Pada dasarnya, kualitas seorang dosen ditentukan oleh banyak faktor. Faktor sumber daya dari dalam diri dan dari luar diri. sumber daya dari dalam dapat disebut kapabilitas. Kapabilitas bisa meliputi banyak hal, seperti belajar, mengajar, dan melakukan penelitian di bidang yang ditekuni.
Sumber daya luar dapat berupa lembaga atau institusi, kelompok ilmiah, asosiasi, bahkan fasilitas dari suatu lembaga. Intinya sumber luar itu dapat menjadi wadah yang memadai untuk membuat dirinya berkembang. Kapabilitas dan lembaga saling terkait. Hubungannya saling timbal balik.
Banyaknya lembaga atau universitas di Indonesia yang sudah berkembang pesat dalam satu dekade terakhir, tentu saja sudah banyak mendorong tenaga pengajar semakin meningkatkan kemampuan pedagogiknya. Fasilitas pendidikan yang terus maju di kampus-kampus, khususnya di Jawa, sudah dapat memancing dan mengembangkan kapabilitas dosen untuk membuat monumen intelektual, seperti karya ilmiah.
Mengikuti alur perkembangan dan saling terkaitnya kapabilitas dan lembaga, kita mesti berpandangan optimis tentang publikasi ilmiah. Banyaknya publikasi ilmiah hasil penelitian, pembacaan materi, dan olah data, nantinya dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh kualitas dosen Indonesia. Publikasi seperti karya ilmiah dalam bentuk buku, walau perkembangannya belum jauh, kita harus optimis.
Seperti laporan yang diterbitkan IKAPI, jumlah terbitan buku di Indonesia tergolong rendah. Produksi judul baru penerbit IKAPI dapat dilihat bahwa jumlah buku baru yang diterbitkan 711 penerbit aktif di tahun 2015 cukup beragam. Ada 80% penerbit menerbitkan buku baru dalam rentang 10 sampai 50 judul. Sebanyak 17% penerbit menerbitkan judul baru dalam rentang 50 sampai 200 judul dan terdapat 3% penerbit yang menerbitkan lebih dari 200 judul buku baru dalam tahun 2015.
Jumlah judul baru penerbit nasional, seperti TB Gramedia dan Perpustakaan RI tidak cukup signifikan. Dalam data dua tahun terakhir yaitu 2013 dan 2014 terdapat angka penerbitan buku di Indonesia di atas 30 000 judul dalam setahun.
Besarnya angka tersebut menunjukkan bahwa tidak semua buku diterbitkan oleh anggota Ikapi, penerbit non-anggota IKAPI yang berbadan usaha atau berbadan hukum juga dapat menerbitkan buku dengan nomor ISBN. Selain itu, banyak sekali lembaga pemerintah serta Badan Usaha Milik Negara yang notabene bukanlah institusi penerbit, juga menerbitkan buku. Sebagai contoh lembaga negara yang menerbitkan buku, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan beberapa kementerian.
Apa yang dapat kita petik dari laporan tersebut? Tentu saja dengan terus melihat keuntungan menulis karya ilmiah. Melalui optimisme itu kegelapan dan segela hambatan beratnya penulisan karya ilmiah dapat sejenak dikubur. Apabila nanti kegelapan bangkit, toh kita sudah banyak belajar dan banyak membaca, untuk persiapan karya berikutnya.
Jika ditilik lebih dalam, dunia tulis menulis sangat erat kaitannya dengan lingkungan akademik, khususnya perguruan tinggi. Dunia kampus yang berisi para cendekiawan, hendaknya menjadi pusat produktivitas pengembangan karya ilmiah dalam bentuk tulisan yang bermutu, seperti laporan penelitian, buku ajar asli, rakitan dan terjemahan. Kesemuanya itu merupakan salah satu media penerus ilmu yang utama. Sekaligus turut melestarikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian dari pembangunan bangsa.
Tak bisa dipungkiri lagi, dalam hal ini dosen turut serta dalam penyebarluasan karya tulis. Tugas pokok dosen menurut UU Tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran, melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Institusi akademik mengklasifikasikan penelitian di tingkat universitas sebagai indikator peningkatan kualitas program, fakultas dan mahasiswa. Salah satu output dari penelitian itu sendiri adalah tingkat produktivitas buku yang dihasilkan oleh para dosen perguruan tinggi tersebut.
Dosen memiliki peluang yang besar untuk meracik ide yang akan dituangkan ke dalam buku. Dosen memiliki akses terhadap sumber informasi yang luas dan beragam. Akses Jurnal Internasional, buku-buku berkualitas hingga tawaran dari penerbit kampus juga tidak kurang. Jika dianalogikan bahwa setiap hari dosen mengajar lebih dari satu mata kuliah, menyiapkan bahan ajar dari berbagai literatur dan disampaikan dengan bahasa sendiri tentunya ini sudah menjadi bahan tulisan, terlebih lagi disampaikan dalam bentuk karya ilmiah.
Sumber:
IKAPI, 2015, Industri Penerbitan Buku Indonesia: Dalam Data dan Fakta, Ikatan Penerbit Indonesia, Jakarta.