fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Anik Andriani, Berawal Coba-coba Kini Jadi Cinta Bidang Sistem Informasi

Sistem Informasi
Anik Andriani S.Kom., M.Kom. dosen Universitas BSI Yogyakarta. (Sumber foto: ta/duniadosen.com)

Perjalanan karir dosen seorang Anik Andriani S.Kom., M.Kom. tanpa rencana dan terjadi begitu saja. Bermula dari coba-coba mengambil jurusan Sistem Informasi di STMIK Nusa Mandiri, Jakarta, ternyata Anik senang dengan bidang tersebut. Buktinya, ia dipercaya menjadi asisten dosen, kemudian sebagai isntruktur laboratorium, dan menjadi dosen di kampusnya.

Perempuan asli Yogyakarta ini memutuskan untuk kuliah di jurusan Sistem Informasi di D3 STMIK Nusa Mandiri, Jakarta lewat jalur beasiswa selepas dari SMA pada 2003. Tahun 2006 lulus, Anik lanjut jenjang S1 di kampus yang sama. Dan lagi-lagi di semester tiga ia mendapat beasiswa, karena mendapat predikat IPK tertinggi sekaligus menjadi asisten dosen. Dari sanalah, perlahan karir Anik mulai terlihat. Ternyata Anik berbakat dalam hal mengajar dan ia pun tak menemukan kendala berarti.

”Awalnya iseng, mikirnya dulu masih jarang lulusan komputer. Kalau saya kuliah ambil jurusan sistem informasi ketika lulus nanti akan banyak yang membutuhkan. Tapi ya pada akhirnya jadi suka dengan bidang ini,” kata Anik.

Usai lulus D3 di STMIK Nusa Mandiri Jakarta, Anik dipercaya sebagai instruktur laboratorium. 2008, ia melanjutkan S1 di kampus yang sama mengambil jurusan Sistem Informasi. Lulus S1,  Anik pun kembali ke Yogyakarta dan mengajar sebagai dosen di Bina Sarana Informatikan (BSI) Yogyakarta.

”Lulus S1 2009 dan mulai mengajar di BSI Jogja. Dulu belum ada ketentuan dosen harus S2. Tetapi dari pihak kampus memberikan saya beasiswa untuk melanjutkan ke S2 di Nusa Mandiri, Jakarta kebetulan masih satu yayasan dengan BSI. Sambil menempuh pendidikan saya juga diberikan kesempatan mengajar di sana,” ungkap dosen prodi Sistem Informasi tersebut.

2012 Anik berhasil menyelesaikan pendidikan S2 Magister Ilmu Komputer-nya. Ia pun kembali ke Yogyakarta dan kembali mengajar di BSI. Sekembalinya itu, Anik kemudian mengurus jabatan fungsional akademiknya. Di tahun yang sama pula ia menjadi asisten ahli, kemudian di 2015 Anik berhasil memperoleh sertifikasi dosen.

”2018 ini naik ke Lektor. Terakhir kemarin ikut ujian kompetensi. Karena untuk menjadi dosen dari Kemenristekdikti ada kriteria, minimal S2 tersertifikasi pendidik, dan tersertifikasi kompetensi. Alhamdulillah 2018 ini sudah saya dapatkan sertifikasi kompetensi programming,” jelasnya.

Fokus Penelitian Informatika Medis

Ketika ditanya duniadosen.com tantangan dalam program studi Sistem Informasi, Anik memaparkan, karena melalui keilmuan yang tersebut ia bisa berkreasi menciptakan inovasi baru yang bisa diterapkan di bidang lain. Seperti yang saat ini Anik teliti, yaitu penelitian di informatika medis. Yaitu membuat aplikasi untuk menditeksi penyakit. Dengan begitu apa yang ia buat itu bisa diterapkan di berbagai bidang, misalnya bidang medis.

”Itu yang saya suka. Belum lama ini saya membuat sistem diteksi penyakit diabetes. Sehingga sedikit banyak saya juga belajar bidang diabetes itu apa, kriteria yang menentukan apa. Ya disitulah saya banyak belajar dan menambah wawasan bidang lain,” ujar ibu dua anak ini.

Anik mengaku, sejak 2012 memulai penelitiannya tentang sistem diteksi diabetes dan belum lama ini ia juga melakukan penelitian tentang penyakit tanaman. Penelitiannya itulah yang akhirnya membawanya ke seminar internasional. Disana Anik mempresentasikan hasil penelitiannya tersebut.

