Yogyakarta – UGM bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan Kuliah Umum dan Talkshow bertajuk “Nasionalisme di Era Digital” pada Kamis (6/12) di Grha Sabha Prama UGM. Dalam acara yang diikuti lebih dari 3 ribu mahasiswa dari puluhan perguruan tinggi di Yogyakarta.
Staf Ahli Kominfo, Drs. Gun Gun Siswandi, M. Si, dalam kuliah umum tersebut memaparkan tentang perkembangan industri kreatif sektor teknologi digital, yang kini semakin digandrungi serta peranan teknologi digital yang dinilai mampu menjadi tameng nasionalisme dari serbuan budaya asing, radikalisme, dan intoleransi.
”Kebutuhan manusia saat ini bukan hanya sandang, pangan, dan papan, tetapi juga informasi. Memasuki era digital, pola pikir serta perilaku kita juga harus disesuaikan dengan perkembangan tersebut,” ucapnya dalam kuliah umum tersebut.
Ia memaparkan, saat ini ada 143 juta atau sekitar 54 persen penduduk Indonesia yang sudah mengakses internet. Hampir semua pengguna internet, menggunakan internet untuk mengakses media sosial.
Perkembangan internet, menurutnya, tidak hanya berbicara tentang aspek infrastruktur tetapi juga aspek penggunanya. Karena itu, melalui berbagai program, Kementerian Kominfo berusaha mempersiapkan masyarakat untuk bisa memanfaatkan internet secara bijak untuk hal-hal yang bermanfaat.
”Masyarakat perlu melek digital, tetapi perlu dididik agar masyarakat lebih cerdas menggunakan media sosial tidak untuk menyebarkan hoaks dan hal negatif lainnya. Kita harus bisa mengendalikan teknologi, bukan kita yang dikendalikan oleh teknologi,” terangnya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dalam sambutannya di kuliah umum itu menyebutkan generasi muda sebagai pengguna serta pengembang teknologi informasi, perlu mengerti bagaimana menerjemahkan kata nasionalisme di era digital.
Nasionalisme, menurutnya, tidak terbatas pada bebas dari paham-paham yang bertentangan dengan nilai Pancasila dan UUD 1945, tapi lebih dari itu bagaimana mereka bisa memanfaatkan keberadaan teknologi digital untuk berinovasi dan berkarya menghasilkan produk-produk yang memberikan dampak besar bagi bangsa dan negara.
“Nasionalisme itu bagaimana kalian bisa berinovasi, mampu memberikan dampak ekonomi yang besar, serta menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat,” kata Panut.
Ia menyebutkan beberapa startup karya anak muda Indonesia seperti Gojek, Bukalapak, Tokopedia, serta startup lainnya yang menjadi wujud nyata peran serta generasi muda untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia.
“Harap kalian yang hadir di kuliah umum sore hari ini juga mampu berperan dan bergabung dengan anak muda lainnya. Untuk bergerak bersama melakukan kewirausahaan sosial dan membawa kita ke kondisi yang lebih maju, lebih baik, lebih sejahtera dengan yang menghadirkan praktisi di dunia ekonomi digital, yaitu Presiden Direktur Gamatechno Aditya Arief, pendiri peradaban yang mulia,” paparnya.
Usai kuliah umum Nasionalisme di Era Digital, acara dilanjutkan dengan talkshow Qiscus.com Evan Purnama, serta Head of Community Bukalapak Muhammad Fikri. Ketiga pembicara memaparkan tentang peluang pengembangan bisnis digital di waktu mendatang serta kontribusi yang bisa diberikan kepada masyarakat melalui bisnis tersebut.
Redaksi
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…