Mempertimbangkan penggunaan tools untuk mencari research gap tentu tepat untuk dilakukan. Sehingga bisa lebih efektif dan efisien dalam menemukan research gap tersebut. Kemudian bisa segera menyusun rencana kegiatan penelitian sampai proposal.
Kabar baiknya, ada cukup banyak tools bisa digunakan untuk tujuan tersebut. Terutama tools yang oleh pihak pengembang dikembangkan dengan teknologi AI. Lantas, apa saja tools tersebut? Berikut informasinya.
Pengertian Research Gap
Research gap adalah suatu keadaan di mana ditemukannya inkonsistensi antara hasil penelitian dengan data yang ditemukan. Inkonsistensi ini bisa terjadi di semua penelitian dan menjadi hal lumrah.
Inkonsistensi hasil dengan data penelitian bisa terjadi karena batasan masalah yang ditetapkan peneliti terdahulu. Dimana akan fokus pada satu area saja yang diteliti, kemudian mengabaikan area lainnya. Area lain inilah yang mendorong penelitian berikutnya atau research gap.
Mencari research gap sangat penting untuk memastikan tidak mengulang penelitian terdahulu. Sebab sejatinya, suatu penelitian bertujuan untuk mendapatkan temuan-temuan baru. Baik itu teori baru, teknologi baru, prototipe baru, dan lain sebagainya.
Tanpa research gap, maka besar kemungkinan akan mengulang penelitian terdahulu. Sehingga tidak ada temuan baru yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan. Penelitian tersebut pun sia-sia karena tidak ikut berkontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Cara Mencari Research Gap
Research gap akan memastikan penelitian tidak mengulang penelitian terdahulu. Maka bisa dipahami jika research gap memiliki peran yang sangat krusial. Hanya saja, research gap tidak bisa jatuh dari langit. Tidak bisa juga didapatkan peneliti maupun akademisi melalui wangsit pada mimpi.
Research gap perlu dicari oleh peneliti tersebut. Lantas, bagaimana cara mencari dan menemukan research gap? Berikut beberapa pilihan cara yang umum dilakukan:
1. Membaca Publikasi Ilmiah yang Relevan
Cara pertama untuk menemukan research gap adalah dengan membaca publikasi ilmiah yang relevan. Relevan dengan apa? Yakni relevan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.
Jika belum menemukan atau menentukan topik, maka bisa membaca publikasi ilmiah pada bidang keilmuan yang sama. Sehingga membaca berbagai publikasi ilmiah bisa sekaligus terbantu menentukan topik penelitian.
Membaca publikasi ilmiah bisa membantu menemukan research gap, karena berisi kegiatan dan hasil penelitian terdahulu. Pada topik-topik yang relevan, bisa terbantu menemukan celah atau research gap. Misalnya area yang belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya.
Selain itu, di dalam publikasi ilmiah biasanya juga tercantum rekomendasi untuk peneliti lain melanjutkan penelitian tersebut. Artinya, peneliti terdahulu juga bisa merekomendasikan penelitian berikutnya harus fokus kemana. Sebab area-area tersebut diabaikan dalam penelitian yang dilakukan.
2. Menganalisis Tren Penelitian
Cara yang kedua untuk menemukan research gap adalah menganalisis tren penelitian. Setiap tahunnya, akan ada pergeseran tren dalam kegiatan penelitian. Hal ini terjadi karena berbagai faktor.
Salah satunya, karena ada perbedaan kebutuhan masyarakat maupun pemerintah. Setiap tahunnya, masyarakat akan berhadapan dengan masalah baru. Semakin luas dampak masalah tersebut, semakin banyak peneliti yang tertarik mencari solusinya. Sehingga menjadikannya topik penelitian.
Jadi, research gap bisa didapatkan dengan menganalisis tren penelitian. Misalnya mengecek publikasi ilmiah terkini, proposal usulan yang meraih hibah terbaru, dan sejenisnya. Sehingga memahami tren penelitian yang sedang naik daun. Kemudian mencari research gap atau area penelitian yang diabaikan peneliti lain.