”Selain itu juga mendapat hibah dari Kemenristekdikti tentang mendeteksi penyakit diare. Akhir-akhir ini memang lebih banyak penelitian di informatika medis. Selain mandiri, juga banyak membimbing penelitian tim lain,” paparnya.

Istri dari Syamsudin Ahmad ini memang dahulunya bercita-cita ingin menjadi pengajar atau berprofesi sebagai guru. Meski latar belakang keluarganya tidak ada yang berprofesi di dunia pendidikan. Ayahnya pekerja bengkel dan ibunya pun seorang ibu rumah tangga. Namun, keinginan kuatnyalah yang kini membawa nasibnya jauh lebih baik. Kini, seolah cita-citanya terwujud bahkan jauh dari yang ia harapkan.

”Alhamdulillah, selalu dimudahkan dengan beasiswa. Karena dulu keluarga kami memang kurang mampu. Dan kenapa ingin mengajar, ya karena salah satu amal jariah yang terus mengalir adalah ilmu yang bermanfaat,” ujar putri pertama dari empat bersaudara pasangan Hari dan Sumirah ini.

Tantangan Menjadi Dosen

Anik Andriani, Berawal Coba-coba Kini Jadi Cinta Bidang Sistem Informasi
Anik Andriani S.Kom., M.Kom. dosen Universitas BSI Yogyakarta menjadi salah satu pengisi acara Seminar Digination. (doc. Anik Andriani)

Anik mengatakan, sejak awal menjadi dosen tidak ada kendala berarti yang ia temui. Karena bakat mengajarnya terasah sejak menjadi asisten dosen. ”Genap sepekan menjadi asisten dosen, dosennya malah tidak masuk. Jadi langsung mengajar sendiri,” kenangnya.

Menurutnya, akan lebih menemui tantangan ketika dosen mengajar di perguruan tinggi swasta (PTS) ketimbang perguruan tinggi negeri (PTN). Seperti halnya di kampus tempat Anik mengajar, yang setiap satu semester ada pembagian kelas berdasarkan indeks prestasi kumulatif (IPK). Yaitu IPK tertinggi dan kurang.

”Nah tantangannya ketika mengajar di kelas khusus yang IPK nya kurang. Perlu perlakuan khusus juga, jadi bagaimana menciptakan kelas yang menarik. Kalau seperti itu saya lebih sedikit teori dan memperbanyak parktikum. Yang awalnya mereka tidak bisa kemudian jadi bisa, itu yang membuat kepuasan tersendiri,” kata perempuan kelahiran Sleman, 03 Februari 1985 ini.

Di era serba digital ini, Anik pun memberikan suasana tugas yang berbeda. Mulai memberikan tugas presentasi yang diupload di Youtube. ”Karena anak sekarang beda, mereka kebanyakan pada narsis, jadi sistem mengajarnya juga harus beda. Jadi mereka saya minta presentasi tugas lewat Youtube. Kalau like nya banyak ya bisa jadi tambahan nilai. Mereka malah suka dan antusias dengan sistem seperti itu,” jelasnya.

Selain itu, bidang Teknologi Informatika (TI) sangat cepat perkembangannya. Buku-buku yang terbit lima tahun ke atas nyaris sudah tidak bisa lagi dipakai sebagai panduan atau acuan. Hal itu pula sebagai tantangan Anik sebagai dosen di bidangnya harus selalu belajar dan mengikuti perkembangan teknologi. Tak hanya itu tapi menghasilkan buku-buku hasil karyanya yang juga bisa sebagai panduan mengajar.

”Misal bikin situs web sekarang ini, from blognya baru lagi, software juga update terus. Ya kadang belajar dengan melihat referensi di Youtube. Kalau penelitian, saya juga dapat inspirasi dari sana. Misalnya, di luar negeri apa yang lagi tren, nah saya coba mengembangkannya di sini,” ungkapnya.

Melihat perkembangan teknologi di Indonesia saat ini, Anik rasa sangat bagus. Sisi positifnya, banyak membantu kemudahan kehidupan manusia. Namun, tidak sedikit pula yang menyikapi negatif, misalnya saat ini orang-orang sangat sulit terlepas dari gadget atau handphone-nya. Seolah-olah diperbudak oleh teknologi.

”Ya harus tau tempatnya, fungsinya apa, jangan terlalu berlebihan. Kalau hal konsumtif itu cepet, misal produk HP terbaru itu cepet banget di sini mengikutinya. Tapi kalau untuk teknologi yang diterapkan di bidang lain itu masih kurang, misal pemanfaatan internet marketing yang masih kurang dipakai,” papar Anik yang ingin menerbitkan buku ke 3 nya tahun ini.

Pengabdian Masyarakat ke Desa Wisata

Mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Anik pun melaksanakan pengabdian masyarakat di sejumlah daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Memulainya sejak 2012, Anik lebih concern terhadap Desa Wisata. Karena di sana banyak ditemui masyarakat belum paham akan pemanfaatan E-marketing. Sedangkan sistem tersebut sangat penting sebagai pengembangan desa wisata.

”Kami bantu dalam melaksanakan promosi melalui Internet dan Website. Ada afiliasi marketing juga. Kami juga membuatkan video yang bisa di upload di youtube.  Karena sekarang banyak orang mencari tempat wisata di youtube. Saya masih memantau yang Kampung Flory, sejauh ini masih jalan akan sistem yang diajarkan. Sayangnya untuk desa wisata yang lain belum teroptimasi dengan baik. Keterbatasan waktu kami juga yang belum bisa memantau satu persatu,” papar Anik.

Program pengabdian masyarakat yang Anik lakukan diantaranya, 2014, Pelatihan Sosial Media dan Internet di Desa Wisata Wringin Putih, 2016, pembuatan dan pengelolaan web di desa wisata “Kampung Flory”, Sleman, di 2018 pembangunan dan penerapan marketing online di wisata kuliner “Bali nDeso”, Sleman, dan Pembangunan dan penerapan marketing online di desa wisata “Ketingan”, Sleman.

Ketua penelitian Sistem Deteksi untuk Pengendalian Case Fatality Rate Demam Berdarah 2017 yang didanai Ristekdikti ini menuturkan, selain terus belajar juga mengasah kemampuan diri dengan mengikuti ajang perlombaan. Tahun 2013, Anik meraih Juara 1 lomba penulisan karya ilmiah tingkah Yogyakarta dan Jateng, Penghargaan dari Dinas Pendidikan. 2016, ia juga berhasil mengikuti seminar internasional di Bekasi, Jawa Barat karena memperoleh Best Paper yang penelitiannya didanai oleh Kemenristekdikti. Yaitu tentang Diteksi Sistem Potensi Kegagalan Koperasi di Setiap Provinsi di Indonesia.

”Selain itu juga sempat mendapat hibah dikti 3 kali. Yaitu di tahun 2014, 2016 dan 2017,” ucapnya bangga.

Target Tahun Depan

Selain disibukkan dengan kegiatan mengajar, menulis, penelitian, organisasi, mengurus usaha dan rumah tangga, Ibu dua anak ini masih ingin menempuh pendidikan jenjang S3 di tahun depan. Anik memang memiliki target dalam karirnya. Ia ingin menaikan satu tingkat jenjang karirnya ke Lector Kepala. Pendidikan S3 itulah salah satu persyaratannya, selain Anik juga harus memiliki publikasi di jurnal terakreditasi Scopus.

”Tahun besok ingin S3 di UGM. Karena ingin melangkah ke Lektor Kepala. Meski dari Dikti kini tidak mengharuskan S3, tetapi harus punya publikasi jurnal akreditasi Scopus. Kemarin dapat juga dari Scopus hanya saja masih mengantri untuk di terbitkan,” jelas pengurus divisi sertifikasi profesi DPD ADRI (Pekumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia) DI. Yogyakarta ini.

Anik berharap, BSI yang kini telah menjadi universitas lebih mudah dalam mengembangkan kampus. Dosen dan mahasiswa dapat merubah mindset bahwa Universitas BSI, memiliki daya saing untuk meningkatkan kualitas. ”Dulu masih D3, mahasiswa maupun dosen belum Pede untuk ikut lomba atau nulis buku. Dengan status yang sekarang diemban semoga bisa terus melangkah maju dan makin berkualitas,” harapnya.

Ia menambahkan, kalau tidak mencoba, kemungkinan berhasil itu nol persen. Tetapi jika berani mencoba presentasinya lebih tinggi. ”Misalnya berani kirim proposal penelitian, meski saingannya nasional. Tapi harus coba dan melihat hasilnya. Karena dengan begitu kita jadi tahu sampai dimana kemampuan kita, apa yang perlu kita tingkatkan,” tutup penghobi baca buku cerita ini. (duniadosen.com/ta)