Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel di suatu jurnal masih belum terbaca atau terindeks di database Google Scholar.
Hal ini tentu memunculkan banyak pertanyaan. Bagaimana bisa tidak terbaca di Google Scholar padahal sudah terpublikasi? Rupanya, kondisi ini lumrah terjadi. Ada beberapa faktor yang membuat Google Scholar tidak bisa mendeteksi publikasi tersebut.
Terutama jika baru dalam hitungan hari berstatus terpublikasi dari pengelola jurnal maupun penerbit buku. Namun, hal ini ternyata bisa diatasi dengan beberapa cara. Baca sampai habis untuk menemukan solusinya!
Ketika mendapati artikel tidak terdeteksi di Google Scholar, jangan buru-buru panik. Dosen bisa mencari tahu penyebab hal ini terjadi. Apabila publikasi artikel ilmiah tersebut masih terbilang baru. Misalnya baru beberapa hari atau belum ada satu minggu.
Artinya masih terbilang normal jika belum terindeks di Google Scholar. Sebab, dari Google Scholar sendiri diketahui butuh waktu antara 1 sampai 2 minggu untuk mengindeks publikasi baru.
Jika publikasi Anda belum ada 2 minggu, artikel Anda memiliki kemungkinan masih dalam proses peninjauan Google Scholar. Sehingga, Anda bisa lebih bersabar sampai genap 2 minggu atau lebih, baru kemudian mencari solusi.
Publikasi ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun artikel pada jurnal dan prosiding, yang diupload di akun Google Scholar umumnya akan terindeks di Google Scholar, khususnya yang dipublikasikan dalam bentuk open access.
Namun, sekali lagi, Google Scholar tidak bisa mengindeks seluruh publikasi secara seketika. Butuh waktu untuk masuk ke database dan bisa diakses oleh pengguna jasanya.
Berikut beberapa faktor yang membuat artikel tidak terdeteksi Google Scholar, yaitu:
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Google Scholar membutuhkan waktu untuk mengindeks publikasi baru. Jadi, ada proses indeksasi yang memakan waktu dalam hitungan hari maupun beberapa minggu.
Jika publikasi Anda terbilang baru, misalnya berstatus terpublikasi baru kemarin, kecil kemungkinan sudah terindeks di Google Scholar. Oleh sebab itu, dosen perlu bersabar menunggu beberapa hari sampai sekitar 2 minggu.
Biasanya dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang publikasi tersebut sudah muncul atau terbaca di Google Scholar. Oleh sebab itu, jangan buru-buru mengecek di Google Scholar jika baru hitungan hari publikasi ilmiah dilakukan.
Faktor kedua yang mempengaruhi lama tidaknya artikel tidak terdeteksi Google Scholar adalah karakter platform publikasi. Publikasi ilmiah di jurnal biasanya lebih mudah terdeteksi karakternya.
Publikasi di jurnal yang memang sering diakses oleh banyak orang karena populer, dikenal kredibel, dan sebagainya. Cenderung lebih mudah terindeks di Google Scholar. Sehingga, lebih cepat terindeks dibanding jurnal yang masih sepi pembaca.
Jadi untuk mempercepat publikasi terbaca di Google Scholar. Para dosen bisa mengutamakan platform publikasi yang populer, banyak diakses pembaca, dan sejenisnya sehingga bisa lebih cepat terindeks Google saat ada publikasi baru.
Faktor ketiga yang mempengaruhi artikel tidak terdeteksi Google Scholar adalah metadata. Publikasi ilmiah yang dilakukan tentunya perlu di indeks ke Google Scholar. Dalam proses tersebut, platform publikasi akan mengisi metadata.
Metadata yang lengkap dan sesuai dengan standar dari Google Scholar tentunya akan lebih mudah lolos proses pemeriksaan sehingga tidak butuh waktu terlalu lama untuk terbaca di Google Scholar dan diakses masyarakat luas.
Hal ini juga berlaku apabila Anda memilih memasukan riwayat publikasi secara manual di akun Google Scholar. Pastikan metadata diisi dengan lengkap dan sesuai standar agar bisa segera terindeks dan diakses oleh masyarakat.
Faktor yang keempat adalah berkaitan dengan frekuensi pembaharuan indeks. Artinya, seberapa sering suatu platform memperbaharui publikasi ilmiahnya. Hal ini akan mempengaruhi frekuensi pembaharuan indeksasi di Google Scholar.
Google Scholar secara berkala akan mengecek platform publikasi ilmiah. Setiap kali ada publikasi baru maka akan terdeteksi dan kemudian diproses untuk masuk ke database Google Scholar.
Semakin sering suatu platform memperbaharui konten yang dipublikasikan, semakin mendorong Google Scholar untuk memperbaharui indeksasi.
Namun, platform publikasi untuk jurnal tentunya memiliki ritme publikasi yang stagnan atau tetap. Saat ada publikasi baru dan butuh 1 minggu baru terbaca Google Scholar, seterusnya juga demikian. Meskipun bisa juga lebih cepat atau sebaliknya karena faktor tertentu.
Dikutip melalui salah satu konten di kanal YouTube Goacademica Research Publishing, salah satu penyebab artikel tidak terdeteksi Google Scholar adalah karena publisher memang tidak mengurus indeksasi di database ini.
Artinya, publisher jurnal tersebut tidak memiliki publikasi yang terbaca di Google Scholar karena memang tidak terhubung atau karena faktor lain. Dengan demikian, publikasi baru tidak akan terindeks Google Scholar.
Jika kebijakan publisher seperti ini, pastikan Anda sudah berkonsultasi sejak awal agar Anda bisa segera mengurus proses indeksasi di Google Scholar secara manual. Baik itu lewat akun Google Scholar maupun akun Researchgate.
Mau sinkronisasi akun dosen Anda dengan Google Scholar? Artikel berikut akan membantu:
Pada beberapa kondisi, dosen tentunya tidak bisa menunggu proses publikasi terbaru terindeks di database Google Scholar. Mulai dari kebijakan publisher yang memang tidak mengurus indeksasi di Google Scholar. Sampai kebutuhan mendesak dosen terkait agenda akademik.
Misalnya, dosen ingin riwayat publikasi terbarunya masuk ke pelaporan BKD terbaru. Publikasi tersebut diharapkan bisa terindeks di Google Scholar sebelum tenggat waktu pelaporan.
Jika jeda waktu terlalu mepet antara publikasi terbaru dengan tenggat waktu pelaporan BKD, dosen perlu mengurus indeksasi di database Google Scholar secara manual.
Secara umum, terdapat 2 pilihan cara sebagai solusi artikel tidak terdeteksi Google Scholar:
Cara yang pertama jika mendapati artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan tidak terbaca di Google Scholar adalah memasukkannya secara manual. Cara ini bisa dilakukan jika dosen memiliki akun Google Scholar.
sesuai penjelasan dari konten yang diunggah kanal YouTube Dr. Agus Anggayana, berikut cara mengatasi artikel yang tidak terindeks Google Scholar:
Apabila publisher atau pengelola jurnal yang dipilih memang tidak mengurus indeksasi di Google Scholar. Maka praktis, publikasi di jurnal tersebut tidak terbaca di Google Scholar sampai kapanpun.
Namun, tidak perlu cemas. Solusinya adalah dosen melakukan publikasi di media atau platform lain. Salah satu yang direkomendasikan adalah di Researchgate. Syaratnya, dosen sudah memiliki akun di media sosial kalangan ilmiah ini.
Syarat lain, dosen sudah menyiapkan dokumen artikel ilmiah di perangkat pribadi yang dipakai mengakses akun Researchgate. Sebab ada tahapan dimana dokumen tersebut diunggah di akun untuk proses publikasi keseluruhan dokumen.
Adapun langkah-langkah publikasi ulang di Researchgate sebagai berikut:
Dari dua pilihan cara untuk mengatasi artikel tidak terdeteksi Google Scholar tersebut, mana yang dirasa paling mudah untuk dilakukan? Para dosen bisa memilih salah satu yang dirasa paling mudah dan cepat terbaca di Google Scholar.
Jika publisher yang digunakan jasanya memang mengurus indeksasi di Google Scholar, cara pertama bisa dijadikan prioritas, untuk mempercepat publikasi tersebut terbaca di Google Scholar.
Sebaliknya, jika publisher yang digunakan jasanya memang tidak mengurus indeksasi di Google Scholar, dosen bisa mencoba mempublikasikan ulang di akun Researchgate sehingga bisa masuk ke database Google Scholar, meskipun tetap butuh waktu untuk terbaca dan diakses masyarakat.
Selain itu, cara ini juga bisa dipilih jika sudah memasukan publikasi secara manual di akun Google Scholar. Namun tetap tidak terbaca juga, Anda bisa mempublikasikan ulang di Researchgate agar bisa terbaca oleh sistem Google Scholar.
Apakah Anda sudah upload artikel/buku di Google Scholar tetapi jumlah sitasi tidak meningkat? Sebaiknya Anda menerapkan tips berikut:
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…
Dalam menjalankan kegiatan penelitian, dosen tentunya diharapkan bisa menghindari segala bentuk pelanggaran kode perilaku dosen.…