3. Mencari Tahu Kebutuhan Masyarakat
Pilihan cara yang ketiga untuk menemukan research gap adalah mencari tahu kebutuhan masyarakat. Kebutuhan disini bisa berbentuk solusi untuk masalah yang sedang dihadapi. Bisa juga tentang suatu fenomena yang meresahkan masyarakat.
Misalnya fenomena semakin tingginya angka pengangguran, penumpukan sampah yang fantastis dibanding tahun sebelumnya, cuaca terik yang sangat menyengat dibanding tahun sebelumnya, dan sebagainya.
Kebutuhan-kebutuhan ini akan memberi ide topik apa saja yang menarik untuk diteliti. Kemudian mendorong peneliti untuk menganalisis, topik mana yang belum diteliti peneliti lain. Sekaligus, mencari tahu area mana dari topik-topik tersebut yang belum dijadikan fokus penelitian oleh peneliti lain.
4. Berdiskusi dengan Peneliti dan Pakar
Cara keempat untuk menemukan research gap adalah melakukan diskusi dengan peneliti dan para pakar. Diskusi ini akan membantu mengetahui apa saja yang belum pernah diteliti. Sehingga bisa saling merekomendasikan research gap.
Besar kemungkinan juga, di dalam diskusi tersebut akan berakhir dengan kolaborasi penelitian. Sebab peneliti dan para pakar bisa saja menawarkan kolaborasi untuk penelitian yang belum pernah diteliti peneliti lain. Sehingga bisa menemukan research gap dan bisa segera melakukan penelitian.
5. Menggunakan Teknologi
Cara lain untuk lebih mudah dalam menemukan research gap adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ada banyak sekali tools untuk mencari research gap yang bisa diandalkan. Beberapa menggunakan teknologi AI, beberapa lagi memakai teknologi lain. Dimana setiap tools tersebut akan membantu pengguna menemukan research gap dengan tepat dan dalam tempo yang relatif singkat.
Sebagai seorang peneliti dan akademisi yang rutin melakukan penelitian, tentu kita ikut berkontribusi dalam pengembangan iptek. Maka memutuskan untuk tidak menolak teknologi sebagai alat bantu dalam penelitian adalah keputusan tepat. Sebab sama artiya sedang memanfaatkan temuan atau hasil penelitian dari peneliti lain.
Tools untuk Mencari Research Gap
Seperti yang dijelaskan sekilas sebelumnya, ada cukup banyak pilihan tools untuk mencari research gap, Khususnya yang menggunakan teknologi AI, dimana hasil penelusurannya lebih detail atau mendalam. Lalu, apa saja tools berbasis AI yang bisa digunakan untuk mencari atau menemukan research gap? Berikut beberapa rekomendasinya:
1. Scopus AI
Tools pertama yang bisa diandalkan untuk mencari research gap adalah Scopus AI. Sesuai namanya, tools ini disediakan oleh Scopus. Scopus AI menjadi fitur yang hanya bisa diakses pemilik akun institusi. Sehingga tidak bisa diakses pemilik akun individu atau perorangan.
Scopus AI menggunakan chatbot berbasis AI. Sehingga para pengguna bisa mengetik prompt yang meminta tools ini menganalisis research gap. Misalnya prompt berisi permintaan menganalisis research gap dari publikasi ilmiah antara tahun 2020 sampai 2025 pada topik A, B, dan sebagainya. Tools Scopus AI bisa diakses melalui website resmi Scopus, yakni melalui tautan berikut https://www.scopus.com/. Setelah login ke akun Scopus institusi, maka akan muncul fitur Scopus AI di halaman utama.
2. Open Knowledge Maps
Rekomendasi tools untuk mencari research gap yang kedua adalah platform AI bernama Open Knowledge Maps. Platform AI ini tentunya tidak asing di kalangan dosen, mahasiswa, dan juga para peneliti. Sebab sering dimanfaatkan untuk mendukung penelitian. Mulai dari mencari topik, menganalisis tren penelitian, mencari rekomendasi referensi ilmiah, sampai mencari research gap berbasis publikasi ilmiah.
Pengguna cukup masuk ke website resminya di https://www.openknowledgemaps.org/. Kemudian mengetik topik penelitian yang menarik perhatian. Tunggu beberapa saat, maka akan ditampilkan kumpulan publikasi ilmiah terkait.
