Inspirasi

Mahasiswa yang Menjadi Asisten Dosen Berkualitas

Barangkali asisten dosen adalah awal mula para mahasiswa melangkah ke dunia kerja. Terutama bidang pendidikan yang membutuhkan banyak tenaga pengajar.

Dalam perkuliahan misalnya, para dosen super sibuk sangat membutuhkan asisten dosen agar menjadi penghubung antara dosen dan mahasiswa. Asisten dosen tentunya lebih dekat dengan mahasiswa sebab usia yang tidak jauh beda atau masih menjadi mahasiswa di perguruan tinggi tersebut juga. Meski dekat dengan mahasiswa, dia tidak diperkenankan terlalu membebaskan mahasiswa, hal ini mencegah kurangnya rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap mata kuliah bersangkutan.

Para asisten dosen biasanya dipekerjakan di bagian praktikum atau mengisi jam kosong sang dosen inti. Mereka berkewajiban mempersiapkan segala perlengkapan sebelum kegiatan perkuliahan dimulai.

Seperti contoh, Adi seorang alumni Universitas Nasional Jakarta yang pernah magang sebagai asisten dosen di laboratorium IT(Information Technology) Fakultas Teknologi Komunikasi dan Informatika (FTKI) ini menceritakan bahwa itu bukanlah pekerjaan mudah. Selain harus memenuhi kriteria tertentu seperti nilai minimum IPK yang dibatasi dan syarat semester yang telah diambil, para calon asdos juga dituntut komitmen tinggi untuk mengabdi pada universitas. Disiplin, tepat waktu, teliti, cermat juga menjadi syarat utama para calon asisten dosen.

Sebelum menjadi asisten dosen, Adi memang selalu lebih unggul daripada teman-teman seangkatannya. Karena itu, jelang semester akhir, bukan Adi yang melamar menjadi asisten dosen praktikum komputer seperti teman-temannya, namun justru dosen itu yang menawarkan. “Waktu itu buat saya kenapa nggak? Lagipula saya memang butuh lowongan ini, agar mempermudah perkuliahan saya”

Soal insentif, kata Adi, hal itu hanya tambahan. Yang paling utama yang dibutuhkannya adalah pengalaman kerja. Sehingga, begitu lulus perguruan tinggi, Adi bisa langsung melamar kerja berdasarkan rekomendasi almamater pendidikan terakhirnya. Perkara insentif, dalam USA Today dibahas bahwa ada kemungkinan seseorang tidak dibayar. Nah, hal itu kembali kepada mahasiswa calon asisten dosen itu sendiri. Siapkah dengan kemungkinan tersebut? Masihkah berminat menjadi asisten dosen?

Namun Adi mengakui, jika di almamaternya mahasiswa masih diberikan insentif. “Sekadar uang transport bolak-balik dari rumah ke kampus itu sudah lumayan,” katanya. Adi yang juga merupakan salah satu lulusan terbaik FTKI UNAS 2012 ini menambahkan, banyak manfaat yang dirasakan saat menjadi asisten dosen, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa manfaatnya yaitu bagaimana menantang diri sendiri untuk dapat lebih bertanggung jawab, tidak asal-asalan, dan sistematis. Lebih mengenal dosen beserta karakternya sebab menjadi pendamping terdekat dosen dalam perkuliahan. Membantu mengasah kemampuan intelektual sebab mau tidak mau harus menguasai materi dan memiliki banyak referensi sebelum diajarkan kepada para mahasiswa.

Baca juga: Mari Mengenal 5 Prinsip Penilaian Angka Kredit Dosen Berikut Ini!

Seorang asdos benar-benar dituntut profesional saat memberikan nilai atau keputusan. Bukan berarti jika mahasiswa tersebut masih teman sebaya lantas mendapat perlakuan lebih istimewa. Jika profesionalitas diterapkan, maka seorang asdos akan tetap dihormati atau disegani para mahasiswa. Asisten dosen juga harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya selama menjadi asisten. Waktu yang fleksibel dengan jadwal kuliah bukan berarti santai, namun tetap menjaga kedisplinan.

“Pernah, diawal-awal saya menjadi asisten dosen bentrok dengan jadwal kuliah. Saya harus memilih, apakah ikut perkuliahan atau mengajar? Jalan tengahnya, dosen memberi kelonggaran pada saya untuk mengajar hanya setengah waktu dan sisanya saya diperbolehkan masuk kelas,” kenang Adi.

Menjadi asdos adalah kesempatan mengembangkan kemampuan berkarir, ilmu, dan minat bakat sesuai kemampuan mahasiswa melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu Hadist diterangkan, ilmu akan berkembang jika diamalkan dan disebar luaskan. Artinya ilmu itu akan berkembang lebih jauh dan tidak akan hilang percuma. Resikonya jika tidak disebar luaskan maka tidak akan berkembang bahkan cenderung akan hilang dengan sendirinya.

Asisten dosenlah yang menjadi perantara penyebar luasan ilmu tersebut apabila dosen berhalangan. Jadi, posisi seorang asisten dosen tidak bisa diremehkan mengingat untuk menjadi seorang asisten dilalui dengan proses seleksi yang cukup ketat.

Prof. Dr. Drh. Hj. RR Retno Widyani, MS., MH.

Ludhy Cahyana, Pimpinan Redaksi LDII News Network (LINES) DPP LDII.

Recent Posts

Biaya Kuliah S3 di Dalam dan Luar Negeri

Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…

4 days ago

5 Tips S3 ke Luar Negeri dengan Membawa Keluarga

Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…

4 days ago

Syarat dan Prosedur Kenaikan Jabatan Asisten Ahli ke Lektor

Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…

5 days ago

Perubahan Status Aktif Dosen Perlu Segera Dilakukan

Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…

5 days ago

7 Jenis Kejahatan Phishing Data yang Bisa Menimpa Dosen

Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…

5 days ago

Cara Menambahkan Buku ke Google Scholar Secara Manual

Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…

5 days ago