Jurnal

Memahami Aturan Penggunaan AI pada Jurnal Internasional Bereputasi

Kemajuan teknologi dan mulai berkembangnya teknologi AI tentunya memunculkan pertanyaan mengenai penggunaan AI pada jurnal. Sebab, AI sering digunakan untuk membantu dalam penyusunan artikel ilmiah yang akan dipublikasikan ke jurnal. 

Terkait hal ini, tentu perlu memahami bagaimana kebijakan pihak publisher yang Anda tuju. Sebab setiap perusahaan publisher atau penerbit jurnal ilmiah memiliki kebijakan tersendiri terkait penggunaan AI oleh para penulis. Berikut informasinya. 

Penggunaan AI untuk Penulisan Artikel Ilmiah

Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang dipublikasikan di Prosiding PITNAS Widyaiswara, menjelaskan Artificial Intelligence (AI) adalah cabang ilmu komputer yang berfokus pada pengembangan sistem yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia.

Sehingga ada suatu aplikasi, program komputer, dan perangkat lunak dalam bentuk lainnya mampu merespon pengguna selayaknya respon dari manusia. Misalnya menjawab pertanyaan, menjelaskan secara rinci suatu topik, memberi contoh, sampai menghasilkan gambar, suara, dan sebagainya. 

Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi AI berkembang sangat pesat dan mulai digunakan di berbagai bidang. Termasuk di bidang pendidikan atau akademik. Salah satunya dimanfaatkan oleh akademisi, dosen dan mahasiswa dalam menyusun karya tulis ilmiah. 

Proses menulis karya tulis ilmiah, baik itu makalah maupun artikel ilmiah dan sebagainya membutuhkan berbagai sumber daya. Mulai dari waktu, ketelitian tinggi, dan keahlian khusus terkait suatu bidang sampai memahami topik tertentu di bidang keilmuan tersebut sehingga prosesnya akan memakan waktu yang lama. 

Pada aspek inilah, teknologi AI memberikan peran yang sangat luar biasa. Dimana bisa membantu proses penulisan karya ilmiah. Mulai dari mencari topik untuk ditulis, melakukan parafrase, merangkum referensi yang akan digunakan dalam penulisan, membuat kerangka karya ilmiah, dan sebagainya. 

Namun, bagaimana aturan penggunaan AI pada jurnal? Hal ini tentu menjadi pertanyaan para akademisi, baik dosen dan mahasiswa yang berencana menyusun artikel ilmiah dan dipublikasikan ke sebuah jurnal. Baik itu jurnal nasional maupun jurnal internasional. 

Pertanyaan ini muncul, karena sejumlah platform berbasis teknologi AI memiliki kemampuan menyusun karya tulis ilmiah. Baik dalam bentuk paragraf pendek maupun panjang dan untuk berbagai topik di berbagai bidang keilmuan. 

Maka muncul kekhawatiran ada pelanggaran etika, dimana artikel ilmiah yang disusun dibantu penulisannya oleh AI. Sehingga penulis terima beres dan mencantumkan namanya sebagai penulis dan tidak ada pengakuan pada peran AI yang digunakan.

Aturan Penggunaan AI untuk Publikasi di Jurnal Ilmiah

Lalu, seperti apa aturan penggunaan AI pada jurnal? Sesuai penjelasan di awal, setiap publisher memiliki kebijakan tersendiri. Beberapa menolak secara tegas penggunaan AI, sebagian besar publisher memperbolehkan penggunaan AI dengan sejumlah catatan tambahan. 

Sebagai contoh, kebijakan penggunaan AI yang ditetapkan publisher Elsevier. Dikutip melalui website resminya, publisher besar ini memperbolehkan penggunaan AI dengan catatan tambahan untuk diperhatikan penulis, editor jurnal, reviewer, dan kontributor. Berikut aturan penggunaan AI untuk para penulis artikel di Elsevier: 

1. Menggunakan AI sebagai Alat Bantu dalam Menulis

Elsevier memperbolehkan penggunaan AI oleh para penulis (author) selama difungsikan sebagai alat bantu. Sehingga AI tersebut tidak menggantikan peran penulis untuk menyusun artikel ilmiah secara keseluruhan. 

Baik sebagai pengganti pemikiran kritis, keahlian, dan evaluasi manusia. Sehingga para penulis diwajibkan untuk memakai AI sebagai alat bantu saja. Tujuannya untuk memberi kemudahan dan efisiensi sumber daya dalam dalam proses menyusun artikel ilmiah. 

Misalnya menggunakan AI untuk mendapatkan topik penelitian yang tepat, mencari referensi kredibel dan relevan, menyusun outline atau kerangka artikel ilmiah, dan sebagainya. Selebihnya, seluruh isi artikel ilmiah disusun mandiri oleh penulis. 

2. Penulis Wajib Memverifikasi Kebenaran Respon AI

Elsevier yang menetapkan penggunaan AI pada jurnal masih diperbolehkan sebatas alat bantu bukan pengganti. Kemudian memberikan sejumlah kewajiban dan tanggung jawab pada para penulis. 

