di website resmi jurnal tersebut. Jika tidak ada, maka bisa menghubung editor jurnal untuk menanyakannya secara langsung lewat email. 

Cara Cek Plagiarisme Jurnal

Memahami bahwa setiap pengelola jurnal punya kebijakan terkait batas plagiarisme jurnal dan platform yang menjadi standar masing-masing. Maka tentunya cara cek plagiarisme saat mengurus publikasi di jurnal ilmiah tidak boleh asal-asalan. 

Berikut adalah detail langkah-langkah dalam cek plagiarisme untuk publikasi ke jurnal ilmiah: 

1. Memilih Jurnal Tujuan Publikasi 

Langkah yang pertama untuk cek plagiarisme jurnal adalah memilih dulu jurnal tujuan. Dalam hal ini, penulis akan mencari jurnal yang scoop keilmuannya sesuai. Sehingga peluang artikel diterima lebih tinggi. 

2. Mencari Tahu Platform yang Ditetapkan untuk Cek Plagiarisme 

Tahap kedua, penulis wajib mencari tahu platform uji plagiarisme yang menjadi standar di jurnal tujuan. Jika jurnal yang dituju memakai Turnitin, maka penulis wajib cek plagiarisme di platform tersebut. Sehingga mengikuti standar yang ada. 

3. Melakukan Cek Plagiarisme Sesuai Platform Standar Jurnal Tujuan 

Tahap atau langkah ketiga dalam cara cek plagiarisme jurnal adalah melakukan cek plagiarisme itu sendiri. Sebab sudah mengetahui platform apa yang sebaiknya digunakan sesuai standar jurnal tujuan. Serta sudah mengetahui batas plagiarisme jurnal sesuai kebijakan jurnal tujuan tersebut. 

Dalam cek plagiarisme, penulis bisa melakukan secara mandiri. Bisa juga menggunakan jasa profesional. Pengecekan mandiri bisa dilakukan jika memang memiliki akses ke platform cek plagiarisme yang dipilih jurnal tujuan. Jika tidak, misalnya biaya langganan terlalu mahal. Maka bisa memakai jasa profesional. 

Ada banyak penyedia jasa cek plagiarisme untuk mendukung publikasi di jurnal ilmiah. Mulai dari jasa penerbitan buku, penerbitan jurnal itu sendiri, dan juga jasa dari perguruan tinggi. 

Dikutip dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), pihaknya menyediakan layanan cek plagiarisme di Turnitin melalui layanan bertajuk Turnitin UMN Library. Layanan ini ditujukan untuk dosen dan mahasiswa di bawah naungan UMN. 

Jika Anda dosen atau mahasiswa, bisa mengecek di perguruan tinggi tempat mengabdi atau studi apakah menyediakan layanan serupa atau tidak. Umumnya, layanan dari perguruan tinggi ini gratis. Namun, ada juga yang berbayar tapi biayanya masih terbilang sangat terjangkau. 

4. Melampirkan Hasil Cek Plagiarisme 

Tahap akhir dari cek plagiarisme untuk publikasi ke jurnal ilmiah adalah melampirkan hasil pengecekan tersebut. Pelampiran disesuaikan dengan kebijakan pengelola jurnal. Ada yang dicantumkan di bagian akhir naskah dalam satu file. 

Ada juga yang terpisah di file atau dokumen tersendiri. Jadi, silahkan menyesuaikan kebijakan dari jurnal yang dituju. Jika tidak ada informasi, bisa ditanyakan langsung ke editor jurnal agar tidak keliru. 

Kasus Plagiarisme Jurnal

Bicara mengenai plagiarisme dan batas plagiarisme jurnal ilmiah, memang tidak terlepas dari bagaimana menghindari tindakan plagiarisme itu sendiri. Menariknya, meskipun menjadi tindakan tercela dan paling dibenci di dunia akademik. Ternyata aksi ini masih sering terjadi. 

Hal ini terbukti dari banyaknya kasus plagiarisme yang dilakukan akademisi, baik dosen dan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Berikut beberapa contohnya: 

1. Plagiarisme Dosen di Surabaya 

Dikutip melalui Repository Universitas Airlangga (UNAIR), salah satu kasus plagiarisme yang dilakukan dosen dalam publikasi di jurnal adalah terjadi di Surabaya. 

Dosen berinisial UR pada tahun 2014 lalu melakukan plagiarisme dalam menyusun tesis. Dimana tesis ini juga wajib dipublikasi ke jurnal internasional sebagai syarat kelulusan saat menempuh studi S2. 

Tesis yang disusun tersebut memiliki kemiripan sampai 98% dengan tesis milik Kukuh Yudha Karnanta. Judul tesis tersebut adalah “Strategi Habiburrahman El Shirazy dalam meraih posisi dan legitimasi di Arena Sastra Indonesia”.  

2. Plagiarisme Dosen ITPLN 

Dikutip melalui Tempo.co, kasus plagiarisme di kalangan dosen terjadi di Institut Teknologi PLN Jakarta (ITPLN). Tindakan ini dilakukan oleh dosen dan mahasiswa ITPLN. 

