fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Mantan Pegawai Bank Jadi Dosen Manajemen? Ini Kisah M. Ichsan Hadjri

dosen manajemen
Dr (Cand) Muhammad Ichsan Hadjri, ST, MM usai menerima penghargaan The 1st Winner Best Paper and Excellence in Research of Asia Pacific Consortium of Researchers and Educators Convention and International Conference di Amerika Serikat (USA) pada November 2018 lalu. (Foto: dok. Ichsan).

Dosen merupakan suatu profesi yang diimpikan Dr (Cand) Muhammad Ichsan Hadjri, ST, MM. sejak dulu. Berasal dari keluarga sederhana, mau tak mau usai lulus S1 Ichsan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan jenjang S2 yang merupakan salah satu syarat untuk bisa menjadi dosen. Ichsan pun memutuskan bekerja pada perusahaan perbankan di Palembang. Penghasilan dari bekerja ia tabung, dan setahun kemudian ia memberanikan diri mendaftar kuliah S2 nya. Namun, bagaimana kelanjutan cerita Ichsan dalam keberhasilannya meraih cita cita sebagai dosen manajemen, disamping ia pun memiliki jabatan penting di perusahaan perbankan tersebut. Simak kisahnya di duniadosen.com berikut.

Memiliki cita-cita sebagai dosen membawa seorang Ichsan, menjadi pribadi yang tangguh, pekerja keras, dan pantang menyerah. Pasalnya untuk mewujudkan cita-citanya itu, Ichsan harus berjuang keras mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Menyadari bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan, lulus S1 dari Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Universitas Sriwijaya 2011, ia bersedia bekerja sebagai pegawai bank.

Ichsan terlahir dari keluarga yang sederhana. Ayah dan ibunya bukanlah seorang pendidik. Ayahnya Ilham Tamin adalah seorang pelatih volly dan ibunya Nyayu Erma Herlina merupakan seorang pedagang pempek. Sejak SMP, Ichsan selalu membantu ibunya berjualan pempek di sekolah. Setiap hari, ia membawa pempek, nasi goreng, gorengan, dan berbagai makanan lainnya untuk dijual di sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk membantu biaya sekolah dan buku-buku pelajaran.

Sepulang sekolah, Ichsan membantu ibunya di warung pempek, hingga malam hari menutup warung. Setelah menutup warung, baru penghobi membaca dan menyanyi ini membuat pekerjaan rumah, mengulang pelajaran sekolah, dan belajar. Hal tersebut berlanjut hingga Ichsan mengenyam pendidikan strata 1. Selain membantu ibunya berjualan pempek, ia juga lihai dalam bermusik dan mampu mengahasilkan uang tambahan. Kebetulan saat itu Ichsan tergabung dalam grup band, sehingga uang hasil festival, “manggung”, dan “ngamen” bisa membantu biaya kuliahnya.

”Cita-cita awal saya adalah menjadi seorang dosen. Namun untuk menjadi seorang dosen diperlukan pendidikan minimal strata 2. Saya bukan termasuk orang yang berkecukupan, sehingga setelah lulus dari strata 1 pada tahun 2011, saya belum memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang strata 2. Karena hal itulah, saya bekerja terlebih dahulu di sebuah Bank Pembangunan Daerah di Sumatera Selatan,” ungkapnya.

Ichsan menyisihkan gaji setiap bulannya agar dapat membayar biaya kuliah strata 2 dari tahun 2013 hingga 2015. Lulus dari S2 Magister Manajemen Konsentrasi Manajemen SDM Universitas Sriwijaya tahun 2015 ia pun langsung nekat melanjutkan pendidikan kejenjang strata 3. Padahal di tahun 2014 Ichsan naik jabatan sebagai Senior Asisten Manager untuk Analis Pembiayaan Menengah dan Korporasi.

”Saya dengan “nekat” mendaftar kuliah strata 3 pada tahun 2016 dan Alhamdulillah dinyatakan diterima. Jujur, saat itu saya hanya memiliki biaya untuk uang masuk dan UKT semester pertama. Saya disiplin menabung gaji saya agar dapat membayar biaya UKT perkuliahan strata 3 yang saya jalani saat itu,” bebernya.

Pria kelahiran Palembang, 11 Juli 1989 ini memiliki alasan tersendiri mengapa sejak kecil ia ingin sekali berprofesi sebagai pendidik. Hal itu karena Ichsan mempedomani salah satu Hadis Riwayat Muslim, Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rosulullah Saw. bersabda: ”Apabila anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh kepadanya”(HR Muslim).

”Saya menganggap pekerjaan seorang pendidik bukan hanya pekerjaan untuk mendapatkan di dunia, namun salah satu bekal untuk pahala di akhirat. Ketika ilmu yang kita ajarkan bermanfaat bagi orang banyak, InsyaAllah pahala dari ilmu tersebut akan terus mengalir kepada kita. Hal tersebut yang menjadi alasan utama mengapa saya memilih untuk menjadi seorang dosen,” terang pria asal Palembang tersebut.

