Dosen yang jabatan fungsional atau jabfung-nya stagnan tentu perlu segera mencari tahu alasan kenapa susah naik jabfung. Kenapa? Sebab, secara normal kenaikan jabfung tersebut adalah hal yang lumrah dan sejatinya bisa diraih semua dosen.
Hanya saja, kondisi di lapangan ternyata berbeda yang mana ada lebih banyak dosen susah untuk naik jabatan fungsional. Cenderung setia pada satu jenjang jabfung dan bertahan sampai belasan tahun. Kenapa? Berikut informasinya.
Dosen yang karirnya jalan di tempat sebaiknya memang mencari tahu alasan kenapa susah naik jabfung. Sebab yang namanya jabfung atau jabatan fungsional ini sangat penting untuk dipangku oleh dosen dan secara berkala terus berkembang.
Manfaat dari jabfung tersebut tidak hanya dirasakan oleh dosen yang memangkunya. Akan tetapi juga berbagai pihak di ranah pendidikan tinggi atau dunia akademik. Secara garis besar, berikut arti penting jabfung bagi seorang dosen:
Dosen agar bisa mengajukan kenaikan jabatan fungsional harus memenuhi sejumlah persyaratan. Mulai dari syarat menempuh pendidikan minimal Magister, memenuhi angka kredit atau KUM, dan lain sebagainya.
Dalam proses memenuhi syarat tersebut, dosen harus mengembangkan diri dan melaksanakan seluruh tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga dosen yang berhasil mengembangkan karir akademiknya memiliki bukti sudah menjadi dosen profesional.
Dosen yang baik dan menjunjung tinggi profesionalisme dijamin akan melek terhadap jabatan fungsional. Sebab lewat jabfung inilah dosen bisa ikut mendorong perbaikan kualitas institusi pendidikan tempatnya bernaung.
Pasalnya, jabfung dosen di sebuah institusi menjadi unsur yang dinilai saat akreditasi oleh BAN-PT. Sehingga semakin banyak dosen menjadi Lektor Kepala dan Guru Besar semakin mudah bagi institusi memperoleh nilai akreditasi memuaskan.
Arti penting perlunya dosen mencari tahu alasan kenapa susah naik jabfung agar bisa segera diatasi adalah agar bisa ikut meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dikatakan demikian karena dosen dengan jabfung tinggi mendorong kualitas institusi.
Dalam skala besar, semakin banyak perguruan tinggi atau institusi memiliki akreditasi memuaskan. Maka semakin menunjukan wajah pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi di ranah pendidikan internasional.
Baca Juga:
Kenaikan jabfung bagi dosen memang bukan persoalan mudah, karena jika dilihat daftar persyaratannya memang dibutuhkan waktu untuk memenuhinya. Meskipun begitu, usahakan tetap fokus karena memang jabfung ini sifatnya sangat penting.
Sudah sejak lama bahkan sampai sekarang masih banyak dosen yang karirnya berhenti di tengah jalan. Kira-kira apa saja alasan kenapa susah naik jabfung? Usut punya usut, ada beberapa alasan internal yang menjadi penyebab utamanya. Seperti:
Alasan pertama kenapa banyak dosen memiliki karir akademik yang terkesan jalan di tempat adalah terlalu sibuk dengan tugas tambahan. Apa itu tugas tambahan? Tugas tambahan adalah kepercayaan memangku jabatan struktural institusi.
Misalnya dipercaya atau terpilih menjadi dekan, kemudian fokus terhadap tugas-tugas sebagai dekan. Pilihan ini kemudian tanpa disadari membuat urusan untuk mengembangkan karir akademik lewat jabfung terbengkalai.
Memang harus diakui, adanya tugas tambahan adalah sebuah amanah besar dan ketika bisa ditekuni maka menjadi sebuah prestasi. Alhasil semakin sibuk dengan tugas-tugas dari tugas tambahan tersebut.
Supaya dosen tetap bisa mengejar kenaikan jabfung maka penting untuk membagi waktu dan membagi fokus. Supaya antara tugas tambahan dengan tugas pokok (Tri Dharma) dan tugas penunjang berjalan seimbang.
