Dalam menyusun karya tulis ilmiah, seorang dosen bisa saja melakukan praktik self citation atau sitasi karya sendiri. Self citation merupakan tindakan mengambil kutipan dari karya terdahulu yang juga dibuat oleh penulis sendiri.
Secara umum, hal ini lumrah saja dilakukan karena bisa jadi karyanya sendiri yang sudah dipublikasikan sebelumnya memang relevan untuk dikutip. Namun, meskipun sah saja dilakukan. Sitasi model ini rawan dimanipulasi dan memicu persepsi negatif.
Apalagi jumlah sitasi mempengaruhi skor dampak atau Impact Factor (IF) publikasi sebelumnya. Skor IF ini menjadi salah satu alat ukur kualitas dari suatu publikasi ilmiah. Jika IF bisa dimanipulasi dengan sitasi diri, maka perlu dibuat regulasi yang jelas agar tidak terjadi pelanggaran etika.
Self Citation dalam Karya Ilmiah
Dikutip melalui Aminudin Blog sebuah blog pribadi seorang dokter yang mengajar di Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, self citation atau sitasi diri dilakukan apabila seorang peneliti atau kelompok peneliti mensitasi karya atau paper sendiri yang telah terbit sebelumnya.
Dalam menyusun karya tulis ilmiah, keberadaan kutipan sangat penting untuk berbagai tujuan. Salah satu tujuan mengutip adalah menguatkan pendapat atau pandangan penulis agar memiliki dasar yang kuat dari pendapat ahli maupun dari hasil penelitian sebelumnya.
Nyaris di semua karya tulis ilmiah baik dalam bentuk artikel ilmiah, makalah, skripsi, dan lain sebagainya bisa dijumpai kutipan. Jumlah kutipan pada dasarnya tidak ada batasan yang jelas. Namun, biasanya terbatas agar tidak berlebihan.
Seiring berjalannya waktu, proses mengutip karya orang lain dari penelitian sebelumnya terus berkembang. Hingga penulis mengutip bagian tertentu dari karyanya sendiri yang sudah dibuat dan dipublikasikan sebelumnya. Tindakan ini lah yang disebut self citation.
Sitasi diri masih menuai pro dan kontra. Namun, mayoritas memahami praktik ini sah untuk dilakukan selama memang masih relevan dan wajar. Meskipun diperbolehkan, tetap perlu ada aturan yang jelas dan ketat untuk mencegah manipulasi.
Sebab jumlah sitasi bisa menjadi trik penulis untuk meningkatkan IF karya sebelumnya. Sehingga, sitasi diri yang dilakukan pada dasarnya sengaja dan bisa saja asal ditambahkan meski tidak relevan. Hal ini yang masuk kategori pelanggaran etika.
Dampak Positif Self Citation bagi Anda
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, self citation atau mengutip karya diri sendiri dalam proses menulis karya ilmiah masih menjadi perdebatan. Ada yang pro dan ada pula yang kontra.
Hal ini terjadi karena sitasi diri memiliki kelebihan yang menguntungkan bagi pelakunya. Namun, sekaligus memiliki sisi negatif yang merugikan pelaku tindakan tersebut. Berikut dampak self citation:
1. Membantu Membangun Reputasi
Menggunakan karya milik sendiri untuk dikutip dan masuk ke dalam daftar referensi bisa membangun reputasi sebagai ahli di bidangnya. Seperti yang diketahui, salah satu alat ukur kualitas publikasi dan kredibilitas penulisnya adalah dari jumlah sitasi.
Sitasi diri juga efektif menambah jumlah sitasi yang didapat dari publikasi ilmiah yang dilakukan sehingga berdampak positif untuk penulis dikenal sebagai ahli di bidangnya. Publikasi dengan kutipan yang tinggi menunjukan kualitasnya yang mumpuni.
2. Meningkatkan Visibilitas Publikasi yang Dimiliki
Self citation juga bisa berdampak positif bagi penulis, yakni meningkatkan visibilitas dari publikasi sebelumnya. Sebab pada saat karya tulis terbaru dibaca orang. Pembaca juga mengetahui publikasi sebelumnya dan tertarik membacanya juga atau bahkan menjadikannya referensi.
3. Menunjukan Pengembangan dari Penelitian yang Dilakukan
Karya sebelumnya dikutip bisa karena relevan dan bisa menunjukkan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Apalagi kebanyakan dosen dan peneliti akan fokus di topik yang sama dalam penelitian untuk membangun reputasi sebagai pakar.
Pembaca yang mengetahui ada pengutipan dari karya sebelumnya, bisa melihat pengembangan penelitian yang dilakukan. Baik itu terkait pengembangan topik, metodologi penelitian yang digunakan, dan aspek lainnya.
4. Menguatkan Argumen
Sama seperti fungsi kutipan pada umumnya, sitasi diri juga membantu menguatkan argumen atau pandangan. Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, sangat mungkin penulis menyampaikan pandangannya. Namun, pandangan ini harus punya dasar.
Maka, mengutip karya orang lain yang sudah menjadi pakar dan relevan akan dilakukan. Dalam hal ini, kutipan dari karya diri sendiri bisa ditambahkan untuk menguatkan argumen yang dicantumkan.
5. Sarana Melengkapi Penelitian atau Temuan Sebelumnya
Self citation juga menguntungkan penulis atau peneliti untuk melengkapi penelitian atau temuan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan sebelumnya, bisa jadi masih ada kelemahan.
Maka dilakukan penelitian lanjutan untuk menambal kelemahan tersebut. Menyampaikan hal ini bisa dengan mengutip karya sendiri yang dibuat lebih dulu. Sehingga pembaca mengetahui ada perbaikan pada penelitian sebelumnya tersebut.
Mau meningkatkan sitasi Anda? Ikuti cara berikut:
- Menaikkan Sitasi di Google Scholar dengan Cara Sitasi yang Benar
- Tips Menaikkan Sitasi di Google Scholar agar H Indeks Maksimal
Dampak Positif Self Citation bagi Anda
Self citation juga bisa memberi dampak negatif bagi pelakunya. Apalagi jika sudah masuk kategori melanggar etika, misalnya berlebihan. Berikut sejumlah dampak negatif yang mungkin dirasakan:
1. Menciptakan Persepsi Negatif
Dalam beberapa kondisi, penulis mungkin tanpa sadar sudah melakukan sitasi diri secara berlebihan. Dampak negatifnya beragam dimana salah satunya bisa menciptakan persepsi negatif.
Misalnya, penulis akan dipandang melakukan manipulasi data dengan praktik katrol sitasi. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan skor IF atau tujuan lain yang dipandang diraih dengan cara tidak etis.
2. Terjadi Pengabaian pada Karya Orang Lain
Dampak negatif berikutnya dari self citation adalah dianggap mengabaikan karya orang lain. Hal ini terjadi karena penulis sejak awal memiliki niat melakukan sitasi diri. Sehingga hanya fokus pada karya diri sendiri tanpa memperhatikan karya penulis lain, yang bisa jadi lebih relevan dan masih baru.
3. Terjadi Bias dalam Penelitian
Penulis yang terlalu mengandalkan data dari karyanya sendiri bisa memicu terjadinya bias pada penelitian yang dilakukan. Sebab, bisa jadi ada kesalahan dari karya sebelumnya. Jika fokus pada karya tersebut dan tidak mengecek karya orang lain, informasi yang bias bisa terus dibagikan ke publik.
4. Bisa Menurunkan Kualitas Penelitian
Masih berhubungan dengan dampak di poin sebelumnya. Jika data atau informasi yang dicantumkan pada karya tulis adalah bias. Hal tersebut akan menurunkan kualitas dari penelitian yang dilakukan.
5. Penulis Bisa Saja Panen Kritikan
Dampak negatif lain yang ditimbulkan dari sitasi diri, terutama yang sudah tidak etis karena berlebihan dan lain sebagainya, adalah penulis menuai kritikan pedas dari pembaca atau rekan sejawat.
Misalnya, penulis dipandang malas atau dianggap punya literasi yang terbatas. Sehingga, hanya bisa mengandalkan karya milik diri sendiri tanpa merasa perlu membaca karya orang lain yang sama-sama relevan.
Cara Melakukan Self Citation
Sama seperti menjadikan karya orang lain sebagai referensi atau rujukan. Melakukan self citation tidak jauh berbeda, hanya saja lebih fokus pada karya milik sendiri yang dibuat sebelumnya.
Secara umum, berikut tata cara dalam melakukan self citation yang tentu harus benar agar tidak dianggap melanggar etika:
1. Mencari Karya Sebelumnya yang Relevan
Tahapan yang pertama dalam melakukan sitasi diri adalah mencari karya sebelumnya yang relevan. Sitasi diri dianggap tidak etis jika asal mengutip karya sebelumnya tanpa memperhatikan relevansinya.
