Pernahkah Anda mendengar istilah academic writing? Istilah ini sekilas terdengar seperti sebuah tes kemampuan dalam bahasa Inggris. Namun, definisi sesungguhnya ternyata jauh dari hal tersebut. Istilah ini akan sangat familiar bagi kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa dan peneliti di berbagai lembaga penelitian.
Apa itu academic writing? Apakah hanya sekadar menulis dengan bahasa formal? Temukan jawabannya di artikel berikut ini.
Academic writing dikutip dari laman indeed.com dijelaskan definisinya sebagai sebuah gaya penulisan formal yang digunakan oleh para peneliti dan pendidik dalam publikasi ilmiah. Sehingga istilah ini mengacu pada penulisan karya tulis berbasis data dan fakta.
Jika masih bingung, maka secara sederhana academic writing ini adalah istilah dalam bahasa Inggris untuk menyebut karya tulis ilmiah. Jika Anda masuk ke perguruan tinggi luar negeri, KTI disebut dengan istilah satu ini.
Karya tulis ilmiah biasanya disusun di dunia akademik, baik oleh dosen maupun mahasiswa untuk melaporkan hasil penelitian yang dilakukan. Karya tulis ini kemudian dipublikasikan agar hasil penelitian bisa diakses dan dimanfaatkan banyak orang.
Dalam jangkauan lebih luas, karya tulis ilmiah juga bisa disusun di luar bidang akademik. Misalnya karya tulis dari para kritikus. Paling umum di Indonesia adalah kritikus film, dimana akan menyusun esai yang memberi ulasan suatu film.
Isi ulasan tentu bukan hanya argumen atau opini kritikus tersebut, melainkan ditunjang juga oleh fakta yang membuat pembaca ikut memahami dan menyetujui apa yang dipaparkan. Jadi, suatu tulisan disebut karya tulis ilmiah jika memang isinya data bukan hanya argumen apalagi hasil imajinasi.
Jika sudah paham bahwa academic writing adalah karya tulis ilmiah, maka apa saja bentuk dari karya tulis ilmiah ini? Jawabannya adalah cukup banyak. Dikutip dari laman kampunginggris.id, bentuk tulisan academic writing meliputi buku, paper atau artikel ilmiah, artikel prosiding, esai, dan lainnya.
Berikut detail contoh atau bentuk tulisan academic writing:
Bentuk pertama yang umum dan bahkan paling umum di Indonesia adalah buku. Tidak semua buku masuk kategori academic writing, hanya buku yang memiliki muatan pengetahuan dan keterampilan saja yang masuk. Misalnya buku kuliah, buku pelajaran, buku bisnis, dan lainnya,
Bentuk kedua adalah paper atau lebih umum disebut artikel ilmiah yang isinya hasil penelitian maupun hasil kajian literatur. Artikel ilmiah disusun untuk dipublikasikan ke jurnal, baik jurnal nasional maupun jurnal internasional.
Berikutnya adalah artikel prosiding. Istilah prosiding mengacu pada kegiatan konferensi ilmiah. Jadi, artikel ilmiah ketika dipresentasikan di konferensi tersebut maka akan dipublikasikan pihak penyelenggara dan disebut prosiding.
Pernah ikut program beasiswa? Kebanyakan beasiswa mensyaratkan pendaftar melampirkan esai. Esai ini juga termasuk bentuk academic writing yang isinya data dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan oleh penulisnya.
Bentuk terakhir adalah tugas akhir kuliah yang mencakup skripsi, tesis, dan disertasi. Semua jenis tugas akhir ini terikat aturan terkait gaya bahasa sampai struktur. Selain itu isinya juga harus data valid dan fakta yang memang terjadi di lapangan.
Keterampilan academic writing tentunya dipahami penting untuk dikuasai para akademisi dan peneliti, khususnya dosen. Sebab sepanjang masa pengabdiannya, seorang dosen akan rutin menyusun artikel ilmiah dan mempublikasikannya.
Skill atau keterampilan ini tentu tepat untuk diasah terus menerus, baik dengan rutin menulis maupun aktif dalam kegiatan yang relevan. Misalnya ikut seminar, webinar, dan workshop terkait dunia kepenulisan karya tulis ilmiah.