Pengembagan karir akademik dosen memang erat kaitanya dengan publikasi, sebab angka kredit untuk pemenuhan tugas ini cukup tinggi. Selain itu, lewat publikasi juga seorang dosen bisa loncat jabatan sehingga lebih efisien mencapai Guru Besar.
Hanya saja, saking sibuknya mengurus proses publikasi kadang dosen hanya sibuk mencari informasi saja. Sedangkan untuk proses eksekusinya sendiri masih rendah atau bahkan nihil.
Jika hal ini terjadi, maka dosen tentu perlu melakukan evaluasi terhadap tujuannya mengembangkan jabfung. Sebab absen dalam publikasi disebut-sebut sebagai alasan kenapa susah naik jabfung yang banyak dilakukan kalangan dosen.
Selanjutnya, dosen perlu segera mengeksekusi proses publikasi. Usahakan disesuaikan dengan ketentuan untuk kenaikan jabfung. Misalnya mempublikasikan karya yang sesuai bidang keilmuan sekaligus terus produktif menulis.
Berikutnya dalam pembahasan daftar alasan kenapa susah naik jabfung adalah tidak disiplin pada target-target kecil. Setiap dosen tentunya akan memiliki daftar kegiatan yang sangat banyak, dan membuat jadwal hariannya padat.
Lebih-lebih jika dosen tersebut mendapat kepercayaan memangku jabatan struktural sebagai tugas tambahan yang dijelaskan sebelumnya. Kesibukan ini sering membuat dosen kesulitan membagi waktu dan kemudian bisa kurang disiplin pada target kecil.
Target kecil ini misalnya mencoba tidur lebih awal, bangun lebih pagi, menulis meskipun hanya 30 menit sehari, dan lain sebagainya. Target-target kecil ini sering diremehkan dan kemudian membuat target lebih besar ikut susah dicapai.
Mengatasinya, para dosen tentu perlu membiasakan diri untuk fokus pada pencapaian target kecil. Sehingga pencapaian ini akan ikut memudahkan langkah dosen dalam mencapai target lebih besar.
Alasan kenapa susah naik jabfung selanjutnya secara umum adalah dosen terlalu fokus pada cerita kegagalan orang lain. Artinya, saat dosen mendapati pengalaman dosen lain yang gagal dalam mengembangkan karir akademik.
Tanpa disadari hal ini memberi dampak psikis, dimana mental untuk mengembangkan jabfung menjadi turun bahkan bisa dikatakan melempem. Padahal, perjalanan karir masing-masing dosen berbeda.
Dosen A gagal dalam pengajuan jabfung belum tentu dengan dosen B, begitu seterusnya. Oleh sebab itu, setiap kali mendapat kabar kegagalan dosen lain usahakan disikapi dengan bijak.
Jadikan sebagai motivasi untuk tidak melakukan kesalahan serupa sehingga tidak ikut merasakan kegagalan yang sama. Jangan justru menjadikannya sebagai penyebab motivasi menguap dan hilang begitu saja.
Dari berbagai alasan kenapa susah naik jabfung yang dijelaskan di atas, adakah yang tengah dihadapi? Setiap dosen tentu ada kemungkinan menghadapi satu atau bahkan semua alasan tersebut.
Jika demikian, usahakan untuk kembali fokus pada tujuan awal menjadi dosen. Tentunya tidak ingin menjadi dosen yang biasa-biasa saja dan dianggap tidak profesional karena karir akademik yang berhenti di tengah jalan.
Oleh sebab itu, penting untuk memperbaiki tujuan dan kemudian menentukan target baru agar bisa segera naik jabatan fungsional. Jika memang penyebabnya adalah faktor eksternal seperti institusi yang tidak mendukung.
Ada baiknya mempertimbangkan untuk mencari homebase baru, hanya saja resikonya harus mulai dari awal. Selain itu, tidak ada jaminan homebase yang baru lebih baik dari yang lama. Maka apapun alasan kenapa susah naik jabfung sebaiknya dicari solusi terbaiknya.
Artikel Terkait:
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…