3 Pilihan Cara Cek Jurnal Scopus Asli atau Palsu, Dijamin Kredibel!

Cara Cek Jurnal Scopus Asli atau Palsu

Sudahkah Anda mengetahui bagaimana cara cek jurnal Scopus asli atau palsu? Bagi dosen, pemahaman tentang hal ini merupakan hal penting. Sebab, jika terdapat kesalahan dalam mengurus publikasi di jurnal palsu maka beresiko publikasi tersebut tidak diakui Ditjen Dikti. 

Baik dalam penilaian laporan BKD maupun dalam proses PAK. Sehingga bisa membuat dosen tidak memenuhi BKD dan menerima sanksi. Sampai ada resiko gagal memenuhi syarat kenaikan jabatan fungsional. Lalu, bagaimana cara mengeceknya? Berikut informasinya.

Mengenal Perbedaan Jurnal Scopus, SINTA, dan Jurnal Predator

Salah satu cara cek jurnal Scopus asli atau palsu adalah memahami perbedaan antara jurnal Scopus, jurnal SINTA, dengan jurnal predator. Secara sederhana, jurnal Scopus adalah sebutan untuk jurnal yang masuk dalam database Scopus. 

Jurnal dalam kategori ini sering disebut sebagai jurnal internasional bereputasi. Sebab Scopus termasuk dalam salah satu database jurnal bereputasi dan diakui secara internasional. 

Sementara jurnal SINTA dipahami sebagai jurnal yang masuk dalam database SINTA (Science and Technology Index). SINTA dikenal sebagai sebuah platform yang mengindeks dan menyajikan data serta kinerja penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Indonesia. SINTA dikelola oleh Kemdiktisaintek (dulunya Kemdikbudristek). 

Jurnal yang masuk ke dalam database SINTA umumnya adalah jurnal nasional dan sudah terakreditasi oleh ARJUNA. Jadi, jika dosen di Indonesia akan mengurus publikasi di jurnal nasional. Maka dianjurkan memilih jurnal terindeks SINTA, karena dijamin kredibel sebab sudah terakreditasi sesuai ketentuan. 

Sedangkan jurnal predator berdasarkan Peraturan Rektor No. 2 Tahun 2020 di Universitas Islam Indonesia (UII), adalah jurnal internasional yang di dalam proses penerbitannya tidak didapati proses peninjauan ilmiah atas naskah yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Jadi, jurnal predator merupakan suatu jurnal yang ketika dalam proses mempublikasikan artikel ilmiah tidak melewati proses peninjauan ilmiah oleh minimal 2 orang reviewer dari ahli di bidangnya. Sehingga kualitas isi dan aspek lainya tidak bisa dipertanggungjawabkan. 

Jurnal predator memiliki beberapa sebutan lain miisalnya jurnal abal-abal, jurnal Scopus palsu, jurnal palsu, dan masih banyak lagi yang lainnya. Jurnal predator menjadi kategori jurnal yang harus dihindari oleh para dosen dan siapa saja. Sebab jurnal predator ini termasuk jurnal tidak kredibel yang proses publikasinya tidak sesuai standar yang berlaku.

Cara Mengecek Keaslian Jurnal Scopus 

Setelah memahami perbedaan antara jurnal Scopus, SINTA, dan jurnal predator. Maka tentu perlu mengetahui bagaimana cara cek jurnal Scopus asli atau palsu. Kuncinya, jika jurnal Scopus asli akan masuk ke database Scopus. 

Sebaliknya, jika jurnal tersebut palsu maka tidak akan muncul di database Scopus. Mengecek keaslian jurnal Scopus bisa dilakukan secara mandiri oleh dosen. Setidaknya ada 3 pilihan cara yang akurat, berikut penjelasannya: 

1. Melalui Scopus Sources

Cara pertama untuk mengecek suatu jurnal asli terindeks di database Scopus atau tidak adalah melalui Scopus itu sendiri. Cara ini paling mudah dan juga yang paling kredibel. Berikut penjelasan langkah-langkahnya: 