Ichsan pun resmi menjadi seorang dosen Manajemen SDM di Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya setelah dinyatakan lulus seleksi rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2017. ”Saya menjadi dosen di jurusan manajemen, dengan konsentrasi manajemen sumber daya manusia,” ujar lulusan Magister Manajemen Konsentrasi Manajemen SDM tahun 2015, Universitas Sriwijaya ini.

Kendala Saat Menjadi Dosen

Ichsan mengungkapkan, kendala kali pertama ketika menjadi dosen manajemen adalah lebih kepada peralihan jenis pekerjaannya yang cukup berbeda. Wajar saja selama 6 tahun Ichsan bekerja di Bank dan belum memiliki pengalaman yang memadai untuk menjadi seorang dosen. Namun, di sini tantangan yang menjadi pemacu semangatnya. ”Saya termasuk orang yang menyukai tantangan. Saya belajar berkomunikasi di depan cermin, mengikuti kelas-kelas komunikasi, dan berlatih untuk menjadi seorang dosen yang baik, termasuk berlatih bagaimana cara melakukan penelitian,” ungkap dosen yang tengah menyelesaikan pendidikan S3 nya pada jurusan Ilmu Ekonomi Kekhususan Manajemen SDM di Universitas Sriwijaya tersebut.

Ketika ditanya tentang alasannya akhirnya memilih bidang Manajemen, khususnya bidang manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) untuk ditekuni, sedang pendidikan S1 Ichsan adalah teknik sipil manajemen proyek. Ichsan menuturkan, sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) ia memang menyukai mata pelajaran ekonomi, khususnya manajemen. Ia merasa lebih “nyambung” ketika belajar ilmu tersebut. Namun apalah daya, ketika penjurusan SMA Ichsan masuk pada jurusan IPA. Hal tersebut membuatnya harus mengubur keinginannya untuk menekuni bidang ekonomi.

Setelah lulus SMA, karena Ichsan merupakan lulusan IPA sehingga ia memilih fakultas teknik dan jurusan teknik sipil. Ya, pendidikan strata 1 Ichsan adalah teknik sipil. Mungkin karena jodoh untuk kembali belajar di bidang ekonomi dan manajemen, Jurusan Teknik Sipil memiliki beberapa konsentrasi. Salah satu konsentrasi yang tersedia adalah Manajemen Proyek. Tanpa ragu, ia memilih konsentrasi tersebut.

”Di sana saya kembali belajar ekonomi rekayasa, manajemen proyek, manajemen SDM, dan manajemen operasi. Dari sinilah timbul rasa cinta saya akan bidang ilmu manajemen SDM dan berniat untuk melanjutkan pendidikan di bidang tersebut,” lanjutnya.

Karir Dalam Dosen

Dosen manajemen ini mengaku memiliki cita-cita dan ambisi. Cita-citanya adalah menjadi seorang Profesor. ”Ambisi saya adalah menjadi seorang Profesor di usia 40 tahun bahkan kurang dari 40 tahun apabila Allah mempermudah ikhtiar saya. Saya akan bekerja keras untuk mewujudkan hal tersebut,” ujarnya penuh semangat.

Ichsan melanjutkan, ia memiliki prinsip bahwa silaturrahim adalah salah satu kunci untuk meraih kesuksesan. Dengan bertemu banyak rekan baru, Ia percaya akan menambah ilmu dan wawasannya. Ichsan yang telah terbiasa kerja keras pada saat bekerja di bank. “Ritme” pada saat bekerja di Bank tidak ia perlambat dan ia bawa ketika menjadi seorang dosen.

”Alhamdulillah, hingga saat ini saya merasa tidak terlalu sulit membagi waktu sebagai dosen dan keluarga. Hal terpenting adalah manajemen waktu, saat bekerja maka bekerjalah. Dan saat berkumpul dengan keluarga, maka manfaatkanlah,” aku ayah satu putri ini.

Ketika awal-awal masuk menjadi dosen, Ichsan pun memiliki cerita berkesan, pasalnya ia  sempat disangka sebagai mahasiswa oleh mahasiswa yang ia ajar. Mungkin karena usianya yang masih cukup muda dan memiliki wajah yang nampak awet muda.

”Untuk duka, saya belum merasakan selama menjadi seorang dosen. Untuk suka, saya merasa rekan sesama dosen di Universitas Sriwijaya adalah sebuah keluarga. Para senior dan rekan-rekan dosen bersedia membimbing saya untuk menjadi seorang dosen yang baik. Alhamdulillah, saya merasa diterima sebagai bagian dari Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya,” tuturnya.

Prestasi

Menurutnya, sangat penting adanya sebuah penghargaan untuk para dosen yang berprestasi. Dosen merupakan sebuah profesi, dimana penghargaan adalah suatu bukti akan eksistensi dan profesionalnya seorang dosen. Penghargaan yang didapat oleh seorang dosen menunjukkan suatu pengakuan akan keahlian dosen tersebut.