Sitasi diri baru diperbolehkan jika memang relevan dengan karya yang sedang dikerjakan (digarap). Jadi, pada saat ingin melakukan sitasi diri silahkan memeriksa dulu ada tidaknya karya terdahulu yang relevan.
2. Menentukan Bagian dari Karya Sebelumnya yang Ingin Dikutip
Tahap kedua dalam melakukan sitasi diri adalah menentukan bagian dari karya sebelumnya yang akan dikutip dan masuk ke karya terbaru. Kutipan sendiri tentu hanya mengambil sebagian kecil. Bisa hanya satu kalimat atau satu paragraf sesuai kebutuhan.
Jadi, silakan menentukan ada tidaknya bagian dari karya terdahulu yang bisa dikutip dan masih relevan dengan karya terbaru. Jika sudah ditentukan atau ditemukan, barulah masuk ke tahap berikutnya.
3. Memasukkan Kutipan dalam Naskah dengan Memberikan Konteks
Tahap ketiga dalam melakukan self citation adalah memasukan kutipan yang sudah dipilih dan memberi konteks. Memberi konteks yang dimaksud disini adalah menjelaskan alasan kenapa kutipan tersebut relevan dengan karya terbaru.
Mulai dulu proses mengutip sebagaimana mestinya dan menyesuaikan dengan aturan dari style yang digunakan (APA, MLA, Chicago, dan lainnya). Misalnya dengan kalimat awal berikut:
“Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa… (Nama, Tahun).”
Selanjutnya di kalimat berikutnya bisa menjelaskan alasan kenapa kutipan tersebut diambil. Yakni menjelaskan relevansinya dengan penelitian terbaru. Sehingga pembaca memahami kaitan dengan karya sebelumnya dan menjadi bukti tidak asal melakukan sitasi diri.
4. Masukkan Karya Sebelumnya dalam Daftar Pustaka
Mengutip karya sebelumnya tentu menjadikan karya tersebut sebagai referensi. Maka, karya tersebut wajib dicantumkan di dalam daftar pustaka sesuai ketentuan sehingga mencantumkan sumber dengan jelas dan tidak terjadi self plagiarism.
Pahami selengkapnya dalam Self Plagiarism: Bahaya dan Cara Menghindarinya
5. Menghindari Self Citation Berlebihan
Dalam etika atau bisa disebut aturan sitasi diri, sangat penting untuk membatasi. Bahkan penulis lebih dianjurkan menghindari sitasi diri dan mengutamakan mengutip karya orang lain. Mengingat dampak negatif sitasi diri lebih kompleks.
Maka pada saat sitasi diri dilakukan sebaiknya tidak berlebihan, sesuai kebutuhan, dan tidak terlalu sering dilakukan. Semakin minim sitasi diri maka semakin baik. Oleh sebab itu, penting untuk mengontrol keinginan melakukan sitasi diri.
6. Memeriksa Kebijakan Publikasi
Tahap akhir adalah memeriksa kebijakan publikasi. Karya tulis ilmiah yang disusun biasanya memang akan dipublikasikan. Sebelumnya, silakan mengecek atau memeriksa kebijakan publikasi yang ditetapkan publisher.
Sebab tidak sedikit pengelola jurnal yang menolak atau mengatur secara ketat praktek sitasi diri. Jika kebijakan tentang sitasi diri tidak dipahami, ada rIsiko melakukan pelanggaran sehingga karya tulis bisa ditolak.
Berapa Banyak Self Citation yang Diperbolehkan?
Self citation sekali lagi masih menjadi perdebatan. Namun dalam kondisi dan situasi tertentu, langkah ini diperbolehkan selama tidak melanggar etika. Paling mudah menentukan adalah dari jumlah sitasi diri yang dilakukan.
Kira-kira berapa jumlah maksimal dari sitasi diri yang diperbolehkan? Harus diakui dan diketahui, sampai sekarang belum ada regulasi yang jelas dan tegas menyebutkan berapa jumlah sitasi diri yang diperbolehkan. Namun, dianjurkan untuk diminimalkan.
Seperti penjelasan sebelumnya, sitasi diri memiliki dampak negatif yang kompleks Sehingga lebih sering dianjurkan untuk dihindari dibanding yang sebaliknya. Jadi, silakan mengutamakan karya orang lain untuk dikutip.
