Ujian lisan menjadi sarana untuk mengkonfirmasi karya ilmiah mahasiswa dan sebagai sarana untuk menanyakan teori yang sebelumnya sudah dibahas di kelas.
Dosen sebagai tenaga pengajar memiliki berbagai metode yang bisa digunakan untuk menguji kemampuan belajar mahasiswanya. Metode yang sering digunakan dosen adalah dengan menyelenggarakan ujian tulis, baik di tengah semester (mid semester) ataupun di akhir semester.
Selain itu, tidak sedikit juga dosen yang menerapkan metode pembuatan karya ilmiah sebagai tugas akhir mahasiswa dari sebuah mata kuliah tertentu. Secara umum, dosen mengombinasikan nilai kehadiran dan keaktifan mahasiswa di kelas, hasil ujian tertulis (mid dan akhir semester), dan tugas-tugas lain untuk menentukan nilai akhir dari mahasiswa yang bersangkutan.
Keluar dari berbagai metode penilaian yang disebutkan sebelumnya, ada satu metode penilaian yang sebenarnya bisa digunakan oleh dosen yaitu ujian lisan. Ujian lisan ini pada dasarnya tidak hanya bisa digunakan untuk mereka yang berada di lingkungan ilmu sosial semata, tetapi juga mereka yang belajar di lingkungan ilmu alam atau teknik.
Ada dua teknik besar yang bisa digunakan dosen untuk melakukan penilaian terhadap mahasiswa melalui ujian lisan ini yaitu sebagai sarana untuk mengkonfirmasi karya ilmiah yang dibuat mahasiswa dan sebagai sarana untuk menanyakan teori yang sebelumnya sudah dibahas di kelas.
Pertama, dosen bisa mengombinasikan metode ujian lisan ini dengan penugasan mahasiswa berupa pembuatan karya ilmiah, baik individu ataupun kelompok. Karya ilmiah tersebut nantinya bisa dijadikan dosen sebagai bahan penilaian akhir dari tugas mahasiswa.
Ujian lisan bisa dihadirkan dosen pada saat ujian akhir semester dimana forum tersebut berfungsi sebagai sarana untuk mengonfirmasi karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa, baik individu ataupun kelompok. Secara teknis, mahasiswa bisa bersama-sama masuk ke dalam ruangan (3-5 orang) untuk kemudian melaksanakan ujian lisan.
Tidak hanya mengonfirmasi karya ilmiah, forum tersebut juga bisa digunakan dosen untuk menanyakan pendapat atau hal-hal lain terkait dengan pelajaran yang sebelumnya pernah dibahas di kelas.
Kedua, metode ujian lisan ini tidak hanya digunakan untuk mengonfirmasi karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa, tetapi juga bisa digunakan sebagai pengganti ujian tulis yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa.
Sebenarnya pertanyaan yang diajukan oleh dosen bisa sama dengan ujian tulis, hanya saja metode yang digunakan untuk menjawab yaitu berbeda, dengan cara secara lisan. Bahkan melalui metode ini, dosen juga bisa menanyakan hal-hal lain yang lebih jauh untuk mengeksplorasi jawaban yang dikemukakan oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Menariknya, mahasiswa dan dosen bisa saling berdebat terkait sebuah hal sehingga metode ini layak dijadikan sarana untuk mengasah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh dosen dan mahasiswa.
Selanjutnya, mahasiswa juga tidak perlu untuk menuliskan jawabannya secara panjang lebar. Mahasiswa cukup datang ke kampus dan bersiap secara mental untuk menjawab pertanyaan langsung dari dosen yang bersangkutan.
Setidaknya ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari metode ujian lisan tersebut.
Pertama, waktu ujian yang biasanya ditempuh mahasiswa selama 2 jam bisa relatif lebih singkat yaitu hanya sekitar 10-15 menit. Meskipun demikian, metode ini jelas menyita waktu dan tenaga dosen yang bersangkutan karena harus hadir secara fisik untuk menilai jawaban mahasiswanya secara langsung.
Kedua, metode ujian lisan cukup bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan berbicaranya di depan orang lain. Hal tersebut menjadi wajar mengingat tidak semua mahasiswa memiliki keberanian untuk berbicara secara langsung di depan publik, khususnya di depan dosen dalam format ujian.
Baca juga: Ini Daftar Pertukaran Dosen ke Luar Negeri yang Bisa Jadi Referensimu!
Kondisi seperti itu tentu secara tidak langsung dapat mengasah mental mahasiswa ketika mereka sudah terjun di dunia kerja yang sebenarnya. Dengan demikian, mahasiswa juga dapat mengambil manfaat dari metode ujian lisan tersebut.
Ketiga, dengan menggunakan metode ujian lisan ini, dosen langsung bisa mengambil atau menentukan nilai mahasiswa yang bersangkutan. Hal tersebut berbeda apabila dosen menggunakan metode ujian tulis. Bahkan dengan ujian tulis, dosen juga harus meluangkan waktu lebih untuk mengoreksi jawaban mahasiswa.
Keempat, ujian lisan bisa dijadikan ajang sebagai diskusi antara dosen dan mahasiswa, terlebih ketika metode tersebut digunakan untuk mengonfirmasi karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa.
Sebagai sarana untuk mengonfirmasi karya ilmiah, dosen bisa menilai seberapa jauh pemahaman mahasiswa terhadap karya ilmiah yang dibuatnya sendiri. Bahkan apabila karya ilmiah tersebut dibuat secara berkelompok, metode tersebut juga bisa mendeteksi mahasiswa mana saja yang sebenarnya tidak terlibat banyak di dalam kelompok.
Lebih jauh, metode tersebut juga bermanfaat bagi mahasiswa ketika nantinya akan menghadapi sidang skripsi yang kurang lebih formatnya hampir sama.