Lalu, seberapa penting sebenarnya keterampilan ini dikuasai oleh dosen? Jawabannya adalah sangat penting. Berikut alasan kenapa kemampuan academic writing penting dikuasai:
Skill academic writing perlu terus dikembangkan para dosen agar lebih terampil dan fasih dalam menyusun karya tulis ilmiah, apapun bentuk atau jenisnya. Sebab dosen sendiri memang punya kewajiban tersebut.
Menulis karya tulis ilmiah tak cukup hanya menjelaskan hasil penelitian maupun hasil kajian literatur. Namun bisa memberi penjelasan dengan pemilihan diksi dan gaya bahasa yang bisa dipahami oleh pembaca.
Jika keterampilan menulis karya ilmiah meningkat, maka produktivitas publikasi dosen juga akan meningkat. Sebab dosen sudah paham bagaimana menulis karya ilmiah dan semakin mudah menyelesaikannya agar bisa segera dipublikasikan.
Dosen perlu mengasah keterampilan menulis KTI juga untuk memberi kemudahan menembus jurnal internasional bereputasi. Dimana diketahui sangat sulit dan butuh proses panjang. Jika kualitas KTI yang disusun sudah mumpuni maka kecil sekali kemungkinan artikel yang di submit akan ditolak.
Dosen juga membutuhkan keterampilan ini sebagai sarana atau bagian dalam pengembangan karir akademik. Sebab semakin produktif menulis dan melakukan publikasi ilmiah, semakin cepat dosen bisa naik jabatan fungsional.
Baca juga artikel seputar pengembangan karir akademik dosen berikut
Ketika mengembangkan skill academic writing maka ada beberapa hal yang akan dan perlu dipelajari dosen. Secara umum, dosen atau penulis yang mempelajari academic writing akan mendapatkan materi seperti:
Pertama adalah mempelajari bagaimana cara menyusun abstrak yang baik dan benar. Sebab sejauh ini masih banyak dosen kesulitan untuk menyusun bagian ini. Padahal menjadi bagian penting dan wajib ada pada artikel ilmiah untuk jurnal maupun prosiding.
Abstrak adalah bagian krusial pada jurnal karena bagian inilah yang menentukan apakah calon pembaca akan membaca isinya atau tidak. Untuk itu, kuasai pembuatan asbtrak mulai dari sini:
Hal kedua yang perlu dipelajari adalah bagaimana cara menjelaskan hasil kajian literatur dan hipotesis yang dimiliki. Biasanya menjadi bagian awal di bab pertama, dan sebagai pembuka tentu perlu disusun sebaik mungkin.
Hal ketiga yang wajib dipelajari dalam academic writing adalah menetapkan metodologi penelitian. Tentunya ada teknik tersendiri agar sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan atau direncanakan akan dilaksanakan.
Hasil penelitian perlu dijelaskan dengan baik dan benar dalam karya tulis ilmiah agar bisa dipahami para pembaca. Hal ini bisa dipelajari agar publikasi ilmiah yang dilakukan bisa dipahami dengan baik oleh para pembaca.
Dalam karya tulis ilmiah, penulis perlu menjelaskan implikasi atau dampak dan penerapan hasil penelitian. Ada teknik yang harus dikuasai agar penjelasan di bagian ini bisa optimal dan bisa dipahami pembaca.
Terakhir adalah mempelajari teknik menyusun daftar pustaka. Sebab harus mengikuti ketentuan dari style yang digunakan atau ditetapkan publisher maupun institusi. Entah itu disusun secara manual maupun memakai tools seperti Mendeley.
Saat ini semakin banyak perguruan tinggi yang menyelenggarakan pelatihan atau workshop academic writing. Tidak ada salahnya untuk ikut serta sebagai upaya mengasah keterampilan menyusun karya ilmiah yang baik dan berkualitas.
Apabila ada pertanyaan terkait topik ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Tak lupa, klik tombol Share untuk membagikan artikel ini ke kolega Anda. Siapa tahu banyak yang terbantu dengan informasi di artikel ini.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…