Jika memang sitasi diri perlu dilakukan dan memang harus, maka jumlahnya perlu dibatasi. Bisa hanya satu atau dua saja. Sehingga dari 20 referensi di daftar pustaka hanya ada 1 atau 2 karya diri sendiri yang masuk ke dalamnya.
Jangan sampai dari 20 daftar pustaka, 15 atau 10 diantaranya karya sendiri. Jumlah ini dipandang berlebihan, menjadi tidak etis, dan membuat dampak negatif lebih dominan dirasakan penulis.
Selain itu, untuk para dosen yang berniat melakukan self citation dalam menyusun proposal hibah. Sebaiknya dijadikan pilihan terakhir jika memang masih ada karya orang lain yang bisa disitasi. Sebab proposal ini akan menunjukan rekam jejak, sehingga harus hati-hati jangan sampai terjadi pengulangan penelitian karena sitasi diri.
Kiat Meminimalkan Self Citation
Memahami bahwa self citation adalah tindakan yang tidak sepenuhnya dilarang, tapi direkomendasikan untuk selalu menjadi pilihan paling akhir di antara pilihan lain. Maka sudah sepatutnya para akademisi, terutama dosen menghindari sitasi diri.
Apalagi pada saat menyusun proposal hibah, karena rentan menjadi pengulangan penelitian. Jika terjadi, kemungkinan proposal tidak lolos tentu lebih tinggi. Oleh sebab itu, sitasi diri sebaiknya dihindari jika memang memungkinkan.
Ada banyak cara bisa dilakukan untuk meminimalkan dan menghindari sitasi diri, diantaranya:
1. Fokus pada Karya Orang Lain
Kiat yang pertama untuk dipertimbangkan para dosen adalah fokus pada karya orang lain. Salah satu sebab seorang dosen melakukan sitasi diri dan bahkan menjadi berlebihan adalah karena fokus pada karya sendiri.
Sehingga mengabaikan karya orang lain yang bisa jadi lebih relevan. Oleh sebab itu, fokus ini perlu dialihkan ke fokus yang lebih tepat. Yakni fokus pada karya orang lain, sehingga akan mengabaikan karya diri sendiri. Langkah ini efektif menghindari ketergantungan pada sitasi diri.
2. Melakukan Diversifikasi Referensi
Dikutip melalui website Mind the Graph, salah satu kiat menghindari self citation adalah melakukan diversifikasi referensi. Artinya, sumber atau rujukan dalam penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah (termasuk proposal hibah) dibuat beragam.
Selain mengandalkan artikel pada jurnal-jurnal kredibel. Bisa mencari referensi dari prosiding, buku ilmiah, podcast, dan sumber kredibel lain. Sehingga membantu melakukan literasi yang luas dan berdampak pada sumber rujukan yang lebih relevan dan beragam. Keinginan melakukan sitasi diri otomatis akan hilang.
Tak perlu bingung mencari referensi, gunakan banyak cara berikut:
- 7 Situs Jurnal Internasional yang Paling Banyak Direkomendasikan
- 10 Aplikasi untuk Mencari Referensi Buku Berkualitas
3. Kerangka Teori Didasarkan pada Penelitian yang Luas
Setiap kali melakukan kegiatan penelitian, dijamin para dosen akan melakukan kajian literatur seluas mungkin. Sehingga bisa membangun kerangka teori yang kuat dan jelas sekaligus bisa diterapkan.
Kerangka teori yang kuat seperti ini membantu dosen memahami sumber-sumber yang beragam dan lebih relevan. Sehingga penelitian yang diajukan dipandang mumpuni, layak mendapat hibah, dan bisa menurunkan ketergantungan pada sitasi diri.
4. Mengevaluasi Karya Diri Sendiri
Salah satu upaya terbaik dalam menghindari dan meminimalkan self citation adalah melakukan evaluasi pada karya diri sendiri. Artinya, perlu memastikan ada relevansi antara karya sebelumnya dengan karya yang sedang dikerjakan.
Jika memang mendapati karya sebelumnya kurang relevan, kurang cocok, dan bahkan ada karya orang lain yang lebih relevan. Sudah sepatutnya karya orang lain didahulukan dibanding karya sendiri.
Ada banyak karya tulis ilmiah bisa dijadikan referensi dan dikutip. Maka, praktik self citation sebaiknya tidak dijadikan fokus utama. Sebab memang ada lebih banyak karya orang lain bisa dikutip dan bahkan bisa lebih relevan.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat!