Salah satu strategi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas penerbitan buku oleh dosen adalah buku disusun bersama tim penulis. Artinya, para dosen bisa membentuk tim untuk berkolaborasi mengerjakan naskah buku ilmiah bersama-sama.Â
Jika satu naskah buku dikerjakan bersama-sama, proses akan lebih efisien dibanding ditulis secara mandiri oleh satu orang dosen. Agar kolaborasi berjalan lancar, Anda perlu memastikan ada kesepakatan yang jelas di awal. Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Tim Penulis Buku untuk Publikasi Dosen
Hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat bisa dipublikasikan dalam bentuk buku. Dalam menyusun buku tersebut, para dosen tidak selalu hanya bisa menulisnya seorang diri, tetapi bisa dengan membentuk tim penulis buku.Â
Menyusun naskah buku ilmiah, baik itu buku monograf maupun buku referensi berbasis hasil penelitian lebih menguntungkan disusun bersama tim. Alasannya beragam, misalnya bisa mempercepat proses penulisan.
Hal ini dapat terjadi karena anggota tim penulis bisa dibagi tugas untuk mengerjakan bab mana saja atau bagian mana saja dari naskah. Kemudian, masing-masing akan fokus pada bagian tersebut dan diselesaikan tepat waktu.Â
Secara umum, ketika suatu proyek dikerjakan bersama tim muncul kesadaran untuk diselesaikan sebelum deadline. Jadi, tidak menjadi beban kerja bagi anggota tim lainnya. Hal ini akan mempercepat proses penyelesaian naskah buku.Â
Tak hanya itu, alasan lainnya adalah bisa memperkaya penulisan. Setiap penulis tentu memiliki pengetahuan dan wawasan tersendiri yang akan mempengaruhi hasil tulisannya. Jadi, dengan berkolaborasi, informasi di dalam naskah menjadi lebih kaya.Â
Oleh sebab itu, membentuk tim penulis buku bisa dipertimbangkan oleh para dosen. Selain mempercepat penyelesaian naskah, cara ini sangat efektif membantu meningkatkan kualitas naskah buku.
Bolehkah Dosen Menulis Bersama?
Adakah aturan yang melarang dosen untuk membentuk tim penulis? Jawabannya adalah tidak. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari Ditjen Dikti, dimana ada kolaborasi dalam publikasi ilmiah. Menulis buku ilmiah termasuk publikasi ilmiah tersebut.Â
Para dosen diperbolehkan berkolaborasi, baik sesama dosen di satu perguruan tinggi maupun lintas perguruan tinggi. Bahkan, bisa lintas bidang keilmuan. Hal ini tentu disesuaikan dengan kegiatan penelitian yang sifatnya multidisipliner.
Dalam tim penulis buku, ada ketentuan terkait penilaian angka kredit. Seperti yang diketahui, di dalam PO PAK pada bagian rubrik memuat daftar kegiatan tri dharma dan tugas penunjang lengkap dengan poin angka kredit.Â
Ketika suatu publikasi ilmiah ditulis bersama tim, ada pembagian poin angka kredit. Misalnya, menerbitkan buku monograf yang disusun 3 orang dosen. Adapun poin angka kreditnya adalah 20 poin.Â
Tidak lantas membuat 3 penulis menerima masing-masing 20 poin. Melainkan ada ketentuannya. Dikutip melalui Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan Akademik Dosen dari Universitas Indonesia, berikut ketentuan yang dimaksud:Â
- Penulis mandiri adalah penulis tunggal di sebuah karya ilmiah mendapat 100% dari hasil penilaian akhir;
- Penulis pertama adalah yang disebut pertama di setiap karya ilmiah mendapatkan distribusi 60% dari hasil penilaian akhir;
- Penulis pendamping adalah penulis yang disebut ke 2 (dua) dan seterusnya dalam setiap karya ilmiah mendapatkan distribusi 40% dari hasil penilaian akhir, dibagi sejumlah anggota penulis.
Dengan ketentuan tersebut, tim penulis buku perlu disepakati siapa yang menjadi penulis pertama dan penulis pendamping untuk mencegah adanya konflik di kemudian hari.
Penulis pertama akan mendapatkan persentase angka kredit lebih tinggi. Namun sejalan dengan besarnya kontribusi dalam penyusunan naskah. Misalnya mengerjakan lebih banyak bab dibanding penulis pendamping. Bisa juga kontribusi lain di dalam pengerjaan naskah tersebut.
Supaya lebih mudah dipahami, berikut adalah contoh perhitungan angka kredit jika ditulis oleh beberapa dosen:
Tiga orang dosen yang sepakat menyusun buku monograf berbasis hasil penelitian menetapkan dosen A sebagai penulis pertama, kemudian dosen B dan dosen C sebagai dosen pendamping.
Pada saat pelaporan BKD, perhitungannya adalah dosen A mendapatkan 60% dari total angka kredit buku monograf (20 poin untuk buku monograf). Perhitungannya menjadi 60% x 20 poin = 12 poin angka kredit. Dosen A mendapat angka kredit sebesar 12 poin.Â
Sementara dua dosen lainnya, yakni dosen B dan dosen C mendapatkan 40% dari total angka kredit 20 poin. Perhitungannya adalah 20 x 40% = 8 poin. Hasil 8 poin angka kredit kemudian dibagi dua. Jadi, baik dosen B maupun dosen C sama-sama mendapat 4 poin angka kredit.Â
Tips Menulis Buku Bersama Tim Penulis
Menulis buku ilmiah berbasis hasil penelitian dalam tim penulis buku memang harus pintar. Selain harus tepat dalam membagi tugas sesuai posisi penulis pertama dan penulis pendamping, tim harus punya satu visi dan misi agar satu frekuensi.Â
Memudahkan kolaborasi dalam menerbitkan buku berbasis hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:Â
1. Berkolaborasi dengan Dosen yang Tepat
Kolaborasi dalam publikasi ilmiah adalah kolaborasi serius dan profesional sehingga bukan kolaborasi untuk dijadikan ajang uji coba, main-main, apalagi iseng. Oleh sebab itu, perlu teliti dalam memilih calon dosen untuk berkolaborasi.Â
Dalam hal ini, biasanya para dosen perlu mencari calon kolaborator dengan mengecek riwayat penelitian atau publikasi ilmiahnya dan disesuaikan dengan bidang keahlian yang dibutuhkan dalam menyusun naskah buku.Â
Tidak kalah penting, Anda perlu memilih dosen kolaborator yang bersedia berkolaborasi untuk menyatukan visi dan misi agar satu frekuensi dari awal sampai akhir. Hal ini akan mendukung kolaborasi yang sukses.Â
2. Ada Kesepakatan Penentuan Posisi Penulis
Tips yang kedua dalam membentuk tim penulis buku tanpa resiko adalah terjadi kesepakatan. Paling utama adalah kesepakatan dalam menentukan posisi penulis, yakni siapa yang akan menjadi penulis pertama dan penulis pendamping.Â
Sama halnya ketika berkolaborasi dalam menerbitkan artikel di jurnal ilmiah. Anda perlu menetapkan mana yang menjadi penulis pertama, penulis pendamping, dan juga penulis korespondensi.Â
Kesepakatan ini wajib disusun di awal karena akan menentukan besaran kontribusi pada naskah. Beban kerja dan beban kontribusi tentu lebih tinggi bagi penulis pertama. Di masa mendatang, harapannya tidak ada perselisihan terkait poin angka kredit yang didapatkan.Â
3. Ada Kesepakatan Pembagian Tugas
Tips yang ketiga untuk sukses dalam membentuk tim penulis buku berbasis hasil penelitian adalah ada kesepakatan pembagian tugas. Hal ini sejalan dengan kesepakatan sebelumnya terkait penempatan posisi penulis.
Pembagian tugas akan menentukan besaran beban kerja dan kontribusi pada naskah buku yang disusun bersama. Oleh karena itu, wajib ada kesepakatan dan dengan ketentuan ada kontribusi paling besar dari penulis pertama.Â
Jadi, jangan sampai sebaliknya. Penulis pendamping memiliki kontribusi lebih besar, tetapi meraih angka kredit lebih kecil. Hal ini menjadi tidak adil dan memicu konflik di kemudian hari.Â
Jadi, setelah ada kesepakatan siapa yang menjadi penulis pertama dan penulis pendamping, Anda perlu menentukan pembagian tugas. Misalnya dosen A mengerjakan bab pertama dan kedua, dosen B bab ketiga saja, dan seterusnya.Â
4. Membentuk Tim Lintas Bidang dan Lintas Institusi
Salah satu tujuan membentuk tim penulis buku tidak hanya mempercepat penyelesaian naskah, tetapi juga meningkatkan kualitas naskah tersebut dengan memperkaya informasi di dalamnya.Â
Oleh sebab itu, salah satu tips agar sukses dalam membentuk tim penulis adalah membentuk tim multidisipliner, yakni lintas bidang keilmuan, baik di satu perguruan tinggi maupun lintas perguruan tinggi. Baik di satu fakultas tapi beda program studi atau lintas fakultas di satu institusi yang sama.Â
Kolaborasi multidisipliner membantu memperkaya isi dari naskah buku. Dosen-dosen bisa berkesempatan berkolaborasi dengan dosen lebih senior dan lebih kaya pengalaman dalam menulis buku hasil penelitian.Â
Hal ini penting dan menguntungkan karena bisa jadi dosen A menilai tulisannya sudah baik. Namun belum tentu dengan penilaian dosen B yang lebih sering menerbitkan buku hasil penelitian sehingga bisa saling sharing, mengoreksi, dan menyempurnakan hasil pengerjaan masing-masing.Â
5. Melibatkan Mahasiswa sebagai Tim Penulis Buku
Tips yang kelima dalam membentuk tim penulis buku hasil penelitian dan pengabdian adalah melibatkan mahasiswa. Artinya, ada kolaborasi antara dosen dengan mahasiswa dalam proses menyusun naskah buku.
Hal ini penting karena bisa jadi dosen memiliki mahasiswa yang terampil dalam menulis karya tulis ilmiah. Selain itu, langkah ini bisa membantu regenerasi dosen di masa mendatang.Â
Artinya, mahasiswa yang diajak berkolaborasi dalam tim penulis bisa menjadi dosen di masa mendatang karena pengalaman menulis dan menerbitkan buku ilmiah membantu mereka tertarik menjadi dosen.Â
Regenerasi tentu penting karena tidak ada dosen yang mengajar selamanya, karena akan memasuki usia pensiun. Jika tidak ada pengganti dosen muda yang kompeten dan berpengalaman melaksanakan tri dharma, maka akan menurunkan kualitas pendidikan tinggi di institusi dan Indonesia.Â
6. Melakukan Review dan Proofreading Bersama
Tips selanjutnya ketika membentuk tim penulis buku adalah sepakat untuk melakukan review dan proofreading bersama. Hal umum ketika selesai menulis naskah buku, maka dilanjutkan proses editing mandiri.Â
Mulai dari membaca ulang naskah, menemukan dan menandai bagian yang diketahui ada kekeliruan, dan kemudian melakukan revisi atau perbaikan pada bagian tersebut. Dalam kolaborasi publikasi ilmiah, proses ini dianjurkan dikerjakan bersama-sama.
Tujuannya agar ada koreksi setiap bab dan susunannya. Kolaborasi dalam penelitian membuat masing-masing penulis menyusun bab terpisah. Jika tidak ada proofreading bersama, setiap bab bisa jadi tidak saling relevan atau tidak nyambung.Â
Hal ini tentu memicu kualitas naskah yang rendah dan sulit diterima penerbit kredibel. Oleha karena itu, review dan proofreading sebaiknya dilakukan bersama untuk memastikan setiap bab saling terhubung satu sama lain.Â
7. Menetapkan dan Menyepakati Tenggat Waktu
Tips selanjutnya adalah menetapkan dan menyepakati tenggat waktu atau deadline. Setelah membagi tugas, setiap dosen menyepakati tenggat waktu. Misalnya masing-masing diberi tenggat pengerjaan selama 1 bulan.
Setelah satu bulan, semua dosen sudah menyelesaikan bagian naskah yang menjadi kewajiban mereka. Kemudian masuk ke proses review dan proofreading yang dijelaskan sebelumnya.Â
Jadi, ketika membentuk tim penulis buku usahakan tidak sekedar membagi tugas dan kontribusi ilmiah, melainkan juga menyepakati tenggat waktu agar meningkatkan kesadaran untuk segera diselesaikan. Langkah ini memastikan naskah selesai tepat waktu, lebih cepat dibanding ditulis sendiri, dan bisa segera diterbitkan.Â
8. Memanfaatkan Teknologi untuk Kemudahan dalam Menulis Buku
Tips yang terakhir dalam membentuk tim penulis buku adalah memanfaatkan teknologi. Ada banyak teknologi yang bisa digunakan untuk menunjang aktivitas menulis. Baik secara mandiri maupun dalam bentuk tim penulis.
Jangan ragu memanfaatkan teknologi tersebut dan tetap dipastikan tidak keluar dari rambu-rambu agar tidak terjadi pelanggaran etika. Misalnya menggunakan platform manajemen referensi seperti Mendeley, Zotero, EndNote, dan sejenisnya. Sehingga mempercepat sitasi pada kutipan dan pembuatan daftar pustaka.
Contoh lain, tidak menolak menggunakan AI melainkan memanfaatkannya saat bekerjasama dengan tim penulis. Misalnya memanfaatkan AI untuk merekomendasikan susunan kerangka tulisan naskah buku.
Hasil rekomendasi AI kemudian dikoreksi bersama-sama dan disepakati apakah akan digunakan atau tidak. Maupun digunakan pada bagian tertentu yang dinilai relevan dengan kebutuhan naskah buku yang akan disusun.
Itulah beberapa tips untuk bisa berkolaborasi dengan lancar dalam menulis dan menerbitkan buku ilmiah berbasis hasil penelitian atau pengabdian kepada masyarakat sehingga membentuk tim penulis memang tidak bisa asal-asalan.Â
Apalagi, salah satu tujuan dari kolaborasi ini adalah meningkatkan kualitas maupun kuantitas publikasi dalam bentuk buku. Jadi, perlu persiapan yang matang dan manajemen tim penulis buku yang tepat agar tujuan tersebut tercapai.Â



