Bagi para cendekiawan yang pernah lama duduk di bangku sekolah, mungkin pepatah ‘buku adalah jendela dunia’ sudah bercokol di benak masing-masing. Pernahkah kita berpikir mengapa peran buku hingga dianalogikan sebagai sebuah jendela? Secara sederhana dapat kita amati fungsi jendela di rumah. Jendela bukan sekadar lubang angin. Jendela sebagai jalan keluar masuknya udara agar ruangan segar, karena sirkulasi udara di dalam tetap terjaga.
Udara bagai ilmu pengetahuan yang mempunyai fungsi refresh. Ilmu yang terus diolah menyegarkan dan terus melatih kompetensi pedagogik. Semakin banyak udara yang terus berganti dan ruangan akan segar. Ruangan ialah pengalaman dan pikiran kita. Terus bergulirnya hasrat ilmu pengetahuan mengisi dan menyegarkan berpikir ataupun kompetensi pedagogik. Pada akhirnya, membuka dan mengarahkan ke persoalan dunia yang belum terpahami menjadi sesuatu yang kita miliki.
Sejauh ini, hasrat membuka jendela ke dunia yang lebih besar terlihat kurang. Buku sebagai jendela dunia sayup-sayup saja di telinga. Artinya, produktivitas akademisi membaca, bahkan menulis berada di bawah garis kemapanan. Para akademisi, seperti dosen masih banyak halangan dan persoalan kompleks terkait produktivitas ini, terutama menulis buku. Dunia dosen dan produktivitas menulis menjadi persoalan yang berbelit-belit karena belum ada strategi yang mampu memutus rantai persoalan ini.
Bagaimana tindakan awal yang tepat untuk mengatasi masalah produktivitas? Beberapa poin berikut mungkin dapat dipertimbangkan:
- Motivasi
Banyak hal yang mendorong para dosen untuk menulis buku. Dorongan itu dapat dibagi menjadi motivasi dalam dan motivasi luar. Motivasi dalam adalah motivasi yang bersumber dari dalam, antara lain keinginan memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat, memperoleh promosi, memperoleh kenaikan tunjangan jabatan, memperoleh gelar profesor, dan memperoleh materi/ uang/ royalti. Sedangkan motivasi luar adalah yang bersumber dari luar, terdiri dari keinginan untuk memperoleh pengakuan, mempengaruhi orang lain, mendapatkan rasa hormat dari mahasiswa, kepuasan keinginan untuk berkontribusi, kepuasan keinginan untuk berkreativitas, mengamalkan ilmu yang diperoleh, dan memperoleh amal jariyah.
Motivasi tersebut mengarahkan seorang akademisi pada tujuan. Oleh karena itu, motivasi luar maupun dalam penting untuk dipertimbangkan. Walaupun, cenderung bersifat mengarah ke keuntungan semata, toh lama kelama-lamaan motivasi atas dasar niat mulia membangun kompetensi pedagogik dan kualitas pendidikan juga berbarengan akan muncul.
- Meningkatkan Efikasi Diri
Efikasi berupa keyakinan individu bahwa ia mampu mengerjakan suatu tugas. Melalui kata lain, sejauh mana dosen meyakini dirinya mampu menulis sebuah buku. Efikasi diri seseorang bersumber dari pengalaman penguasaan, keinginan mencontoh orang lain, persuasi sosial, dan kondisinya. Dosen yang bukunya telah diterbitkan cenderung memiliki efikasi diri yang tinggi dibandingkan yang tidak karena berbekal pengalamannya yang berhasil. Hal ini menambah keyakinan untuk menulis buku kedua kalinya.
Selain itu efikasi diri dipengaruhi oleh persuasi sosial yang meliputi pengaruh lingkungan kerja terhadap ide/gagasan yang dituangkan ke dalam buku referensi ataupun buku ajar. Tidak bisa dipungkiri lingkungan menjadi faktor utama dalam mendorong seseorang untuk menulis. Kampus yang telah memiliki budaya menulis dengan sendirinya menggerakkan dosennya menghasilkan buku.
- Me-manage Beban Kerja
Dosen memiliki beberapa beban kerja tersendiri. Beberapa kegiatan pokok para dosen yang mencakup merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat, kadang disebut beban kerja. Ternyata beban mengajar yang berlebih akan mengurangi alokasi waktu dalam menulis buku dan tugas tambahan yang berlebih akan mengurangi produktivitas buku referensi ataupun buku ajar.
Beban kerja ialah sebuah dilema. Mengajar dengan target yang tinggi memang membuat lelah. Akibatnya, produktivitas terganggu. Persoalannya kemudian ialah bagaimana dapat me-manage beban kerja dengan baik? Salah satu cara adalah melakukan penyesuaian dengan target pengajaran. Kesepakatan meminimalkan target mengajar perlu diperjuangkan. Artinya, mesti ada permufakatan antara pihak akademik dan dosen agar mengurangi beban tersebut.
- Meningkatkan Keterampilan Menulis
Kemampuan menulis para dosen yang diukur dari kemampuan mencari literatur sebagai bahan tulisan dan bagaimana menemukan ide/gagasan, kemampuan menuangkan ide/gagasan ke dalam tulisan dan kemampuan mengedit hasil tulisan. Keterampilan memperoleh ide dan gagasan serta menuangkannya dalam sebuah tulisan menjadi faktor penting. Faktor tersebut yang harus dikuasai dosen. Tentunya juga harus didukung dengan penguasaan teknik penulisan ilmiah, tata bahasa yang baik dan benar serta kemampuan mengedit hasil tulisan.
Cara utama meningkatkan keterampilan tersebut, dan barangkali satu-satunya cara yang harus ditempuh ialah terus menulis. Latihan dan menulis serta mencatat apapun yang dianggap penting, itulah kuncinya. Tanpa langkah tersebut, kita tidak akan pernah memulai sebuah tulisan.
Setiap usaha untuk memperbaiki produktivitas dan kualitas buku ajar sudah pasti membawa dampak besar bagi pendidikan. Setelah banyak dosen di Indonesia yang menerbitkan buku, akan menjadi budaya akademik. Budaya tersebut akan menjalar kelapisan paling dasar. Harapannya, tulisan ini dapat memotivasi para akademik yang lain untuk menulis sehingga produktivitas buku ajar semakin meningkat. Nantinya, dosen pun mampu meningkatkan kompetensi pedagogik dengan memanfaatkan buku-bukunya sebagai bahan kuliah.
Sumber:
Atma, Aan Widhi. 2008. Buku “Menebar Gagasan Menuai Pujian – Kiat Menjadi Dosen Produktif.