Dimana artikel ilmiah keduanya yang terbit di tahun 2024 merupakan hasil plagiarisme 100% dari artikel ilmiah karya dari dosen University of Cambridge, Ilias Alami. Dimana artikel ilmiahnya terbit di Sage Journal pada tahun 2023. 

Tips Meminimalisir Plagiarisme pada Jurnal

Secara umum, menghindari tindakan plagiarisme tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak. Melainkan semua pihak yang terlibat dalam proses publikasi di jurnal ilmiah. Mencakup penulis artikel ilmiah dan pihak pengelola jurnal itu sendiri. 

Sehingga, pihak pengelola jurnal memiliki kebutuhan dan kewajiban untuk menjelaskan apa itu plagiarisme dan batas plagiarisme jurnal di website resminya. Informasi ini diharapkan bisa dibaca seluruh penulis yang akan submit artikel di jurnal tersebut. 

Selain itu, para penulis artikel ilmiah juga perlu menerapkan beberapa tips berikut untuk menghindari tindakan plagiarisme dan konsekuensi yang bisa terjadi di masa mendatang. Berikut tips meminimalisir plagiarisme:

1. Menghindari Segala Bentuk Plagiarisme 

Tips yang pertama, tentu saja berusaha untuk selalu menghindari segala bentuk dan jenis plagiarisme. Sebab sekali lagi, plagiarisme yang disengaja dan tidak disengaja maupun apa yang menyebabkannya. Tetap dianggap plagiarisme. 

Hal ini diawali dengan para penulis memahami betul apa itu plagiarisme, jenis-jenisnya, dan sebagainya. Sehingga mengetahui betul tindakan dalam menyusun artikel ilmiah akan masuk ke plagiarisme atau tidak. 

2. Mencantumkan Sumber dengan Baik dan Benar 

Tips yang kedua adalah memahami betul bagaimana cara mencantumkan sumber kutipan dan informasi lain yang didapatkan dari karya orang lain. Mulai dari aturan sitasi pada kutipan. 

Kemudian disusul, memahami bagaimana cara mencantumkan seluruh sumber di daftar pustaka menggunakan gaya sitasi tertentu. Selain itu, melakukan manajemen referensi sangat dianjurkan untuk mencegah lupa ketika mengutip. 

Umumnya, para penulis yang sudah terbiasa menyusun artikel ilmiah untuk publikasi jurnal akan menyusun daftar pustaka bersamaan dengan proses menulis itu sendiri. Hal ini mencegah kemungkinan ada sumber yang lupa dicantumkan di daftar pustaka. 

3. Melakukan Parafrase 

Parafrase yang keliru menjadi salah satu bentuk atau jenis plagiarisme. Oleh sebab itu, parafrase yang awalnya bertujuan menurunkan similarity indeks agar dugaan plagiarisme menurun. Justru bisa menjadi penyebab terdeteksi plagiarisme itu sendiri. 

Maka, solusinya adalah melakukan parafrase dengan baik dan benar. Yakni mengungkapkan suatu ide pokok menggunakan bahasa sendiri. Sehingga tidak sekedar menambahkan suatu kata hubung atau mengganti suatu kata dengan sinonimnya. 

Apabila kesulitan, maka parafrase bisa dilakukan dengan bantuan jasa profesional sampai menggunakan teknologi terkini. Misalnya mengandalkan platform AI yang membantu melakukan parafrase dengan baik dan benar. 

4. Mengasah Keterampilan Literasi Informasi 

Tips yang keempat untuk menghindari plagiarisme dan memenuhi ketentuan batas plagiarisme jurnal adalah mengasah keterampilan literasi informasi. Literasi informasi adalah kecakapan dalam dalam menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara etis dan bertanggung jawab.

Keterampilan ini penting untuk membantu menghindari plagiarisme, berikut beberapa alasannya: 

  • Membantu penulis memahami mana informasi umum dan informasi yang harus dicantumkan sumbernya. 
  • Paham cara mendapatkan sumber informasi yang kredibel, agar  informasi yang dikutip bukan hoax. 
  • Memahami pentingnya sitasi setiap kali menyusun karya tulis ilmiah, baik yang dikutip secara langsung maupun tidak langsung. 
  • Melatih kemampuan parafrase yang benar, karena terbiasa mengakses informasi dan memahaminya membantu mengasah kemampuan menjelaskan ulang informasi tersebut dengan bahasa sendiri. 

5. Menggunakan Layanan Uji atau Cek Plagiarisme 

Tips yang kelima dan yang terakhir, adalah menggunakan layanan uji plagiarisme. Artinya, mengecek plagiarisme dengan platform tertentu adalah hal penting dan wajib. Sehingga bisa memastikan tulisan yang dibuat sudah bebas plagiarisme atau belum. 

Dengan menerapkan beberapa tips tersebut sekaligus memahami dan mematuhi batas plagiarisme jurnal. Maka penulis bisa menghindari tindakan tercela ini. Sehingga publikasi di jurnal diakui dan terhindar dari resiko terjerat kasus plagiarisme.