Salah satunya, penulis berkewajiban untuk memastikan kebenaran respon AI yang dicantumkan dalam artikel. Jadi, para penulis harus memverifikasi respon tersebut agar terjamin kredibilitasnya. 

Misalnya, menanyakan definisi suatu teori pada platform AI. Respon yang diberikan kemudian dicek sumbernya darimana dan jika memungkinkan disampaikan pakarnya siapa. Sehingga penulis jangan sampai menelan mentah-mentah informasi yang disajikan AI dan mencantumkannya ke artikel. 

3. Penulis Wajib Memastikan Tulisannya Orisinil

Kewajiban dan tanggung jawab kedua dari para penulis di Elsevier adalah memastikan tulisannya orisinil. Artinya, tidak ada kalimat maupun paragraf di dalam artikel yang di submit adalah menjiplak karya orang lain. 

Jadi, meskipun penulis menggunakan AI untuk membantu melakukan parafrase. Tetap perlu dipastikan hasil parafrase tersebut orisinil. Misalnya dengan mengecek di Turnitin maupun tools cek plagiarisme lain. 

Namun, lebih dianjurkan untuk penulis melakukan parafrase mandiri. Sebab hasilnya dijamin lebih orisinil dan tidak mengambil bagian dari karya orang lain. Sekalipun terdeteksi plagiasi dengan karya orang lain, maka artinya tidak disengaja dan bisa langsung diperbaiki. 

4. Membuat Pernyataan Telah Menggunakan AI

Aturan penggunaan AI pada jurnal terbitan Elsevier berikutnya adalah penulis wajib menyatakan penggunaan AI dalam penulisan artikel ilmiah. Artinya, ketika artikel dibantu penulisannya oleh AI maka penulis wajib mengakui hal tersebut. 

Salah satunya dengan mencantumkan platform AI tersebut di dalam daftar pustaka. Sehingga editor jurnal dan para pembaca, nantinya bisa mengetahui ada pemanfaatan AI dalam penyusunannya. 

Kejujuran ini akan menjadi bukti bahwa penulis memiliki etika, transparansi ilmiah, dan akuntabilitas. Jika AI difungsikan sebagai alat bantu, maka penulis pun tidak perlu takut mengakui pemanfaatannya. Kecuali jika AI diminta menulis artikel tersebut dari nol. Maka penulis akan takut mencantumkannya di daftar pustaka. 

5. Tidak Terjadi Pelanggaran Privasi dan Hak Cipta

Kewajiban dan tanggung jawab penulis berikutnya adalah memastikan tidak terjadi pelanggaran privasi dan hak cipta. Para penulis artikel ilmiah tentu memahami ada banyak platform AI bisa digunakan untuk membantu menulis. 

Namun, tidak semua platform tersebut memberi perlindungan data dan privasi para pengguna. Terutama untuk platform yang sifatnya gratis dan dikembangkan oleh pengembang baru yang bisa jadi belum memahami etika ini. 

Untuk mencegah adanya pelanggaran privasi dan hak cipta, maka para penulis artikel wajib memastikan sudah memakai platform AI yang menjamin keamanan 2 hal penting tersebut. 

Selain itu, penulis juga wajib mengecek respon AI untuk memastikan tidak ada pencantuman data pribadi yang melanggar privasi. Maupun ada informasi di dalam naskah artikel yang melanggar hak cipta. Misalnya menjiplak karya ilmiah orang lain.

6. Artikel Ilmiah Merupakan Buah Pikiran Penulis (Author)

Kewajiban dan tanggung jawab penulis berikutnya di Elsevier adalah memastikan artikel yang di submit adalah buah pikiran mandiri. Artinya, artikel ilmiah tersebut hasil kerja keras penulis. 

Sekalipun menggunakan platform AI, hanya untuk membantu dan dalam taraf sewajarnya saja. Sehingga keseluruhan isi artikel masih dinilai sebagai buah pikiran penulis. 

Kebijakan terkait penggunaan AI pada jurnal yang dijelaskan di atas, sekali lagi adalah kebijakan dari Elsevier. Jika Anda akan menargetkan jurnal dari publisher lain, tentu ada kemungkinan kebijakannya akan berbeda. 

Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk mengecek kebijakan penggunaan AI di publisher tersebut. Biasanya disediakan halaman khusus yang menjelaskan aturan penggunaan AI. Misalnya kebijakan Elsevier di atas, detailnya bisa diakses di tautan berikut https://www.elsevier.com/about/policies-and-standards/generative-ai-policies-for-journals

Jika publisher yang dituju melarang penggunaan AI pada jurnal, maka sebagai penulisan mau tidak mau harus mengikuti peraturannya. Sebab publisher tersebut tentu menggunakan tools untuk mendeteksi AI pada artikel yang akan di submit. Biasanya akan diberikan akses ke editor sampai reviewer.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan saat Menggunakan AI untuk Menyusun Artikel Ilmiah

Sesuai dengan kebijakan Elsevier yang mewajibkan penulis untuk memverifikasi kebenaran respon AI. Kemudian juga kewajiban lainnya untuk memastikan tulisannya orisinil dan bisa dipertanggung jawabkan. 

Maka memberi informasi bahwa ada banyak hal perlu diperhatikan dalam menggunakan AI untuk menulis artikel ilmiah. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Ketidakmampuan AI Mendeteksi Sumber Relevan dan Terkini

Menggunakan AI sebagai alat bantu dalam menulis artikel ilmiah tentu berhadapan dengan sejumlah tantangan dan hambatan. Salah satunya pada keterbatasan kemampuan platform AI itu sendiri. 

Hasil dari sejumlah penelitian menunjukan, bahwa masih banyak platform AI yang kurang mampu mendeteksi sumber (referensi) relevan dan terkini. Artinya, platform AI bisa saja merekomendasi referensi yang keluar dari topik. Contoh lain, respon AI pada prompt bisa saja tidak berdasarkan sumber valid. 

Selain itu, informasi dan respon yang disajikan AI bisa saja dari sumber yang sudah lawas dan tidak lagi relevan di masa sekarang. Oleh sebab itu, menggunakan AI perlu verifikasi untuk memastikan data dan responnya akurat. 

2. Ketidakmampuan AI Menyusun Tulisan Orisinil

Hal kedua yang harus diperhatikan, adalah fakta bahwa platform AI banyak yang memiliki ketidakmampuan menyusun tulisan orisinil. Misalnya, ketika meminta Chat GPT membuatkan paragraf dengan topik A. 

Bisa jadi, paragraf yang dibuatkan adalah hasil mencomot karya tulis orang lain yang sudah dipublikasikan. Oleh sebab itu, verifikasi penting untuk mengecek respon dan konten yang dibuat AI orisinil. 

Fakta ini sekaligus menekankan pentingnya para penulis untuk tidak mengandalkan AI dalam menyusun artikel ilmiah. Setiap kalimat dan paragraf sebaiknya ditulis mandiri. Sehingga bisa memastikan dari awal bebas dari tulisans plagiat.

3. Respon AI Masih Bisa Eror atau Keliru

Bagaimanapun juga, AI adalah suatu program yang dibuat oleh manusia memakai algoritma mesin atau bahasa pemrograman. Sehingga ada kalanya respon yang diberikan keliru dan bahkan eror karena berbagai faktor. 

Misalnya respon eror dan tidak relevan karena kendala internet, keterbatasan akses ke database publikasi, dan sebagainya. Memahami hal ini tentu memberi perhatian untuk tidak terlalu mengandalkan platform AI. 

Sebab bisa saja salah dan jika diterima mentah-mentah maka akan menurunkan kualitas artikel yang Anda susun. Hal ini juga dapat menurunkan kredibilitas dan akuntabilitas Anda sebagai penulis artikel ilmiah. Sehingga penggunaan AI perlu dibatasi, hanya sebagai alat bantu dan tidak digunakan setiap kali menulis artikel ilmiah.

Itulah penjelasan rinci mengenai seperti apa aturan penggunaan AI pada jurnal. Sehingga bisa menjadi informasi bagi para penulis untuk teliti dan tidak mengandalkan AI dalam menyusun artikel ilmiah. Sebab tentu ada resiko pelanggaran etika dan resiko tinggi gagal publikasi di jurnal terakreditasi maupun bereputasi.

Baca artikel serupa:

Pujiati

Saya menyukai kegiatan membaca, menulis, mendengarkan musik, dan menonton film. Saat ini, selain disibukkan dengan agenda seorang ibu rumah tangga, saya aktif menjadi Content Writer untuk situs di Deepublish Group. Sesekali saya juga membuat artikel untuk media Hops ID.

Recent Posts

Memahami Regulasi AI untuk Penelitian Ilmiah yang Dilaksanakan Dosen dan Mahasiswa

Mencari informasi terkait regulasi AI untuk penelitian ilmiah tentu penting. Sebab dalam kegiatan penelitian tentu…

3 hours ago

9 Arti Penting Update dan Mengikuti Tren Publikasi Akademik

Sudahkah mulai mengecek atau mencari tahu tren publikasi akademik atau publikasi ilmiah? Termasuk juga prediksi…

19 hours ago

Kesalahan dalam Menulis Proposal Hibah Kemdiktisaintek yang Harus Dihindari

Salah satu strategi meraih hibah penelitian Kemdiktisaintek adalah menghindari kesalahan dalam menulis proposal usulan. Tahap…

1 day ago

Cara Menulis Kerangka Proposal yang Berpeluang Lolos Hibah dalam 5 Langkah

Mencari informasi dan mempelajari tata cara menulis kerangka proposal yang berpeluang lolos hibah, tentu menjadi…

2 days ago

Mengenal Pengertian, Struktur, dan Contoh Proposal Hibah Penelitian

Meraih hibah penelitian bisa dimulai dengan mencari dan mempelajari contoh proposal hibah penelitian. Yakni proposal…

2 days ago

Pembukaan Hibah Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2026

Sejalan dengan pengumuman hasil klasterisasi perguruan tinggi pada Oktober 2025 lalu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains,…

2 days ago