  • Buka browser pada perangkat dan masuk ke website resmi Scopus di tautan berikut https://www.scopus.com/home.uri
  • Pada halaman utama Scopus, silahkan klik menu “Sources” yang ada di sisi sebelah kanan atas. 
  • Pada kolom “Enter Subject Area”, silahkan ganti ke “Title” untuk mengganti dasar dalam pencarian. Sehingga bisa berbasis nama jurnal yang akan diperiksa keasliannya. 
  • Selanjutnya, pada kolom kosong di sebelahnya bisa diketik nama jurnal yang akan di cek. Misalnya mengetik “Ca-A Cancer Journal for Clinicians”. 
  • Tahap berikutnya, bisa menekan tombol “Find Sources” atau tombol Enter di keyboard perangkat. 
  • Tunggu beberapa saat sampai Scopus menampilkan hasil pencarian jurnal tersebut. Jika jurnal masih terindeks, maka akan menampilkan nama jurnal di halaman utama. Contoh notifikasinya seperti gambar di bawah ini:
  • Sebaliknya, jika jurnal tersebut palsu dan/atau tidak terindeks Scopus maka akan ada notifikasi jurnal tidak ditemukan. Contohnya seperti di bawah ini: 
  • Selesai

2. Melalui Scopus Discontinued Sources List

Cara cek jurnal Scopus asli atau palsu yang kedua masih lewat Scopus secara langsung. Yakni melalui fitur Scopus Discontinued Sources List. Melalui fitur ini, Scopus menerbitkan daftar jurnal yang discontinued. 

Jurnal discontinued sendiri dipahami sebagai jurnal yang sebelumnya terindeks Scopus dan kemudian hasil evaluasi menunjukan tanda-tanda menjadi jurnal predator sehingga dihapus dari database Scopus (tidak lagi terindeks). 

Jurnal yang masuk dalam daftar jurnal discontinued berpotensi menjadi jurnal predator. Sehingga perlu dihindari para dosen ketika mencari jurnal untuk publikasi ilmiah. Adapun cara mengakses daftar jurnal discontinued adalah sebagai berikut: 

  • Buka browser pada perangkat dan masuk ke website resmi Scopus di tautan berikut https://www.scopus.com/home.uri
  • Pada halaman utama website resmi Scopus, silahkan gulir ke bawah sampai menemukan teks berwarna biru “Scopus Discontinued Sources List”. 
  • Silahkan klik teks tersebut, dan tunggu beberapa saat sampai sistem membuka halaman khusus. Gulir ke bawah sampai menemukan bagian “Titles on Scopus” dan klik teks hijau “Download the Source title list” untuk mulai mengunduh daftar semua jurnal discontinued dalam format file Excel. 
  • Tunggu sampai proses mengunduh dokumen selesai. Selanjutnya cari file hasil unduhan tersebut di perangkat dan bisa mengecek nama jurnal yang dituju masuk daftar atau tidak. Jika tidak ada, maka artinya tidak termasuk jurnal discontinued. Sebaliknya, jika ada maka termasuk jurnal discontinued dan perlu dihindari untuk publikasi ilmiah. 
  • Selesai. 

3. Melalui SJR (Scimago Journal Rank)

Cara cek jurnal Scopus asli atau palsu selanjutnya adalah melalui pihak ketiga. Dalam hal ini melalui website atau database SJR (Scimago Journal Rank). SJR bisa digunakan untuk mengecek karena jurnal yang terindeks di dalamnya berasap dari database Scopus. 

Hanya saja, SJR yang merupakan pihak ketiga tetap ada kemungkinan belum mengupdate data jurnal Scopus. Salah satunya ketika Scopus baru merilis daftar jurnal discontinued. SJR bisa saja belum ikut update, sehingga jurnal tersebut masih ditemukan di SJR. Adapun cara mengeceknya adalah sebagai berikut: 

  • Buka browser pada perangkat dan akses website resmi SJR, yakni melalui tautan berikut https://www.scimagojr.com/
  • Pada halaman utama, kolom pencarian yang kosong bisa diisi dengan nama jurnal yang akan dicari. 
  • Klik ikon kaca pembesar di ujung kanan kolom pencarian atau tekan tombol Enter pada keyboard perangkat. 
  • Tunggu beberapa saat sampai SJR menampilkan hasil pencarian. Jika jurnal tersebut masih terindeks Scopus yang artinya asli, maka SJR akan menampilkan detail data jurnal. Silahkan klik nama jurnal maka sistem akan menampilkan data jurnal lebih detail lagi. 
  • Sebaliknya, jika jurnal tersebut jurnal Scopus palsu maka SJR akan memberi notifikasi jurnal tidak ditemukan. 
  • Selesai. 

