Jakarta – Kunthi Afrilinda Kusumawardani, B.A., M.B.A. adalah salah satu dosen muda di President University (PresUniv), Bekasi, Jawa Barat. Ia mengajar di Jurusan Administrasi Bisnis, PresUniv. Perempuan kelahiran tahun 1990 tersebut mulai menjadi dosen pada tahun 2015, sekembalinya dari pendidikan master di Cardiff Metropolitan University, Inggris. Nah, lewat duniadosen.com ia berbagi pengalaman dan tips hadapi mahasiswa millenials. Simak ulasannya berikut.
Kunthi baru tiga tahun menjabat sebagai dosen di PresUniv, almamaternya. Tiga tahun terbilang usia yang relatif muda dalam konteks karir dosen. Namun dalam perjalanannya, Kunthi mampu membuat beberapa inovasi. Misalnya, pembuatan kelas virtual bagi mahasiswa melalui fitur Schology. Tak hanya itu, Kunthi juga didaulat sebagai dosen terbaik di jurusan Administrasi Bisnis, PresUniv selama tiga tahun berturut-turut.
Kunthi mengaku cukup bangga dengan statusnya sebagai dosen di usia yang cukup muda. Baginya, pujian-pujian yang datang menjadikannya lebih semangat untuk menjadi dosen yang baik. ”Dosen identik dengan orang-orang yang dihormati karena kearifan, pengetahuan, dan tingkah lakunya. Karena alasan tersebut, biasanya dosen diidentikkan dengan seseorang yang sudah berumur, sedangkan saya masih tergolong muda. Jadi saya sudah diberikan kepercayaan untuk memiliki “image” dosen tersebut,” ujarnya kepada tim duniadosen.com.
Dosen Muda dan Tantangannya
Meski begitu, Kunthi menganggap predikatnya sebagai dosen muda adalah sebuah tantangan tersendiri. Bagi Kunthi, label dosen yang menempel padanya menjadikannya mengemban tanggung jawab tersendiri. ”Terlebih, tidak sedikit orang yang meragukan kemampuan seorang dosen yang masih muda. Maka dari itu, saya selalu berpikiran positif dan selalu belajar untuk memperkaya ilmu pengetahuan, serta memperbanyak pengalaman saya secara personal dan professional,” tambahnya.
Pun, tantangan dosen juga datang dari interaksinya dengan mahasiswa dan pihak luar. Kunthi ingin membuktikan bahwa usia bukanlah standar seorang dosen dianggap baik atau buruk. Bukan berarti, dosen muda adalah dosen yang kurang wawasan. ”Caranya dengan tetap memperbarui ilmu pengetahuan saya dan juga beradaptasi dengan teknologi terkini,” terang perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat tersebut.
Kunthi sepakat dengan pernyataan bahwa dosen muda bisa menjadi angin segar bagi perkembangan pendidikan tinggi. Pendidikan selalu berkembang seiring perkembangan zaman. Dalam rangka mendidik generasi muda, dosen muda harus melakukan adaptasi dan inovasi. Menurutnya, dalam pendidikan tinggi sering terjadi mispersepsi karena adanya perbedaan generasi antara dosen dan mahasiswa yang usianya terpaut jauh.
”Maka dari itu, dengan menambahkan dosen muda di dunia pendidikan tinggi, banyak hal yang dapat dicapai, seperti pembaruan kurikulum, teknik pengajaran, sampai tema penelitian,” kata dosen yang lulus dari Inggris dengan tesis ‘Indonesia Foreign Policy in Addressing The Issue of People Smuggling’ tersebut.
Bagi Kunthi, dosen yang baik adalah dosen yang dapat menerapkan kedisiplinan, tak hanya terhadap mahasiswa, namun juga terhadap diri sendiri. Kunthi menganggap disiplin adalah kunci sukses untuk mencapai tujuan. Dalam konteks dosen, kedisiplinan dapat diimplementasikan dalam rangka memberi tauladan kepada mahasiswanya. ”Disiplin adalah kunci,” tegasnya.
Kedua, perempuan berusia 28 tahun tersebut menilai dosen muda identik dengan kemudahan beradaptasi dengan mahasiswa. Namun masih banyak dosen muda yang masih kesulitan untuk menghadapi para mahasiswa. Melihat keadaan tersebut Kunthi pun membagi tips mengahadapi mahasiswa millenials kepada rekan seprofesinya.
”Kuncinya di sini adalah kemampuan untuk memancing rasa keingintahuan mahasiswa. Menerapkan teknologi di kelas adalah hal mudah, yang sulit adalah mendorong mahasiswa untuk berpikir lebih kritis. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dimengerti oleh mahasiswa, namun juga menantang di saat yang bersamaan,” ujarnya.
Terakhir, Kunthi menganggap untuk menjadi dosen muda yang baik, kemampuan untuk mengatur waktu sangat dibutuhkan. Dosen muda kerap diberikan tanggung jawab yang cukup banyak, tidak hanya Tri Dharma, namun juga beberapa kegiatan atau acara kampus lainnya.
”Pada saat ini lah dosen muda yang baik harus mengetahui bagaimana cara memberikan prioritas pada tugas-tugas dan kewajiban yang diemban,” lanjut Kunthi.
Tips Hadapi Mahasiswa Millenials
Kunthi masih tergolong generasi millenials (generasi yang lahir dalam rentang tahun 1980-1990). Baginya, menghadapi mahasiswa millenials tak terlalu sulit, karena dia juga termasuk generasi tersebut. Lantas bagaimana tips hadapi mahasiswa millenials atau generasi Y ini?
”Saya selalu mencoba berdiskusi dengan mahasiswa di kelas, jadi menerapkan two-ways teaching. Saya selalu menempatkan diri saya sebagai fasilitator, bukan sebagai pemimpin di tiap diskusi,” katanya.
Menurut Kunthi, dengan tips itu, dosen dapat mengetahui cara pandang mahasiswa. Sehingga dosen bisa lebih mudah menyesuaikan materi ajar dengan kebutuhan mahasiswa serta dikaitkan dengan problematika sehari-hari agar mudah dipahami.
”Demikian pula dengan tipe tugas, harus disesuaikan dengan karakteristik generasi mereka. Membuat karya tulis, atau ujian di kelas memang masih menjadi salah satu cara menguji mahasiswa yang efektif. Namun saya selalu menggabungkan dengan hal baru,” ujarnya.
Dalam hal ini, Kunthi selalu mencoba memanfaatkan teknologi untuk mempermudah pengajaran dalam hadapi mahasiswa millenials. Kunthi dikenal sebagai dosen yang senang menggunakan platform virtual dalam proses pengajarannya. Menurutnya, platform virtual yang ada dapat memudahkan proses pendidikan jika diterapkan dengan baik. Beberapa platform yang dia gunakan adalah Schology, Turnitin, serta platform penyedia video seperti Youtube dan beberapa media sosial lainnya.
Kunthi menyadari mahasiswa millenials saat ini sudah berbeda dengan zaman dulu. Saat ini, mahasiswa tak asing dengan teknologi yang sudah berkembang pesat. Maka dari itu, dosen juga harus menerapkannya dengan baik sebagai bentuk penyesuaian diri.
”Penggunaan media sosial tentu sudah menjadi makanan sehari-hari generasi millenials, dan saya selalu menyesuaikan hal itu dalam setiap pengajaran dan tugas.
Demikian tips hadapi mahasiswa millenials ala Kunthi, semoga bermanfaat. (duniadosen.com/az)