Selain telah menerbitkan dua buku, yaitu buku pertamanya yang berjudul “Pengembanga SDM dan Penilaian Kinerja”, dan buku keduanya berjudul “Nilai-nilai Kepemimpinan”, tak membuat Ichsan puas. Di bidang yang ia geluti, Ichsan pun melakukan penelitian tentang Islamic Human Resource Management (IHRM) khususnya di unit analisis perbankan syariah di Sumatera Selatan.

”Manajemen SDM bagi pegawai yang bekerja di organisasi syariah harus memiliki pendekatan yang berbeda, salah satu alternatifnya dengan IHRM yang praktiknya berlandaskan pada Al-Quran dan Hadis. Alhamdulillah, paper mengenai IHRM inilah yang membawa saya meraih The 1st Winner Best Paper and Excellence in Research of Asia Pacific Consortium of Researchers and Educators Convention and International Conference di Guam, USA, tahun 2018 lalu,” ungkapnya bangga.

Penghargaan yang paling berkesan bagi Ichsan adalah ketika meraih The 1st Winner Best Paper and Excellence in Research of Asia Pacific Consortium of Researchers and Educators Convention and International Conference di Amerika Serikat (USA) pada November 2018 lalu. Peserta yang mengikuti konferensi tersebut sebanyak lebih dari 100 peserta dari berbagai negara seperti Kanada, USA, Korea, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia, India, dan Filipina. Alhamdulillah, paper yang saya bawa dan saya presentasikan langsung di USA mendapat juara 1 terbaik tingkat internasional di USA.

Dan saat ini, kesibukan lain selain mengajar Ichsan juga tengah menyusun topik penelitian mengenai Green Human Resource Management (GHRM), di mana praktik dari kebijakan manajemen SDM khususnya pada perusahaan yang kegiatan operasionalnya berkaitan dengan lingkungan hidup. GHRM beorientasi pada kebijakan Manajemen SDM agar SDM di perusahaan tersebut bertindak dengan tidak merusak lingkungan, menjaga keseimbangan lingkungan, dan berorientasi pada kelestarian lingkungan.

Sebagai mantan praktisi perbankan, khususnya perbankan syariah, Ichsan juga telah melakukan edukasi perbankan syariah kepada pelaku UMKM di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. ”Banyak pelaku UMKM potensial, namun tidak memiliki modal yang cukup dan belum bankable karena minimnya literasi keuangan dan perbankan. Dengan program pengabdian masyarakat ini, diharapkan pelaku UMKM dapat mempersiapkan tata laksana pengadministrasian usaha, agar usaha mereka dapat menjadi bankable dan bisa mendapatkan pembiayaan dari bank,” terang dosen manajemen ini.

Unversitas tempat saya mengajar harus meningkatkan kerjasama, khususnya dengan universitas bertaraf internasional. Tujuannya agar kita dapat bertukar informasi, kolaborasi penelitian, meningkatkan wawasan dosen dengan pertukaran dosen dan sebagainya. Selain itu, perlu dipertimbangkan untuk membuat program studi baru kekinian yang diperlukan di zaman sekarang, seperti prodi digital marketing, prodi digital accounting, dan sebagainya.

Tentang Arti Sukses

Bagi suami dari dr. Tiara Anggita Qurilmi dan ayah dari Gisani Callista Nasywa ini sukses adalah ketika dirinya bisa bermanfaat bagi banyak orang. Dan menurut Ichsan salah satu pencapaian prestasi tertingginya adalah menjadi seorang suami dan seorang ayah.

”Seorang pemimpin dalam rumah tangga adalah sebuah amanah yang dibawa hingga akhirat. Menurut saya, keberhasilan sebuah kehidupan yang dijalani bukan dilihat dari tingginya jabatan yang diraih, namun seberapa berhasilnya dia memimpin keluarganya,” kata pemilik motto hidup “Do the best, prepare the worst”. Jalanilah suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya, namun bersiaplah untuk mendapatkan hasil yang seburuk-buruknya.

Ketika diminta tim duniadosen.com untuk menyebutkan satu orang yang paling menjadi inspirasi, siapa dan mengapa, Ichsan menjawab Ayah dan Ibunya. ”Saya tidak bisa memilih salah satu diantara mereka. Orang tua saya, ayah dan ibu saya, bukan orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Mereka berdua hanya tamatan SMA. Alhamdulillah, berkat usaha dan kerja keras orang tua saya, sebagai pelatih tim olahraga dan penjual pempek tamatan SMA, mereka bisa mendidik anak-anak mereka menjadi seorang Doktor dan Sarjana. Saya tidak tahu, apakah saya bisa menjadi seperti mereka. Mendidik anak-anak saya menjadi seseorang yang berguna bagi orang banyak,” pungkasnya. (duniadosen.com/ta)