Ciri-Ciri Jurnal Predator

Selain perlu memahami bagaimana cara cek jurnal Scopus asli atau palsu. Para dosen tentu perlu mengetahui juga apa saja ciri-ciri dari jurnal palsu atau jurnal predator tersebut. Diantaranya adalah: 

1. Jurnal Tidak Ditemukan di Scopus dan SJR 

Ciri-ciri yang pertama, jurnal tersebut tidak terindeks di database Scopus. Kemudian, pada saat dicari melalui SJR juga ada notifikasi jurnal tidak ditemukan. Hal ini menandakan jurnal tersebut tidak bereputasi karena tidak terindeks Scopus. 

Jadi, sangat penting bagi dosen dan mahasiswa maupun peneliti untuk mengecek keaslian jurnal. Bisa melalui website Scopus maupun SJR. Sehingga bisa dipastikan jurnal tersebut benar-benar asli terindeks database bereputasi atau abal-abal. 

2. Nama Jurnal Mirip dengan Jurnal Kredibel dan Populer 

Ciri-ciri yang kedua dari jurnal palsu atau jurnal predator adalah nama jurnal yang dibuat sangat mirip dengan jurnal kredibel. Terutama jurnal yang populer, dimana menjadi prioritas para akademisi dan peneliti untuk mempublikasikan hasil penelitiannya. 

Jadi, sangat penting untuk memeriksa nama dari jurnal tujuan. Pastikan juga domain websitenya benar. Misalnya, ketika menyasar jurnal Nature maka domain websitenya yang benar adalah https://www.nature.com/. Bukan http://thenature.com/, https://www.nature.edu/, atau domain lain yang dibuat sangat mirip. 

3. Biaya Publikasi Tidak Wajar

Poin ketiga dari ciri-ciri jurnal predator adalah biaya publikasi yang tidak wajar. Secara umum, publikasi ke jurnal ilmiah ada biaya yang dibebankan ke penulis oleh pengelola jurnal. Namun, ada juga yang gratis. 

Biaya publikasi antara satu jurnal dengan jurnal lain berbeda-beda. Pada dasarnya tidak ada nominal pasti yang menentukan biaya wajar dan tidak wajar. Namun, tentunya ada kisaran biaya yang sifatnya umum. 

Biaya publikasi di jurnal internasional bereputasi bisa dimulai dari Rp0 alias gratis sampai puluhan juta. Jika biaya yang dibebankan lebih tinggi dari biaya umum tersebut. Maka tentu ada indikasi jurnal predator. Sehingga perlu menerapkan cara cek jurnal scopus asli atau palsu yang sudah dijelaskan di atas. 

4. Proses Editorial dan Review Tidak Jelas 

Ciri selanjutnya adalah proses editorial dan review yang tidak jelas. Secara umum, artikel yang dikirimkan ke jurnal internasional bereputasi akan diperiksa kelayakannya oleh editor. 

Jika editor memberi ACC, baru kemudian dikirimkan ke reviewer, minimal 2 orang ahli di bidangnya untuk proses peer review. Proses ini panjang, terutama peer review yang bisa sampai berbulan-bulan. 

Jadi, jika mendapati artikel yang baru dikirimkan langsung masuk tahap review. Kemudian dalam hitungan hari atau minggu statusnya sudah terbit. Maka perlu curiga, artikel tersebut diterbitkan jurnal predator. Supaya tidak menjadi korban baru sadar, maka disarankan mengecek riwayat publikasinya. 

Jurnal internasional bereputasi biasanya memiliki ritme yang stabil dari tahun ke tahun ketika merilis volume baru. Jika sering terbit di bulan Juni, maka begitu seterusnya sampai tahun-tahun berikutnya. Jika dalam setahun bisa terbit sampai beberapa volume dan ritme acak, maka ada indikasi jurnal tersebut predator. 

5. Proses Publikasi Terlalu Cepat 

Berikutnya yang menjadi ciri dari jurnal palsu atau predator adalah proses publikasi yang terlalu atau kelewat cepat. Sesuai penjelasan di poin sebelumnya, ada proses panjang dan memakan waktu lama sebelum artikel terbit. 

Tidak jarang, ada dosen dan peneliti butuh waktu 2 tahun terhitung dari artikel dikirimkan sampai statusnya terbit. Jika durasinya kelewat pendek, maka artinya peer review tidak berjalan semestinya. Sehingga ada kecurigaan merupakan jurnal palsu. 

6. Tampilan Website Jurnal Tidak Profesional 

Ciri selanjutnya bisa dilihat atau diperiksa melalui tampilan website. Website dari jurnal internasional bereputasi tentu akan sangat profesional. Misalnya gambar di website jelas, tulisannya jelas dan tidak ada typo, dan ada halaman yang menjelaskan daftar nama tim editorial. 

Jika tampilan websitenya aneh, ada banyak typo, ada banyak iklan tidak jelas, dan editorial board tidak bisa di cek kredibilitasnya. Maka tentu jurnal tersebut memiliki salah satu ciri jurnal predator. 

7. Dituntut Membayar Sebelum Submit Artikel 

Pernahkah diminta pihak pengelola jurnal untuk membayar biaya publikasi sebelum artikel dikirimkan atau disubmit? Jika iya, maka hal tersebut perlu diwaspadai karena menjadi ciri khas dari jurnal predator. 

Dalam kondisi umum, biaya publikasi baru ditransfer penulis jika editor sudah menyatakan artikel diterima dan akan diterbitkan. Jadi, jika ada tuntutan membayar di awal wajib waspada karena terindikasi jurnal predator. 

Tips Memilih Jurnal yang Tepat untuk Publikasi

Membantu memilih jurnal yang tepat dan terhindar dari jurnal palsu. Maka berikut beberapa tips memilih jurnal yang benar-benar tepat: 

1. Menentukan Pilihan Tanpa Terburu-Buru 

Tips yang pertama, adalah menentukan jurnal pilihan dengan baik dan benar. Kuncinya, tidak buru-buru. Sangat wajar ketika dosen dan para peneliti ingin segera hasil penelitiannya tersebut. Apalagi jika dosen mengejar deadline laporan BKD. 

Namun, buru-buru dalam memilih jurnal meningkatkan potensi terjebak praktek jurnal predator. Sebab, banyak jurnal kredibel butuh waktu berbulan-bulan bahkan sampai tahunan agar artikel yang dikirim penulis bisa terbit. Jadi, hindari buru-buru dalam memilih jurnal, karena resiko tertipu lebih tinggi. 

2. Meluangkan Waktu Crosscheck Keaslian Jurnal Scopus 

Tips kedua, adalah meluangkan waktu untuk melakukan crosscheck keaslian jurnal Scopus. Misalnya, setelah mengecek website resmi jurnal tersebut periksa beberapa poin. Nama jurnalnya, halaman editorialnya, tampilannya, domainnya, dll. 

Kemudian, manfaat media lain untuk mengecek keaslian jurnal tersebut. Misalnya ke website Scopus untuk mengecek jurnal benar terindeks atau tidak. Contoh lain, mencari informasi nama jurnal tersebut benar atau tidak. Sebab banyak jurnal predator menggunakan nama mirip jurnal kredibel. 

3. Memastikan Ada Kesesuaian dengan Aims dan Scope 

Tips yang ketiga adalah mengecek Aims dan Scope jurnal. Sebab setelah memastikan jurnal tersebut benar asli terindeks Scopus. Maka perlu memastikan ada kesesuaian dengan topik yang diteliti. 

Jika scope atau cakupannya berbeda, maka resiko artikel ditolak lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya. Maka selain mengecek keaslian jurnal, perlu memastikan juga jurnal tersebut sesuai dengan aims dan scope artikel yang akan dipublikasikan. 

4. Mengecek dan Konfirmasi Profil Editorial Board 

Tips berikutnya adalah selalu memeriksa profil dari editorial board. Secara umum, banyak jurnal predator yang asli mencomot nama Profesor dari suatu perguruan tinggi. Jadi, pastikan untuk melakukan konfirmasi. 

Misalnya, mengecek nama profil reviewer tersebut di Google Scholar. Kemudian cek ada tidaknya akun di database tersebut. Selanjutnya, cek kontak email melalui salah satu artikel ilmiahnya yang sudah pernah terbit. SIlahkan dihubungi, tanyakan apakah benar menjadi reviewer di jurnal X atau tidak. 

5. Berdiskusi dengan Kolega 

Tips terakhir, jangan bekerja terlalu mandiri ketika mengurus publikasi ilmiah. Jika terbiasa mandiri dari awal sampai akhir, rentan terkena jurnal predator tanpa ada orang terdekat yang mengingatkan. Jadi, jangan ragu untuk berdiskusi dan meminta pendapat kolega. Opsi lain, diskusikan di grup WhatsApp berisi dosen dan peneliti. 

Melalui beberapa tips tersebut, Anda bisa menerapkan cara cek jurnal Scopus asli atau palsu yang sudah dijelaskan. Sehingga membantu memperkecil resiko terjerat oleh praktek jurnal predator. 

Jangan lewati juga artikel lanjutan seputar jurnal scopus: