Penelitian Korelasional. Pernah mendengar tentang jenis penelitian korelasional? Jenis atau bentuk dari penelitian ternyata cukup beragam, sama beragamnya dengan topik untuk diangkat ke kegiatan penelitian tersebut. Penelitian dengan berbagai jenis ini nantinya akan dipilih salah satu oleh peneliti, pemilihannya disesuaikan dengan karakter objek penelitian dan tujuannya.
Semua metode atau bentuk penelitian ini tentu dikenal oleh para peneliti dan kalangan akademisi. Sebab akan sangat dipelajari sekaligus dipraktekan setiap kali melakukan kegiatan penelitian. Selain kenal otomatis juga bisa mempraktekannya, sekaligus paham betul bagaimana memilih metode penelitian agar sesuai.
Diantara sekian jenis metode penelitian, metode korelasional tentu menarik untuk dibahas. Sebab metode penelitian satu ini terbilang cukup sering digunakan oleh para peneliti. Lalu, apa yang dimaksud dengan penelitian korelasional tersebut dan bagaimana menerapkan atau mempraktekannya?
Daftar Isi
TogglePengertian Penelitian Korelasional Menurut Para Ahli
Sebelum membahas secara mendalam dari metode penelitian jenis korelasional, ada baiknya memahami dulu definisinya. Definisi dari metode penelitian ini cukup beragam karena beberapa ahli menyampaikan pendapatnya. Adapun beberapa ahli yang dimaksudkan antara lain:
1. Gay
Ahli atau pakar pertama yang menyampaikan pendapatnya terkait definisi dari model korelasional dalam penelitian adalah Gay. Melalui bukunya, Gay menjelaskan bahwa metode korelasional adalah salah satu bagian penelitian expost facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.
2. Emzir
Pendapat kedua disampaikan oleh Emzir (2009) dimana metode korelasional menurutnya adalah penelitian yang dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi.
Dijelaskan pula oleh Emzir bahwa metode korelasional umumnya hanya menafsirkan hubungan antara dua variabel saja. Sehingga tidak sampai meneliti hubungan kausalitas. Meskipun demikian, hasil penelitian dengan metode ini bisa dikembangkan untuk diteliti kembali.
Baca Juga: Pengertian Data Penelitian, Jenis-Jenis, dan Contoh Lengkapnya
3. Suryabrata
Oleh Suryabrata (1994) dijelaskan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor memiliki kaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
4. Fraenkel dan Wallen
Selanjutnya adalah Fraenkel dan Wallen (2008) yang menyampaikan bahwa metode korelasional masuk ke dalam kategori penelitian deskriptif. Sebab menurut keduanya, penelitian dengan metode korelasional adalah upaya untuk menggambarkan kondisi yang sudah terjadi.
Sehingga di dalam penelitian yang dilakukan secara korelasional atau korelasi, maka peneliti akan mencoba menggambarkan kondisi subjek dan objek penelitian. Yakni pada saat penelitian tersebut dilakukan, sehingga data dan penjelasan diambil dari hasil pengamatan secara langsung di satu waktu khusus.
Pendapat yang disampaikan oleh para ahli tersebut memang terlihat tidak berbeda terlalu jauh satu sama lain. Namun secara sederhana dan diambil poin utamanya, penelitian dengan metode korelasi ini bisa diartikan sebagai penelitian yang ditujukan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih.
Sehingga selama proses penelitian, peneliti akan mengumpulkan data dari dua variabel kemudian menentukan hubungan antara keduanya. Kemudian akan diketahui pula apakah hubungan tersebut cenderung hubungan yang kuat atau tidak. Mengetahui tingkat hubungan beberapa variabel dalam penelitian adalah hal penting.
Sebab dengan mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel tersebut semakin membantu peneliti untuk menyusun penelitian lanjutan. Sehingga penelitian bisa lebih dikembangkan untuk kemudian disesuaikan dengan tujuan awal dari dilakukannya penelitian tersebut.
Hubungan dalam Penelitian Korelasional
Memahami bahwa penelitian korelasional ini akan membandingkan dan menentukan hubungan yang terjalin antara dua variabel atau lebih. Maka hasil penelitian kemudian akan memunculkan tiga kemungkinan, yang menjelaskan hubungan dari variabel yang diteliti hubungannya dengan subjek dan objek penelitian. Yaitu:
1. Korelasi Positif
Jenis korelasi yang terbentuk dari variabel yang terdapat pada penelitian adalah korelasi positif. Yakni terjadi pada saat variabel mengalami perubahan maka akan ikut mempengaruhi perubahan variabel yang lain. Misalnya variabel satu menurun maka variabel kedua akan ikut menurun.
2. Korelasi Negatif
Kemungkinan yang kedua adalah terjadi korelasi negatif, yakni kebalikan dari korelasi positif. Artinya variabel satu dengan yang lainnya memiliki pengaruh berkebalikan. Jika variabel satu mengalami kenaikan maka pada variabel kedua dan seterusnya bisa mengalami penurunan.
3. Tidak Ada Korelasi
Kemungkinan ketiga adalah tidak ada korelasi, sehingga antara variabel satu dengan yang lain tidak memiliki hubungan. Jadi, jika satu mengalami penurunan maka yang lain tidak akan terpengaruh.
Melalui penjelasan tersebut, kemudian juga bisa diketahui bahwa penelitian korelasi atau korelasional ini memiliki 3 (tiga) karakteristik khas. Yaitu:
- Penelitian korelasi ini akan terbilang tepat, apabila ada variabel di dalam penelitian tidak memungkinkan untuk dilakukan manipulasi data dan tidak ada kemungkinan untuk bisa mengontrol variabel tersebut seperti pada penelitian eksperimen.
- Memungkinkan peneliti untuk melakukan pengukuran variabel secara intensif di dalam lingkungan nyata.
- Memungkinkan peneliti untuk mendapatkan derajat asosiasi yang terbilang signifikan, dan hal ini disampaikan oleh Sukardi (2008, 166).
Macam-Macam Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi kemudian memiliki beberapa jenis atau macam, dan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Studi Hubungan
Jenis yang pertama dari penelitian korelasi ini adalah studi hubungan, dan sesuai dengan namanya. Studi hubungan dilakukan untuk mendapatkan data faktor apa saja atau variabel apa saja yang saling berhubungan dengan variabel lain yang struktur maupun sifatnya lebih rumit atau kompleks.
Sehingga ada dua variabel dalam kondisi tersebut, pertama bisa disebut variabel yang sifatnya sederhana. Kemudian diteliti apakah memiliki hubungan dengan variabel lain yang sifatnya cenderung lebih rumit atau kompleks. Misalnya saja studi mengenai pengembangan diri dengan psikologi dan motivasi.
Meskipun membandingkan variabel dengan tingkat sifat yang berbeda, namun pertimbangan dalam studi hubungan ini tidak serta merta dihilangkan begitu saja. Peneliti tetap perlu melakukan pertimbangan dan penelitian lebih lanjut.
Baca Juga: Penelitian Studi Kasus: Pengertian, Jenis, dan Contoh Lengkapnya
2. Studi Prediksi
Berikutnya adalah studi prediksi, dan sekali lagi sesuai dengan namanya pada jenis penelitian korelasi ini akan bisa ditentukan karakter variabel lain. Sehingga ketika satu karakter variabel didapatkan maka peneliti bisa memprediksi karakter variabel lain pasti atau kemungkinan besar memang sama.
Studi prediksi sering sekali digunakan untuk penelitian tertentu yang memang mendukung. Biasanya akan memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Sehingga prosesnya lebih cepat dan tidak ada unsur yang ribet saat menarik kesimpulan tersebut.
Misalnya saja penelitian untuk mengetahui hubungan peringkat siswa di jenjang SMA dan memprediksi peringkat yang didapatkan ketika menjadi mahasiswa. Umumnya siswa yang berprestasi di jenjang SMA maka saat memasuki jenjang perkuliahan juga memiliki prestasi yang sama baiknya.
3. Korelasi Multivariat
Jenis ketiga dalam penelitian korelasional adalah penelitian korelasi multivariat. Yakni penelitian yang dilakukan dengan teknik multivariat, untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih. Teknik multivariat sendiri kemudian ada beberapa bentuk, diantaranya adalah:
a. Teknik Regresi Ganda
Teknik pertama adalah teknik regresi ganda yang disebut juga dengan istilah multiple regression. Yakni teknik yang digunakan untuk memprediksi fenomena yang kompleks.
Penggunaan fenomena atau variabel kompleks dilakukan karena jika mengandalkan variabel sederhana dan jumlahnya sedikit. Seringkali memberikan hasil penelitian yang kurang atau bahkan tidak akurat. Maka diambil variabel yang cenderung rumit atau kompleks.
b. Teknik Korelasi Kanonik
Teknik kedua dalam korelasi multivariat adalah teknik korelasi kanonik dan pada dasarnya teknik yang digunakan nyaris sama dengan regresi ganda. Yakni mengkombinasikan beberapa variabel untuk memprediksi variabel kriteria.
Hanya saja, pada teknik regresi ganda biasanya hanya melibatkan satu variabel kriteria. Sedangkan pada korelasi kanonik peneliti nantinya perlu melibatkan dua atau lebih dari variabel kriteria tersebut. Sehingga korelasi kanonik bisa disebut sebagai teknik perluasan dari regresi ganda.
Ketika melakukan korelasi kanonik maka peneliti juga sekaligus melakukan regresi ganda. Namun tidak pada sebaliknya, jadi ketika memakai teknik regresi ganda peneliti belum melakukan korelasi kanonik.
Baca Juga: Tips Menulis Buku Hasil Penelitian
Ciri-Ciri Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional kemudian diketahui juga memiliki beberapa ciri khas, ciri khas ini kemudian membedakannya dengan penelitian memakai metode lain. Selain itu, peneliti juga bisa melihat dan menilai peneliti lain memakai metode korelasi atau tidak melalui pemahaman ciri-ciri yang sifatnya khas tersebut.
Berikut adalah beberapa hal yang menjadi ciri-ciri atau ciri khas dari penelitian korelasi secara umum:
1. Cocok untuk Variabel Kompleks
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode korelasi perlu diakui cocok untuk meneliti variabel yang sifatnya kompleks atau rumit. Jadi, pada saat menemukan variabel yang karakternya rumit maka tidak perlu repot melakukan penelitian dengan metode eksperimen, melainkan langsung memakai korelasi.
Sehingga bisa disimpulkan atau diartikan pula, ahwa penelitian dengan metode korelasi ini bisa menjadi solusi pada saat penelitian tidak memungkinkan untuk dilakukan secara eksperimental. Hal ini dikarenakan sifat variabel yang diteliti tadi, yakni cenderung kompleks atau sangat kompleks.
2. Memungkinkan untuk Dilakukan Pengukuran Serentak
Jika memakai metode penelitian lain, ada kemungkinan proses pengamatan terhadap variabel atau objek dan subjek penelitian tidak bisa dilakukan di satu waktu. Artinya tidak bisa dilakukan secara bersamaan, namun hal ini tidak berlaku jika memakai metode korelasional.
Sebab sifatnya yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau tinggi rendahnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Membuatnya bisa melakukan pengamatan variabel secara bersamaan, sehingga dari segi waktu maupun tenaga bisa dikatakan lebih efisien.
3. Hasil Penelitian Berupa Tinggi Rendahnya Hubungan Variabel
Hasil penelitian yang memakai metode korelasional pada dasarnya berupa tinggi rendahnya hubungan antara dua variabel atau lebih yang diteliti. Sehingga hasil penelitian tidak menunjukan atau menyampaikan ada tidaknya hubungan. Jika baru disampaikan ada hubungan atau tidak ada hubungan.
Maka bisa disimpulkan bahwa penelitian tersebut belum selesai dan masih perlu dilanjutkan kembali. Sehingga peneliti bisa mendapatkan penelitian korelasional yang menunjukan tinggi rendahnya hubungan dari variabel yang diteliti.
4. Bisa Digunakan untuk Meramalkan Variabel Lain
Hasil penelitian yang dilakukan dengan teknik korelasional nantinya bisa digunakan untuk menentukan variabel bebas lain. Sehingga bisa dijadikan modal untuk melakukan penelitian lanjutan, meskipun sifatnya prediksi atau perkiraan. Dilihat dari tinggi rendahnya hubungan variabel yang didapatkan dari penelitian sebelumnya.
5. Punya Sejumlah Kelebihan
Penelitian dengan teknik korelasional ini kemudian diketahui memiliki keunggulan yang tidak ditemukan pada penelitian eksperimental. Yakni kemampuannya untuk menganalisis keterkaitan antara banyak variabel secara bersamaan (simultan). Selain itu juga memberi informasi mengenai kuat tidaknya antar variabel yang diteliti.
Baca Juga: 3 Kiat Menemukan Masalah Penelitian agar Tesis Cepat Selesai
Cara Menulis Penelitian Korelasional
Setelah memahami ciri-ciri dari penelitian secara korelasional, maka bisa memahami juga mengenai tahapan atau cara dalam menuliskan penelitian tersebut. Berikut tahapannya:
1. Menentukan Masalah
Tahap pertama dalam menuliskan penelitian secara korelasional adalah menentukan masalah, disebut juga dengan istilah merumuskan masalah. Pada tahapan ini tentunya juga akan dijumpai pada penelitian lain. Sebab tidak akan ada penelitian jika tidak ada masalah, masalah ini yang menjadi topik penelitian tersebut.
Pada proses penentuan masalah, peneliti perlu memilih masalah atau fenomena yang terbilang rumit atau kompleks. Mengetahui rumit tidaknya suatu fenomena, bisa dilihat dari butuh tidaknya pemahaman peneliti. Jika sangat rumit maka fenomena ini perlu dipahami betul baru kemudian dikaji menjadi penelitian.
Fenomena dan variabel di dalam penelitian kemudian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun secara logika. Sehingga peneliti bisa mengetahui di awal adanya hubungan antara satu fenomena atau variabel dengan variabel lainnya.
2. Studi Kepustakaan
Setelah masalah sudah ditentukan dan ditemukan, maka tahap selanjutnya di dalam penelitian korelasional adalah studi pustaka. Jadi, peneliti di tahap ini akan melakukan pencarian landasan teori dari berbagai literatur dan referensi sumber lain yang memang relevan dan sesuai kebutuhan.
Referensi di dalam studi kepustakaan ini cukup beragam. Paling lumrah dan tepat untuk digunakan adalah jurnal, laporan hasil penelitian, surat kabar, majalah ilmiah, buku dengan tema yang relevan, hasil seminar, artikel ilmiah, dan hasil wawancara dengan narasumber yang ahli di bidang yang relevan.
3. Metodologi Penelitian
Tahap selanjutnya adalah menentukan metodologi penelitian atau menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Jadi, di tahap ini peneliti nantinya perlu memutuskan metodologi mana yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Sehingga di tahap ini peneliti memiliki kewajiban menentukan subjek penelitian.
Selanjutnya melakukan proses pengumpulan data penelitian yang sekiranya paling sesuai. Adapun penentuan subjek penelitian perlu disesuaikan dengan fokus utama dari penelitian itu sendiri. Penentuan subjek sebaiknya yang homogen, supaya hasil hubungan variabelnya tidak berbeda jauh atau sama persis.
Baca Juga: Metodologi Penulisan Buku Penelitian Untuk Dosen Pemula
4. Pengumpulan Data
Tahap berikutnya adalah pengumpulan data yang bisa dilakukan dengan beberapa cara. Misalnya dengan kuesioner, angket, tes, pedoman interview, pedoman observasi, dan lain sebagainya. Pada proses atau tahap ini, dilakukan dalam waktu yang relatif sama kecuali untuk metode prediktif yang wajib ada jeda waktu.
5. Analisis Data
Tahap berikutnya tentu saja melakukan analisis data, jadi dari semua data penelitian yang sudah dikumpulkan nantinya akan dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Adapun teknik analisis data yang bisa digunakan adalah menghubungkan hasil penelitian dengan hasil lainnya.
Sehingga hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya bisa menjadi hasil penelitian. Saat memakai teknik ini maka data yang didapatkan harus relevan supaya memberi kemudahans aat mengkalkulasikan derajat atau tingkat hubungan antar variabel yang diteliti.
6. Simpulan
Tahap akhir dari penelitian korelasional adalah simpulan atau menyusun kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan memaparkan mengenai hasil penelitian secara korelasional dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Pada tahap ni pula, peneliti akan memaparkan hasil analisis data dan pengamatan.
Sehingga pembaca laporan penelitian bisa tahu hubungan dari setiap variabel yang diteliti di awal sampai akhir. Sekaligus bisa menyimpulkan ada tidaknya hubungan dan seberapa tinggi tingkat hubungan tersebut pada dua variabel atau lebih tadi.