Pada bagian visualisasi, akan ada kumpulan lingkaran yang berisi topik-topik penelitian terdahulu. Pada lingkaran berdiameter kecil, menandakan belum banyak penelitian terkait. Sehingga bisa memberi rekomendasi research gap, silahkan di klik dan dianalisis.
3. Connected Paper
Rekomendasi ketiga untuk tools yang membantu mencari research gap adalah Connected Paper. Tools ini juga berbasis teknologi AI dan sangat populer di kalangan akademisi serta peneliti.
Secara umum, platform AI ini digunakan untuk mencari referensi ilmiah. Namun, bisa juga diandalkan untuk mencari research gap. Caranya mudah, cukup masuk ke websitenya pada tautan https://www.connectedpapers.com/.
Pada halaman utama, silahkan memasukan DOI atau link URL dari publikasi ilmiah yang ingin dianalisis research gap-nya. Kemudian Connected Paper akan merekomendasikan publikasi ilmiah terkait. Silahkan klik salah satu rekomendasinya, dan membaca rangkumannya. Pada rangkaian ini akan ada keterangan research gap.
4. Google Scholar Advanced Research
Tools untuk mencari research gap berikutnya adalah Google Scholar Advanced Research. Sesuai dengan namanya, tools satu ini merupakan salah satu fitur di dalam Google Scholar.
Fitur ini akan membantu pengguna menyaring hasil rekomendasi publikasi ilmiah sekaligus memberi informasi mengenai research gap dari publikasi ilmiah tersebut. Cara mengaksesnya mudah, cukup buka Google Scholar di browser Anda.
Tahap berikutnya, adalah klik ikon tiga garis horizontal di pojok kanan atas. Maka akan ada menu Advanced Research atau Penelusuran Lanjutan. Jika di klik, maka akan muncul jendela yang berisi beberapa kolom untuk diisi.

Silahkan mengisi setiap kolom sesuai kebutuhan, maka Google Scholar akan merekomendasikan publikasi ilmiah yang relevan. Selanjutnya, bisa diketahui topik atau area-area mana yang belum diteliti oleh peneliti lain.
5. Elicit: The AI Research Assistant
Elicit juga menjadi salah satu tools untuk mencari research gap. Secara umum, tools ini lebih populer digunakan akademisi dan peneliti untuk mencari sampai merangkum publikasi ilmiah. Namun, bisa juga digunakan untuk mencari research gap.
Elicit yang berbasis chat, bisa membantu pengguna menanyakan adanya research gap dan kelemahan dari penelitian terdahulu terkait suatu topik. Elicit akan merespon sambil merekomendasikan dan menjelaskan sejumlah publikasi ilmiah.
Pada bagian rangkuman, akan ada informasi mengenai sejumlah research gap dari suatu penelitian terdahulu. Jadi, kuncinya adalah teliti membaca rangkuman yang disusun Elicit. Elicit bisa diakses gratis dengan kewajiban registrasi akun. Website resminya di https://elicit.com/.
6. Explain Paper
Tools berikutnya adalah platform bertajuk Explain Paper. Sesuai dengan namanya, platform ini menyediakan layanan utama untuk menjelaskan ulang suatu publikasi ilmiah. Bahasa sederhana membantu pengguna memahami publikasi tersebut.
Meskipun begitu, platform ini juga bisa diandalkan untuk mencari research gap. Yakni dari hasil rangkuman yang dibuat, bisa dibaca dan dianalisis kelemahan sampai area-area yang diabaikan peneliti sebelumnya.
Platform ini bisa diakses secara gratis. Sebab tersedia paket dengan biaya Rp0. Hanya saja memang akan ada beberapa batasan pada fitur layanan. Jika merasa butuh akses lebih, maka bisa Anda bisa mengupgrade fitur ke paket berbayar. Website resminya di https://www.explainpaper.com/
7. SciSpace
Tools AI bernama SciSpace juga bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan research gap dari penelitian terdahulu. Konsepnya sama seperti beberapa platform yang sudah dijelaskan.
Platform SciSpace tidak serta merta menunjukan research gap penelitian sebelumnya apa. Akan tetapi memberikan penjelasan dan rangkuman atas hasil penelitian terdahulu berbasis publikasi ilmiahnya (publikasi hasil penelitian tersebut).
Kemudian dari rangkuman ini akan ada informasi detail, termasuk area yang diabaikan peneliti sebelumnya. Sehingga menjadi research gap yang memberi ide untuk meneliti di area mana dan fokus ke mana. Website resminya di https://scispace.com/.
8. Perplexity
Rekomendasi tools untuk mencari research gap selanjutnya adalah Perplexity. Bentuk platform ini adalah chatbot berbasis AI. Sehingga lebih mudah mencari research gap dengan bantuan Perplexity dibanding SciSpace maupun platform lain dengan mekanisme sejenis.
Lewat Perplexity, pengguna bisa menyusun prompt yang menanyakan publikasi ilmiah terbaru di topik yang akan diteliti. Setelah diberi penjelasan, respon tersebut ditanyakan lebih lanjut. Misalnya menyusun prompt yang menanyakan rumpang penelitian dari publikasi ilmiah A. Perplexity akan merespon sesuai hasil analisisnya. Research gap ini kemudian bisa dianalisis lebih lanjut untuk memastikan memang belum ada penelitian yang fokus di area tersebut. Website resminya di https://www.perplexity.ai/.
9. Consensus
Tools bernama Consensus juga bisa diandalkan para akademisi maupun peneliti dalam mencari research gap. Tools satu ini juga berbentuk chatbot dengan teknologi AI. Sehingga pengguna tinggal menanyakan publikasi ilmiah terbaru pada topik tertentu.

Respon yang diberikan akan langsung memberi rangkuman dari beberapa hasil penelitian terbaru pada topik tersebut. Kemudian akan ada bagian yang fokus menjelaskan research gap.
Misalnya jika mengetik prompt “apa saja penelitian terbaru pada topik cuaca ekstrim” maka respon platform ini akan seperti gambar di bawah ini dimana ada poin yang memaparkan research gap-nya sekaligus:

Consensus juga akan memperlihatkan daftar publikasi ilmiah terbaru terkait topik yang ditanyakan di bagian bawah rangkuman. Sehingga bisa sekaligus mendapat rekomendasi referensi dan menganalisis research gap secara manual jika memang dikehendaki. Website resminya di https://consensus.app.
Nilai tambah lain dari platform ini, adalah bisa diakses secara gratis bahkan tanpa perlu registrasi akun. Sehingga mirip dengan Google Scholar, dimana para pengguna bisa langsung memakai layanannya. Namun, bisa juga dengan membuat akun untuk akses lebih banyak fitur.
10. Research Rabbit
Selanjutnya, bisa juga mencari research gap menggunakan platform Research Rabbit. Platform ini tidak secara gamblang mencantumkan research gap dari suatu publikasi ilmiah atau penelitian sebelumnya.
Namun, platform ini bisa membantu menemukan research gap lewat rekomendasi publikasi ilmiah terkait dan visualisasi yang ditampilkan. Terdapat bagian-bagian yang menjelaskan sejumlah informasi tambahan.
Misalnya “Papers that cited this” yang menjelaskan penelitian lanjutan. Kemudian “Papers that this cited” yang menjelaskan dasar teorinya. Melalui 2 fitur ini, maka bisa menganalisis topik mana yang sudah sering diteliti dan mana yang masih jarang.
Pada bidang yang masih jarang diteliti tersebut, bisa menginformasikan research gap. Meskipun butuh analisis mendalam secara manual oleh para pengguna. Namun, Research Rabbit bisa dijadikan alat bantu.
Website resminya bisa diakses melalui tautan berikut https://www.researchrabbit.ai/. Sebelum menggunakan layanannya, pengguna wajib registrasi akun. Tersedia pilihan akses gratis dengan batasan fitur dan ada juga akun berbayar.
Melalui beberapa rekomendasi tools untuk mencari research gap tersebut. Tentunya bisa memilih salah satu atau beberapa yang dirasa paling mudah digunakan. Serta yang responnya paling membantu mempercepat identifikasi research gap.
Baca juga:



