Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar indikator kinerja dosen, yakni melalui penerbitan Keputusan Menteri (KM) 500/M/2024 tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah.
Dalam KM tersebut, salah satu indikator kinerja dosen dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan adalah melaksanakan metode pembelajaran kreatif berbasis SCL, salah satunya adalah metode pembelajaran case study atau studi kasus. Bagaimana Anda sebagai dosen menerapkan metode pembelajaran ini di kelas? Baca selengkapnya untuk tau caranya!
Daftar Isi
ToggleMetode Pembelajaran Case Study
Dikutip melalui website Universitas Sebelas Maret, Surakarta (UNS), dalam salah satu paper karya Fiqy Zulfikar berjudul “Model Pembelajaran Studi Kasus untuk Meningkatkan Pengetahuan Siswa dan Respon Siswa”, metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk memberikan materi di kelas, baik penyampaian pembelajaran dengan metode ceramah maupun metode diskusi. Metode pembelajaran kemudian diketahui terus dikembangkan.
Lalu, apa itu metode pembelajaran case study? Metode pembelajaran case study adalah suatu strategi yang digunakan dalam penyajian suatu pelajaran dengan memanfaatkan kasus yang ditemui sebagai bahan pembelajaran, kemudian kasus tersebut dibahas bersama-sama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar.
Secara sederhana, metode pembelajaran studi kasus akan memberikan kasus untuk dianalisis dan di pecahkan oleh mahasiswa. Metode ini bersifat kontekstual karena memberikan pengalaman memahami kasus nyata di lapangan.
Metode pembelajaran ini juga diketahui bisa diterapkan di lingkungan sekolah sampai pendidikan tinggi dan di berbagai mata pelajaran atau mata kuliah. Jadi, metode ini bisa dijadikan pilihan dosen ketika hendak menyampaikan suatu materi.
Kasus yang dijadikan topik utama dalam pembelajaran haruslah kasus nyata di lapangan, bisa berupa fenomena maupun masalah. Mahasiswa bisa diminta menganalisis penyebab kasus tersebut dan mencari tahu solusi terbaik berdasarkan analisis dan pemahaman mereka.
Supaya lebih mudah memahami apa itu metode pembelajaran case study, berikut beberapa karakteristik khas yang membedakannya metode pembelajaran study case dengan yang lain:
- Strategi dengan menggunakan suatu peristiwa yang dipandang sebagai suatu masalah yang bersifat faktual.
- Siswa/mahasiswa berperan aktif dalam upaya pencarian pemecahan masalah yang dihadapi dan guru/pendidik sebagai pembimbing yang akan mengarahkan siswa/peserta didik untuk memilih alternatif pemecahan masalah.
- Memerlukan bimbingan dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi siswa. Tidak terselesaikannya masalah secara tepat/sehat dapat menimbulkan kerugian maupun hambatan perkembangan pada peserta didik itu sendiri.
- Penekanan proses pembelajaran bukan hanya pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
- Pembelajaran yang ditekankan pada pemahaman konteks.
- Siswa/mahasiswa memiliki pengetahuan awal tentang masalah yang akan dipecahkan, setidaknya dalam hal ini peserta didik memiliki gambaran terhadap masalah yang dihadapi, sehingga hal ini akan memudahkan dalam mengambil suatu keputusan atau pemecahan masalah.
Anda mengajar gen Z? Sebaiknya Anda tidak melewatkan pembahasan Inovasi Pembelajaran untuk Mahasiswa Gen Z yang Bisa Diterapkan Dosen.
Kelebihan
Sebagai salah satu dari berbagai metode pembelajaran, metode studi kasus tentu menjadi pertimbangan yang tepat. Namun, sebagaimana metode lainnya dalam metode ini juga terdapat kelebihan maupun kekurangan. Berikut beberapa kelebihan metode pembelajaran case study:
1. Metode Pembelajaran yang Fleksibel
Kelebihan yang pertama adalah fleksibel. Bagi dosen, metode pembelajaran ini membantu fleksibel dalam memilih kasus yang dianggap paling relevan. Sementara bagi mahasiswa, mereka fleksibel mencari sumber data untuk proses analisis sehingga memahami kasus, penyebab, dan solusi yang bisa direkomendasikan.
2. Menekankan pada Pemahaman Konteks
Kelebihan kedua adalah menekankan pada pemahaman konteks. Sebab di metode pembelajaran ini, mahasiswa akan fokus pada satu kasus sehingga ada kebutuhan untuk fokus memahami kasus tersebut. Kemudian mencari solusi yang tepat dan aplikatif atau mudah diterapkan sehingga solusi yang diberikan tidak keluar konteks.
3. Mendukung Kolaborasi
Metode pembelajaran studi kasus juga mendukung kolaborasi, khususnya kolaborasi antar mahasiswa. Sebab di metode pembelajaran ini mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian saling berdiskusi.
Jadi, para mahasiswa akan belajar bagaimana berkolaborasi dengan mahasiswa lain. Semua memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat dan pemahaman mereka terhadap kasus. Sehingga lebih mudah berkolaborasi di kesempatan lain.
4. Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik
Kelebihan keempat dari metode pembelajaran case study adalah meningkatkan keaktifan peserta didik. Pertama, karena memang metode pembelajaran ini berbasis kelompok sehingga seluruh mahasiswa dalam kelompok akan aktif dalam pembelajaran.
Kedua, kegiatan perkuliahan berbasis kasus juga membantu mahasiswa aktif untuk mencari sumber data sehingga bisa memahami kasus yang sedang dibahas, menyampaikan pendapat, dan merekomendasikan solusi sesuai pemahaman yang dimiliki. Jadi, mahasiswa tidak pasif hanya mendengarkan ceramah dosen.
5. Membentuk Karakter yang Disiplin dan Bertanggung Jawab
Penerapan metode pembelajaran studi kasus bisa membantu membentuk karakter mahasiswa yang disiplin dan bertanggung jawab. Mahasiswa akan dituntut untuk melakukan pengumpulan data dan analisis pada kasus yang diberikan.
Proses tersebut tentunya diberi tenggat waktu, baik dalam satu minggu atau disesuaikan kondisi dan karakter kasus. Mahasiswa pun menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab agar bisa mengatur waktu dengan baik dan proses analisis selesai tepat waktu.
6. Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis
Metode pembelajarn berbasis kasus ini juga efektif mengasah kemampuan mahasiswa berpikir kritis. Sebab mereka akan belajar melakukan analisis pada kasus, mengumpulkan data penunjang dengan teliti, dan kritis dalam menentukan rekomendasi solusi.
7. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Metode pembelajaran ini juga efektif meningkatkan kemampuan komunikasi mahasiswa karena perlu berdiskusi dalam kelompok mahasiswa. Kemudian perlu mempresentasikan hasil diskusi dan menjawab beberapa pertanyaan dari mahasiswa lain.
Baca Juga:
- Problem Based Learning : Pengertian, Karakteristik, Manfaat, Contoh
- 6 Sintak Model Problem Based Learning
Kekurangan
Tak hanya memiliki kelebihan di atas, metode pembelajaran studi kasus juga memiliki sejumlah kekurangan, diantaranya:
1. Keterbatasan pada Generalisasi Kasus
Salah satu kekurangan dari metode pembelajaran ini adalah pada generalisasi kasus. Tidak semua kasus relevan dengan karakter materi perkuliahan. Selain itu, kasus tertentu juga terjadi di negara lain dan kecil kemungkinan terjadi di Indonesia.
2. Kebutuhan Waktu yang Lebih Lama
Kekurangan kedua dari metode pembelajaran ini adalah kebutuhan waktu yang lama. Mahasiswa butuh waktu lebih untuk menganalisis kasus dan merekomendasikan solusi. Kadang kala bisa lebih dari dua pertemuan, dan tentu bisa mempengaruhi RPS.
3. Kasus Tertentu Lebih Eksklusif
Metode pembelajaran case study juga berhadapan dengan kendala berupa kasus yang sifatnya eksklusif. Artinya, tidak semua kasus di lapangan cocok dijadikan kasus dalam proses pembelajaran. Misalnya, kasus tersebut bersifat individual, kasus tersebut masih tabu, dan sebagainya.
4. Sangat Bergantung pada Sumber Data yang Valid
Kekurangan berikutnya dari metode pembelajaran ini adalah masih sangat bergantung pada sumber data valid. Sehingga perkuliahan menjadi seperti penelitian. Kadang kala mahasiswa kesulitan mendapat sumber yang kredibel terkait kasus yang dibahas. Apalagi beberapa sumber valid bisa saja berbayar.
5. Ada Kemungkinan Partisipasi Peserta Didik Terbatas
Kekurangan selanjutnya adalah tidak meratanya partisipasi mahasiswa dalam kelompok. Mahasiswa yang lebih percaya diri cenderung mendominasi diskusi. Sehingga mahasiswa lain bisa saja kurang berpartisipasi dan tidak mendapat manfaat dari penerapan metode pembelajaran ini.
6. Evaluasi Hasil Belajar yang Sulit
Berikutnya adalah proses evaluasi hasil pembelajaran yang cenderung lebih sulit. Sebab fokus evaluasi adalah pada proses analisis dan penarikan kesimpulan berupa rekomendasi solusi. Kedua aspek ini tentu sulit dinilai karena nilai bersifat kualitatif bukan kuantitatif.
7. Resiko Bias dalam Diskusi
Kekurangan lain dari metode pembelajaran ini adalah adanya resiko bias dalam diskusi. Misalnya, mahasiswa dalam suatu kelompok mengaku punya pengalaman pribadi. Sehingga hasil analisis mengacu pada pengalaman pribadi dan mengesampingkan data hasil penelitian. Kondisi ini bisa meningkatkan bias.
Baca Juga:
- Project Based Learning : Definisi, Tujuan, Karakteristik, dan Contoh
- Mengenal Sintak Project Based Learning dalam Pembelajaran
- 5 Perbedaan Problem Based Learning dan Project Based Learning
Langkah-Langkah Penerapan Metode Pembelajaran Case Study/Studi Kasus
Penerapan metode pembelajaran case study dilakukan dengan menerapkan beberapa tahapan. Secara umum, ada 10 tahapan dalam penerapan metode pembelajaran ini, diantaranya:
1. Pemilihan Kasus yang Relevan
Tahap pertama dalam penerapan metode pembelajaran ini adalah pemilihan kasus. Pemilihan kasus sebaiknya relevan dengan materi perkuliahan, kemudian juga menarik dan menantang.
Pemilihan kasus yang tepat diharapkan mampu memberi pemahaman lebih pada materi perkuliahan sekaligus menarik minat mahasiswa dan mendorong mereka berpikir kritis dalam menganalisis kasus dan mencari pemecahannya.
2. Menyusun Materi Pendukung
Tahap kedua dalam penerapan metode pembelajaran case study adalah menyusun materi pendukung. Artinya, dosen atau guru perlu menyusun materi pendukung untuk disampaikan kepada peserta didik. Tujuannya agar mereka lebih paham tentang kasus tersebut, analisis mulai dari mana dan sebagainya.
3. Penyampaian Kasus kepada Mahasiswa
Tahap ketiga adalah penyampaian kasus kepada mahasiswa. Jadi, di tahap ini dosen bisa menyampaikan kasus. Sekaligus diikuti penyampaian materi pendukung yang sudah disiapkan di tahap sebelumnya.
4. Pembagian Kelompok Diskusi
Metode pembelajaran studi kasus adalah metode pembelajaran berbasis kelompok. Maka di tahap keempat, dosen bisa membantu mahasiswa untuk membuat kelompok diskusi.
Dosen bisa memberi kebebasan untuk mahasiswa membentuk kelompoknya sendiri-sendiri. Namun bisa juga pembentukan kelompok dengan bantuan dosen. Misalnya diurutkan berdasarkan absen atau atas pertimbangan lain. Jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah mahasiswa di kelas.
5. Analisa Kasus oleh Kelompok Diskusi
Tahap kelima adalah proses diskusi di setiap kelompok mahasiswa yang dibentuk. Dalam hal ini, masing-masing kelompok akan saling melakukan pembagian tugas. Kemudian berdiskusi untuk memahami kasus, penyebabnya, dan juga analisa dampaknya.
6. Penentuan Solusi atau Rekomendasi Solusi
Tahap keenam dari penerapan metode pembelajaran case study adalah penentuan solusi atau rekomendasi solusi. Penetapan solusi juga hasil diskusi di setiap kelompok. Pemilikan solusi disesuaikan dengan data yang didapatkan, sehingga dasarnya kuat dan aplikatif (bisa diterapkan).
7. Presentasi Hasil Diskusi
Tahap ketujuh adalah proses presentasi. Hasil diskusi setiap kelompok kemudian dipresentasikan di depan kelas. Namun, dosen uga bisa meminta presentasi dilakukan di hadapan dosen tersebut tanpa dilakukan di hadapan mahasiswa lain. Hanya saja opsi ini jarang, paling sering adalah presentasi di depan kelas.
8. Diskusi Kelas dan Tanggapan
Tahap berikutnya adalah diskusi kelas. Mahasiswa lain akan menyimak hasil presentasi dari kelompok lain. Kemudian mengajukan pertanyaan, memberi tanggapan pada rekomendasi solusi. Sehingga solusi yang dipresentasikan bisa dipahami mahasiswa dari kelompok lain.
9. Umpan Balik dari Dosen
Tahap berikutnya adalah dosen memberi umpan balik. Misalnya menjelaskan definisi dari kasus dan penyebab umumnya. Kemudian memberi tanggapan pada solusi yang direkomendasikan suatu kelompok mahasiswa. Bisa juga, dosen mengajukan pertanyaan kepada kelompok mahasiswa yang sedang presentasi.
10. Refleksi Proses Pembelajaran
Tahap yang terakhir adalah refleksi proses pembelajaran. Pada tahap ini, dosen bisa membimbing para mahasiswa untuk membahas kasus bersama-sama. Sekaligus membahas solusi yang sudah dipresentasikan setiap kelompok. Kemudian ditutup dengan memberi kesimpulan.
Baca Juga:
- Blended Learning : 12 Jenis dan Cara Penerapannya
- Sintak Blended Learning Menurut Ahli dan Tantangannya
Contoh Metode Pembelajaran Studi Kasus
Ada banyak kasus bisa diangkat menjadi topik utama dalam metode pembelajaran case study. Jika masih bingung atau membutuhkan ide dan inspirasi, berikut beberapa contoh penerapan metode pembelajaran studi kasus:
a. Mata Kuliah Ekonomi: Analisis Kasus Keuangan Perusahaan
Mahasiswa diberikan data keuangan suatu perusahaan yang mengalami penurunan laba dalam beberapa tahun terakhir. Mereka diminta untuk menganalisis penyebab penurunan tersebut.
Misalnya mengarahkan mereka untuk melihat laporan laba-rugi, biaya produksi, strategi pemasaran, atau tren pasar. Mahasiswa kemudian diminta mendiskusikan strategi atau perubahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan laba perusahaan.
Hasil diskusi per kelompok mahasiswa kemudian dipresentasikan. Yakni mempresentasikan hasil analisis dan rekomendasi mereka, yang kemudian dibahas bersama dalam kelas. Baik kelas daring maupun luring.
b. Mata Kuliah Hukum: Studi Kasus Sengketa Hak Cipta
Mahasiswa diberikan kasus sengketa hak cipta, misalnya kasus antara dua perusahaan teknologi yang berebut hak atas suatu paten atau teknologi. Mahasiswa diminta mempelajari hukum hak cipta.
Selanjutnya, mahasiswa diminta memberikan pendapat hukum mereka dan solusi yang bisa diterapkan. Hasil diskusi kelompok kemudian dipresentasikan di kelas dan mendorong diskusi kelas yang sehat di bawah bimbingan dosen.
c. Mata Kuliah Biologi: Kasus Epidemi Penyakit
Mahasiswa diberikan kasus mengenai penyebaran penyakit menular di suatu daerah. Mereka mendapatkan data mengenai jumlah kasus, gejala yang dialami, dan pola penyebaran penyakit.
Mahasiswa yang sudah dibentuk kelompok, diminta untuk mencari kemungkinan penyebab penyakit, cara pencegahan, dan tindakan penanganan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Hasil diskusi per kelompok kemudian diminta untuk dipresentasikan di depan kelas. Sehingga mendorong terjadinya diskusi dengan kelompok mahasiswa lain. Baru kemudian dosen membantu mahasiswa menarik kesimpulan atas hasil diskusi tersebut.
d. Mata Kuliah Manajemen Bisnis: Studi Kasus Kegagalan Strategi Pemasaran
Mahasiswa diberi kasus kegagalan strategi pemasaran suatu produk baru yang ternyata tidak laku di pasaran. Mahasiswa yang sudah dibentuk per kelompok diminta untuk mengidentifikasi kesalahan dalam strategi pemasaran yang dilakukan.
Dalam diskusi kelompok, mahasiswa diminta untuk memperhatikan aspek segmentasi pasar, harga, promosi, dan distribusi. Kemudian mencari solusi dengan menyusun strategi yang mencegah kegagalan pemasaran. Strategi ini kemudian dipresentasikan dan dilakukan diskusi mendalam.
Meskipun ada beberapa kasus yang hanya cocok untuk satu mata kuliah di suatu bidang keilmuan. Namun, setiap mata kuliah tentunya akan dengan mudah menemukan kasus yang relevan. Sehingga penerapan metode pembelajaran case study tidak ada kendala, terlebih jika memperhatikan contoh-contoh di atas.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.