Inspirasi

Astadi Pangarso, Mantan Sales yang Sukses Jadi Dosen Administrasi Bisnis

Tujuan utama Dr.(C) Astadi Pangarso ST., MBA., melanjutkan pendidikan S2 nya di Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2009 untuk menunjang karirnya sebagai sales di PT. Unilever. Namun, mantan sales itu tak kembali ke dunia penjualan. Ia justru merubah haluannya dengan jadi dosen dengan menerima tawaran menjadi tutor part time dari dosennya untuk mengajar mata kuliah Human Capital Management, Study Human Societies, Principles of Management di SBM ITB.

”Saya keluar dari Unilever dan fokus kuliah S2 pada awalnya untuk meningkatkan ‘daya jual’ saya di dunia kerja. Masuk kuliah, diajak dosen saya Ibu Nurianna Thoha membantu beliau menjadi tutor part time di SBM ITB. Saya merasa ada kecocokan dengan dunia pendidikan tinggi. Dunia pendidikan tinggilah yang menginspirasi saya. Dunia tersebut menunjukkan betapa menariknya tentang pembelajaran. Manusia belajar khususnya secara ilmiah memberikan dampak pola pikir yang logis/realistis, seimbang antara obyektif dan subyektif, teratur, rapi khususnya dalam mengambil keputusan, bersikap, bertindak,” papar Astadi kepada duniadosen.com.

Setelah berjalan dua tahun sampai dengan 2011 di SBM ITB sebagai part time tutor Astadi mengetahui ada lamaran dosen di Institut Manajemen Telkom (IM Telkom sebelum merger bersama 4 institusi lain di bawah yayasan pendidikan Telkom dan menjadi Universitas Telkom). Astadi pun diterima jadi dosen tahun 2011 di IM Telkom dan baru menjadi dosen pegawai tetap pada tahun 2013 sampai sekarang.

Lulusan S1 Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha, Bandung tersebut mengaku tidak pernah terbesit atau bercita-cita jadi dosen. Akan tetapi dengan berjalannya waktu Tuhan mengarahkannya menjadi dosen hingga saat ini. Ia pun semakin menyadari bahwa menjadi dosen adalah passion sebenarnya.

Perdana Mengajar di ITB Hingga Jadi Dosen di Univ Telkom

Pengalaman perdananya mengajar diperoleh Astadi ketika menjadi tutor part time di ITB. Ia pun langsung dipercaya mengampu beberapa mata kuliah. Diantaranya, Human Capital Management, Study Human Societies, Principles of Management. Patut, Astadi merasa bangga atas pencapaian tersebut, karena SBM ITB merupakan lembaga pendidikan tinggi bisnis yang luar biasa baik dan berkompeten. Di SBM ITB terdapat akademisi yang berkualitas dan cerdas serta memiliki jejaring alumni yang berprestasi di dunia praktisi baik nasional maupun internasional.

”Tidak dipungkiri pengalaman menjadi tutor part time di SBM ITB merupakan pengalaman hidup yang luar biasa bagi saya pribadi,” ungkap peraih beasiswa BUDI DN 2016 untuk pendidikan S3 di Universitas Brawijaya, Malang tersebut.

Dua tahun menjadi tutor part time di SBM ITB, Ia mencoba mendaftar untuk lowongan dosen di Institut Manajemen Telkom. Mengingat banyak rekan part time di SBM ITB yang juga telah lebih dulu mengajar di IM Telkom. ”Puji Tuhan saya diterima dan berkarier di Universitas Telkom,” ujarnya.

Menjalani proses sebagai dosen, suami dari Beta Setiawati ini mengaku menemui kendala. Yaitu dosen masih disibukkan oleh banyak pekerjaan administratif (klerikal). Hal ini tentunya cukup menyita waktu sehingga dosen tidak mendapat waktu untuk membaca artikel jurnal terbaru, bahkan melakukan riset.

”Jadi harus mampu dalam pengelolaan waktu. Untuk dapat melakukan riset dan menghasilkan publikasi yang berkualitas sebanyak mungkin,” terangnya.

Concern Bidang Komunikasi dan Bisnis

Melihat latar belakang S2 MBA Astadi, ia pun ditempatkan di Program Studi  Adminitrasi Bisnis. Prodi tersebut masuk dalam Fakultas Komunikasi dan Bisnis di Universitas Telkom. Astadi memilih bidang tersebut dikarenakan ia melihat geliat bisnis saat ini sangat luar biasa.

”Sebenarnya bidang fokus riset ada pada studi tentang organisasi bisnis. Khususnya sustainable competitive advantage, efektivitas organisasi, ambidexterity dan knowledge management. Fokus riset lebih kepada tata kelola pengetahuan di organisasi agar organisasi dapat efektif dan unggul bersaing secara berkelanjutan. Jadi itu yang melatar belakanginya,” papar putra pertama dari tiga bersaudara tersebut.

Menurut pria kelahiran Madiun, 15 Oktober 1980 ini bagaimanapun persaingan akan tetap ada didunia bisnis secara umum. Oleh karena itu, organisasi harus dikelola pengetahuannya sebagai salah satu sumber daya saing yang penting agar unggul bersaing. Persaingan bisnis menjadikan organisasi tidak mengalami (inertia/ ketidakberdayaan), karena masuk zona nyaman. Sehingga tidak bisa menyesuaikan diri, survive bahkan bisa ‘mati’.

Dosen asli Malang ini berupaya untuk selalu fokus pada jam dan hari kerja, sehingga setiap waktu dapat produktif menghasilkan hal-hal baik khususnya yang terkait tridharma perguruan tinggi. Temuannya terkait dengan riset disertasinya adalah membangun model konseptual tentang peningkatan daya saing berkelanjutan melalui inovasi menurut perspektif: ambidexterity; kapasitas penyerapan dan infrastruktur pengetahuan. ”Temuan ini selanjutnya diujikan dalam konteks PTS non vokasi di wilayah Bandung,” ungkapnya.

Ia menambahkan, membaca dan menulis merupakan hal wajib bagi dosen dan peneliti. Sebagai dosen Astadi juga terus belajar, dan senantiasa melatih kemampuan menulisnya. Selain itu ia pun berupaya membaca artikel jurnal ilmiah internasional terbaru dari penerbit-penerbit top dunia untuk dapat mengetahui topik-topik terbaru. ”Saya juga membaca buku dan artikel internet dari sumber kredibel yang menarik dan membawa dampak baik,” tambahnya.

Kelak, putra pertama Agus Hidayat seorang TNI AD ini ingin mewujudkan cita-citanya, terkait dengan profesi dosen. Astadi ingin menjadi guru besar dalam bidang studi keilmuan organisasi bisnis (sustainable competitive advantage, organization effectiveness dan ambidexterity).  ”Saya terus berdoa dan berupaya agar dapat segera tercapai,” harap mahasiswa S3 Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang ini.

Inspirasi Menjadi Dosen

Bagi Astadi, dibalik keberuntungannya menjadi dosen saat ini tak terlepas dari beberapa sosok dosen yang menginspirasinya. Yaitu Prof. Mochamad Ashari yang dulu menjadi rektor Universitas Telkom pertama (sekarang rektor ITS). Astadi mengungkapkan, sosoknya menginspirasi untuk menjadi guru besar yang produktif. Prof. Mochamad Ashari juga banyak meneladankan hal-hal baik sebagai dosen. Selanjutnya, Prof. Endang Siti Astuti, Kusdi Raharjo dan Tri Wulida Afrianty yang sebagai tim promotor studi S3nya saat ini. Kertiga dosen tersebut diakui Astadi, dalam berbagai kesibukannya masih dapat mengelola waktu secara efektif dan efisien agar tridharma perguruan tinggi dapat berjalan dengan baik.

”Tim promotor saya ini menginspirasi saya untuk menjadi dosen yang sabar, bijaksana dan rendah hati,” tutur penulis buku Perilaku Organisasi yang diterbitkan Deepublish ini.

Selain menjalankan tridharma perguruan tinggi, Astadi juga merasa wajib melayani ‘stakeholders’ nya yang merupakan rekan kerja, mahasiswa, rekan riset, masyarakat, pemerintah, dan lainnya. ”Hal ini merupakan prestasi tertinggi bagi saya, karena dengan melayani penuh ucapan syukur maka kita akan selalu dapat do the best dan mengalami kebaikan, keberhasilan serta keberuntungan yang luar biasa,” ungkapnya.

Hadapi Revolusi Industri 4.0

Dalam menghadapi revolusi indusri 4.0, sebagai dosen Astadi punya cara sendiri. Yaitu dosen harus selalu update mengikuti perkembangan yang ada, agar kualitas tridharmanya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan. Selain itu, dosen harus memiliki open mind terhadap pemikiran ilmiah serta menjadi pribadi yang baik, agar jejaring luas yang nantinya muncul kolaborasi-kolaborasi positif yang berdampak baik seluas mungkin.

Mengajarpun harus diikuti dengan cara yang modern dan menggunakan teknologi yang ada. Seperti yang diterapkan Astadi dalam teknik mengajarnya. Ia mengaku meniru cara mengajar online pada website bereputasi, diantaranya Courser dan edX. Selain itu Astadi juga memperluas jejaring dosen serta mengikuti grup online dosen, baik di sosial media, whatsapp grup, dan telegram.

Hal tersebut nantinya akan menunjang cara mengajar, terlebih saat ini yang ia ajar adalah mahasiswa yang notabene para milenials. Para mahasiswa itu membutuhkan ilmu praktis khususnya untuk jenjang S1, agar mata kuliah dapat diketahui langsung praktiknya di kehidupan bisnis. ”Bisa dengan membuat grup WA agar komunikasi intensif dan tentunya dengan norma komunikasi yang jelas antar dosen dan mahasiswa,” jelasnya.

Ada yang perlu diubah dari sistem pengajaran dosen yang selama ini berjalan. Terutama dalam hal praktik nyata di lapangan oleh mahasiswa. Dosen dapat memberikan kontribusi apa yang dapat dinyatakan secara keilmuan tentang mata kuliah yang diajar.

”Teknik dalam mengajar adalah dengan optimalisasi waktu dengan kegiatan pembelajaran yang terstruktur baik dalam penyampaian materi, diskusi tanya jawab dan pemberian contoh praktek ilmu yang sedang dipelajari. Serta terjalinnya hubungan yang dengan mahasiswa bahkan setelah mereka lulus harus dijaga. Karena memungkinkan dapat menjadi rekan kerja dikemudian hari,” katanya.

Harapan dan Kesuksesan

Kesibukannya sebagai dosen tentunya menyita banyak waktu Astadi bersama keluarga. Namun, ayah satu putri ini memili management waktu yang baik. ”Saya bangun pagi dan tidur malam awal agar badan fresh. Lalu dengan fokus saya upayakan setiap pekerjaan kampus dapat saya tuntaskan di kampus selama waktu kerja. Setelah di rumah diupayakan saya tidak lagi mengerjakan tugas pekerjaan kampus seserius pada saat di waktu kerja,” paparnya.

Kedepan, ayah dari Olivita Setia Pangarso ini memiliki cita-cita di bidang lain. Yaitu memiliki usaha bersama sang istri Beta Setiawati yang nantinya dapat diwariskan kepada anak cucunya kelak.  ”Motivasi saya adalah istri, anak, dan orang tua saya,” ungkap pemiliki Motto hidup: “hidup di bumi hanya sekali wajib do the best dan semakin luarbiasa baik dimulai dari hal-kecil sampai hal-hal besar”ini.

Menurut penghobi olahraga ini arti kata sukses memiliki dimensi luas. Yaitu, dari sisi pribadi, keluarga, karir. Baginya kesuksesan adalah jika sebagai orang tua dapat berperan serta menjadi kepanjangan tangan Tuhan di bumi melayani dengan penuh ucapan syukur. Sehingga keturunan atau anak-anaknya mendapatkan warisan nilai-nilai yang terbaik baik melalui teladan hidupnya.

Sebagai dosen di Universitas Telkom, Astadi berharap Universitas Telkom dapat menjadi World Class Entrepreneurial and Research University!. ”Untuk fakultas saya FKB (Fakultas Komunikasi dan Bisnis) agar menjadi fakultas terbaik dalam segala hal. Yang baik secara berkelanjutan, sehingga menjadi teladan bagi fakultas-fakultas lain. Serta perlunya peningkatan,” tutupnya. (duniadosen.com/ta)

Redaksi

View Comments

  • bagaimana kisah perjalanan hidupnya hingga bisa menjadi dosen?

Recent Posts

3 Karakter Dosen untuk Pengembangan Indikator Kinerja Dosen

Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…

1 day ago

Pendaftaran Doha Institute Scholarship Jenjang S3 Tahun 2025 Dibuka!

Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…

1 day ago

Royal Thai Government Scholarship 2025 untuk Jenjang S2 dan S3

Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…

1 day ago

Program IASP 2025 untuk Dosen Kuliah S3 Gratis di Austria Resmi Dibuka!

Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…

6 days ago

Indikator Kinerja Dosen Sesuai Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…

6 days ago

Standar Minimum Pelaksanaan Hibah Penelitian dalam Indikator Kinerja Dosen

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…

6 days ago